close
Nuga Sehat

Tak Ingin Cepat Tua? Makanlah Cokelat!

Anda tentu tidak ingin cepat tua. Tidak ingin didatangi stress. Atau pun ingin memiliki daya ingat “top.” Makanya rajinlah makan cokelat. Cokelat itu dikenal memiliki manfaat kesehatan yang luar biasa bagi tubuh.

Dan siapa pula yang tak suka cokelat Makanan ini sangat digemari banyak orang, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.

Sebuah studi yang belum lama ini dilakukan, menunjukkan bahwa senyawa alami yang ditemukan di dalam biji kakao, bahan dasar cokelat, ternyata mampu menyembuhkan kehilangan memori yang berkaitan dengan usia.

Sebelumnya studi yang sama telah merilis bahwa cokelat mampu mencegah penuaaan dan mengusir stress.

“Dark Chocolate,” misalnya, mengandung antioksidan yang disebut dengan flavanols, sejenis flavanoid yang dapat membantu mencegah penuaan dini akibat paparan radikal bebas dan sinar UV.

Flavanols juga dikenal ampuh dalam menjaga kelembaban kulit, sehingga kulit nampak lebih segar dan terhindar dari kulit kasar dan kering.

Cokelat juga dianggap sebagai salah satu makanan pereda stres. Menurut penelitian dari Universitas California, Sandiego, orang yang stres, mulai dari tingkat stres ringan hingga tingkat depresi, mengaku mengonsumsi cokelat saat suasana hati sedang galau atau bad mood.

Cokelat mengandung molekul psikoaktif yang membuat pengkonsumsnya merasa nyaman. Sementara beberapa kandungan cokelat seperti caffeine, theobromine, methyl-xanthine dan phenylethylalanine dipercaya dapat memperbaiki mood, mengurangi kelelahan hingga bisa digunakan sebagai obat anti-depresi.

Jika terlalu banyak makan cokelat, misalnya dua belas ons cokelat per minggu, Anda tidak hanya mendapat flavanoids tapi juga lemak, gula, dan kalori dalam jumlah besar.

Tentunya bahan-bahan tersebut kurang baik bagi kesehatan. Jika ingin mendapat manfaat sehat dari cokelat, para peneliti menganjurkan konsumsi dua hingga tiga ons cokelat seminggu dengan kandungan tujuh puluh persen “dark chocolate.”

Studi terbaru yang dipublikasikan jurnal kesehatan “Nature Neuroscience” dan dikutip situs “washingtonpost,” menunjukkan bahwa senyawa alami yang ditemukan di dalam biji kakao, mampu menyembuhkan kehilangan memori yang berkaitan dengan usia.

Temuan ini menunjukkan data bahwa senyawa tersebut meningkatkan konektivitas aliran darah di daerah otak yang penting untuk memori, demikian ujar peneliti.

Dikutip dari Washingtonpost, studi yang dipublikasikan di jurnal Nature Neuroscience dan dibiayai oleh perusahaan yang memproduksi cokelat, menemukan fakta bahwa flavanol mampu mengembalikan kehilangan memori ringan pada orang dewasa yang lebih tua.

Para peneliti menggunakan serangkaian scan otak dan tes memori, untuk meneliti para relawan studi. Hasil studi kemudian menunjukkan fakta bahwa flavanol yang diekstrak dari biji kakao mampu meningkatkan koneksi saraf dalam dentate gyrus, bagian dari otak yang terlibat dalam pembentukan memori.

Namun, para peneliti juga memeringatkan bahwa senyawa tadi, hanya ada dalam jumlah yang sangat kecil. Untuk itu, orang harus mengonsumsi banyak cokelat, untuk mendapatkan jumlah senyawa yang mampu menyembuhkan kehilangan memori ringan.

“Itu akan membuat banyak orang bahagia, tetapi juga akan membuat mereka tidak sehat,” ujar Scott A Little, seorang profesor neurologi dan Direktur Alzheimer Disease Research Center di Taub Institute di Columbia University Medical Center.

Ia mengatakan bahwa studi baru yang ia lakukan, menawarkan bukti pertama bahwa memori memburuk dengan usia karena perubahan dentate gyrus, area yang terdapat di hippocampus otak.

“Ini adalah sumber anatomi tubuh di mana kehilangan memori yang berkaitan dengan usia terjadi,” tambahnya.

Ia pun menambahkan, studi ini juga menawarkan lebih banyak lagi bukti, bahwa diet dan gaya hidup sehat yang meningkatkan aliran darah ke otak, dapat memperlambat atau membalikkan penurunan kognitif yang berkaitan dengan usia.

Sebagai informasi, dalam studi ini juga dijelaskan bahwa sebagian besar metode pengolahan kakao yang digunakan saat ini, menghilangkan kadar flavanol di dalamnya. Untuk itu, dibutuhkan uji laboratorium lebih lanjut untuk menemukan cara pengolahan biji kakao yang lebih baik, agar kadar flavonol di dalamnya tidak hilang.

Tags : slide