close
Nuga Sehat

Sulit Tidur? Itu Khawatir Tak Bisa Tidur

The National Sleep Foundation melaporkan bahwa banyak orang yang sulit tidur karena terlalu khawatir tidak bisa tidur.

Alhasil, mereka pun benar-benar terjaga hingga menjelang pagi.

Menciptakan ritual khusus sebelum berangkat tidur, menurut laporan terkait, bisa memudahkan seseorang untuk merasa mengantuk dan terlelap sepanjang malam.

“Ritual kecantikan biasanya selalu menyenangkan untuk wanita, lakukan perawatan kulit ringan sebelum tidur. Harum dan aroma sedap dari krim kulit bisa memberikan rasa tenang,” demikian laporan The National Sleep Foundation.

Selain itu, menikmati segelas teh herbal yang hangat, mendengarkan musik yang menenangkan, dan membaca buku cukup membantu mendatangkan rasa kantuk pada malam hari.

Mandi air hangat juga disarankan untuk mengurangi beban pikiran dan membuat tubuh lebih rileks agar lebih mudah terlelap pada malam hari.

Kesulitan tidur pulas dan nyenyak di malam hari, biasanya disebabkan oleh berbagai pikiran mengenai kualitas tidur itu sendiri.

Umumnya, orang yang selalu sulit terlelap di malam hari memiliki sifat perfeksionis. Setidaknya begitulah kesimpulan Janet Kennedy, PhD., Sleep Specialits, yang dikutip situs mode Elle.

Seseorang yang memiliki karakter perfeksionis, tanpa disadari, menuntut kesempurnaan tidur malam dengan memiliki sejumlah standar mengenai kualitas tidur terbaik.

Ternyata, beban standar terbaik itu membuat mereka semakin sukar pulas di waktu malam.

Sebenarnya, pikiran-pikiran seperti apa sih yang membuat para perfeksionis tidak bisa terlelap di malam hari.

Normalnya, tidur malam yang disarankan oleh para pakar medis adalah selama delapan jam setiap hari. Para perfeksionis memahami bahwa delapan jam merupakan waktu tidur terbaik, maka mereka pun menuntut diri untuk bisa memenuhi standar tersebut.

Menurut Kennedy, kapasitas dan jenis istirahat yang dibutuhkan setiap orang berbeda-beda, tergantung dari aktivitas harian masing-masing orang.

Jadi, meskipun sejumlah studi menyatakan bahwa tidur terbaik adalah tujuh atau delapan jam per hari, belum tentu standar itu cocok untuk tubuh Anda.

Nah, beban memenuhi waktu standar tidur inilah yang membuat perfeksionis susah tidur.

Sebenarnya, kata Kennedy, jika aktivitas Anda di siang hari tidak terlalu melelahkan, waktu istirahat Anda cukup, dan asupan makanan juga baik, maka tubuh pun akan dengan sendiri mengatur masa tidur sesuai kebutuhan.

Intinya, jangan memaksakan  diri untuk tidur. Sebab, tuntutan itulah yang akhirnya membuat Anda terjaga sepanjang malam.

Setiap orang memiliki pola tidur yang tidak sama.

Ada orang yang langsung pulas ketika kepalanya menyentuh bantal, tetapi ada juga orang yang butuh waktu untuk mengantuk setidaknya lima belas  hingga dua puluh menit.

Namun, perbedaan ini bukan sesuatu yang salah. Sebab, setiap orang memiliki siklus tubuh dan kadar lelah yang berbeda-beda. Jangan bebani pikiran Anda untuk bisa sama dengan orang lain.

Hal lain yang sering menyiksa pikiran para perfeksionis adalah kekesalan karena terbangun tengah malam.

Padahal, menurut Kennedy, hal tersebut normal. Namun, para perfeksionis menanggapinya terlalu serius sehingga rasa kecewa pada diri sendiri karena terbangun di tengah malam membuat mereka susah untuk kembali tidur.

Tidak ada orang yang senang dengan rasa letih berlebihan dan merasakan lemas sepanjang hari. Namun, kondisi yang demikian tidak melulu dikarenakan kurangnya tidur malam.

Bisa jadi penyebabnya adalah kadar gula yang fluktuatif, stres, dan cuaca.

Oleh karena itu jangan terlalu menyiksa pikiran bahwa stamina menurun karena tidur malam yang tidak maksimal.

Banyak kajian dan studi yang mengatakan bahwa tidur cukup bisa meningkatkan performa kerja.

Nah, hal tersebut merupakan momok bagi para perfeksionis yang selalu memberikan 110 persen potensi diri untuk mendapatkan yang terbaik.

Jadi, saat merasa kurang tidur, si perfeksionis merasa panik dan lagi-lagi memaksa tubuh untuk beristirahat lebih baik.

Namun, beban tersebut membuat mereka terus berpikir sepanjang malam ketimbang beristirahat.