close
Nuga Sehat

Sarapan Pagi, Jangan Hanya Segelas Susu

Banyak orang yang mengabaikan sarapan, atau makan pagi, sebagai bagian dari aktifitas keseharian. Bagi mereka makan pagi atau sarapan, dianggapnya sebagai kebutuhan kedua. Padahal, seperti yang dialami oleh banyak orang yang pernah menginap di hotel-hotel, makan pagi adalah sesuatu keharusan pelayanan dan sudah dimasukkan dalam tarif penginapan.

Di hotel-hotel pula, tidak hanya di hotel berbintang, tapi juga di hotel kelas melati kita dapat mengasup pilihan menu sarapan ideal. Ada pilihan yang beragam. Intinyanya, makan pagi diperhitungkan akan  memenuhi sepertiga kebutuhan total kalori harian supaya tubuh tetap berenergi dan kebutuhan gizi terpenuhi.

Tidak sedikit pula orang yang menganggap minum segelas susu atau bahkan teh manis sebagai sarapan. Meski dalam segelas susu terkandung karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, tetapi segelas susu sapi hanya mengandung sekitar 60 kalori.

“Untuk itu jangan cuma minum susu. Lebih baik ditambah asupan lain seperti roti, mi, sereal, atau nasi,” saran Prof. Hardinsyah, ahli gizi terkenal dari Universitas Indonesia.

Ia menunjuk pada keragaman kuliner Indonesia bisa  membuat kita bisa memilih berbagai jenis menu sarapan. Mulai dari umbi-umbian, aneka bubur, nasi uduk, nasi goreng, buah-buahan, sampai sayuran atau pecel yang ditambahi lontong.

Kebiasaan sarapan akan membantu seseorang lebih mudah fokus dan konsentrasi serta selalu berenergi. Bagi mereka yang tidak sempat sarapan di rumah karena alasan tempat kerja atau sekolah yang jauh, disarankan untuk membawa bekal sehingga bisa disantap di kendaraan atau di tempat tujuan.

Sarapan bukan cuma diperlukan anak-anak. Pada orang dewasa yang sedang dalam program diet, kebiasaan sarapan justru bisa mencegah kegemukan. Sarapan akan mencegah kita makan berlebihan di siang hari.

Sarapan bergizi di pagi hari akan mengisi kembali otak dan juga energi tubuh sehingga aktivitas seharian menjadi lebih lancar. Itu sebabnya sarapan bukan cuma penting untuk orang dewasa tapi terutama pada anak.

Penelitian menunjukkan anak-anak yang sering melewatkan waktu sarapan biasanya lebih sering absen di sekolah dibanding anak yang rutin sarapan.

‘Setelah 8 jam tidur, di pagi hari cadangan glukosa akan turun sehingga menyebabkan kita sulit berkonsentrasi, mengantuk dan kurang waspada. Jika ini dialami anak di sekolah tentu kemampuannya menangkap pelajaran terhambat,” kata dr.Inge Permadhi, Sp.GK, dosen di Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Waktu yang diinvestasikan untuk menyiapkan menu sarapan yang bergizi pun sebenarnya sangat kecil dibanding dengan manfaat yang kita dapatkan.

“Menu sarapan yang dipilih sebaiknya adalah menu yang tidak terlalu berat atau berlebihan kalorinya, namun tetap penting diperhatikan komposisi gizinya. Pilih yang ada karbohidratnya, lemak, protein dan vitaminnya,” papar Inge.

Ia mencontohkan menu sarapan bergizi seperti roti tawar yang dioles margarin dan ditambahkan putih telur serta sedikit sayuran. “Jika tak ingin karbohidrat terlalu banyak bisa diganti dengan roti gandum,” katanya.

Contoh lain adalah semangkuk oatmeal dengan potongan buah pisang dan susu rendah lemak. “Hindari menu sarapan yang terlalu banyak digoreng karena bisa meningkatkan kadar kolesterol jahat,” paparnya.

Inge menyarankan agar anak-anak sedini mungkin dibiasakan untuk sarapan, bahkan sejak mereka mulai mengenal makanan padat. “Menu sarapan untuk bayi usia 6 bulan ke atas tentu disesuaikan dengan usianya, tetapi komposisi gizinya tetap harus sama dan bervariasi,” katanya.