close
Nuga Sehat

Sehat Tanpa Faktor Usia Kronologis

“Jangan percaya percaya bahwa usia kronologis sebagai hitungan untuk menyatakan seseorang sehat,” tulis laman kesehatan prestiseus “healthland,” Rabu, 18 Mei 2016.

Lantas?

Proses biologi yang terjadi dalam tubuhlah  yang menentukan seseorang sehat atau tidak.

Ini menegaskan orang berusia lanjut bukan harus distempel tidak sehat.

“Healthland” memberi contoh seseorang ayng berusia  di atas tujuh puluh tahun  yang sering diasumsikan  rentan mengalami patah tulang dan gangguan persendian.

Menurut hasil studi-studi terbaru, penyakit yang spesifik atau organ yang spesifik berdasarkan usia kronologis, bukan cara terakurat untuk menentukan seberapa sehat seseorang.

Anda mungkin tahu ada orang berusia di atas delapan puluh tahun yang tetap aktif secara fisik dan kemampuan otaknya masih prima.

Atau sebaliknya, orang yang baru berumur lima puluh tahun tapi sudah menderita penyakit sendi dan jantung.

Dengan kata lain, konsep usia biologis sebagai lawan dari usia kronologis semakin mendapat tempat.

Usia biologis bisa diartikan sebagai usia tubuh yang sebenarnya, dan ini sering tak seiring dengan usia kronologis.

Dalam laporan yang dimuat dalam jurnal PNAS, Martha McClintock, profesor biologi dan perkembangan komparatif manusia, menjelaskan model terbaru untuk menilai proses penuaan.

Model ini meliputi kesehatan mental, apakah pernah mengalami patah tulang, dan seberapa banyak bergerak (mobile) seseorang.

“Perlu dipikirkan kembali bahwa penuaan tidak dilihat sebagai satu jalur rel yang maju ke depan, tetapi ada jalan berbeda. Seperti delta di sungai, kita akan sampai di ujung perjalanan tetapi jalurnya berlainan,” katanya.

Sampai saat ini, para ilmuwan menilai penuaan dari penyakit yang diderita dan usia.

Misalnya saja, jika Anda menderita kanker, penyakit jantung atau diabetes di usia tertentu, maka gambaran penuaan Anda akan tampak seperti apa, dan risiko kematian pun dihitung berdasarkan pola tertentu.

Padahal, setiap orang merespon suatu penyakit secara berbeda.

Selain dasar kesehatan, ada kombinasi antara genetik dan gaya hidup, sehingga hasil akhirnya bisa berbeda.

Dari hasil penelitin itu diketahui, orang yang mobile alias selalu aktif bergerak, cenderung lebih sehat sampai tua. Bahkan walau orang itu tergolong gemuk.

Memang hasil studi ini belum final, tetapi bisa membuka banyak faktor lain untuk mengetahui bagaimana menjadi tua dengan sehat.

Salah satu hal yang mendorong terjadinya penuaan  adalah stress.

Stres merupakan penyebab utama datangnya penuaan tubuh yang lebih cepat dari yang seharusnya. Padahal dalam kehidupan kita stres tidak dapat dihindari.

Sehingga dibutuhkan suatu cara yang mampu membentengi tubuh dari dampak buruk stres, khususnya penuaan dini.

Sebuah studi baru menemukan, menjaga gaya hidup sehat merupakan kunci dalam mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh stres pada tubuh.

Selama periode studi, peserta melaporkan kesehatan dan perilaku mereka, termasuk kondisi-kondisi mereka mengalami stres berat seperti kehilangan pekerjaan atau pasangan.

Untuk melihat dampak stres pada sel, peneliti mengukur panjang struktur sel yang disebut dengan telomer yang merupakan “topi” dari ujung kromosom.

Telomer memendek perlahan seiring sel yang membelah, sehingga panjang telomer dapat menjadi indikator dari penuaan sel.

Telomer yang diukur dalam studi ini adalah yang berasal dari kromosom sel darah putih.

Hasilnya menunjukkan, kejadian yang membuat stres berhubungan dengan pemendekan ukuran telomer.

Namun perilaku hidup sehat dapat mengurangi dampaknya, sehingga stres tidak terlalu mempengaruhi pemendekan telomer.

Sebaliknya, pada peserta yang tidak menjalani pola hidup sehat, seperti kurang berolahraga, makan tidak sehat, dan kurang tidur, saat mengalami kejadian yang membuat stres, mereka menghadapi pemendekan ukuran telomer yang lebih cepat.

Eli Puterman, asisten profesor kedokteran di University of California mengatakan, orang perlu tetap aktif, menjaga pola makan sehat, dan cukup tidur, terutama saat mengalami stres,” ujarnya.

Temuan ini sejalan dengan hasil studi sebelumnya yang juga menemukan kaitan antara kecepatan pemendeknya telomer dengan gaya hidup dan kesehatan mental seseorang. Namun hingga kini peneliti masih mencari bagaimana usia seseorang juga berperan bersamaan dengan faktor lainnya, seperti faktor keturunan, perilaku, dan hal pencetus stresnya.

Hal yang paling menarik perhatian adalah penuaan yang terlihat pada wajah.

Hal yang belum dapat dikatakan peneliti adalah apakah mereka yang terlihat lebih tua akan meninggal lebih dahulu, atau apakah mereka bisa mengubah proses penuaan itu dengan perubahan gaya hidup.

Mereka tidak memberi tahu masing-masing peserta penelitian bagaimana skor mereka, karena belum yakin akan maknanya.