close
Nuga Sehat

Salah Kaprah Tentang Bahaya lemak

Siapa yang bisa melepaskan diri dari obsesi bahaya lemak?

Perangkap lemak sering membuat banyak orang kalap dan menuduhnya sebagai salah satu “penjahat” yang bisa membunuh.

Lantas muncul pertanyaan, apakah label untuk lemak harus seburuk itu?

Ya, lemak memang identik dengan  kegemukan dan penyakit kardiovaskular.

Sebenarnya Anda tidak perlu harus se alergi itu terhadap lemak bila mendengar pendapat  seorang  peneliti senior dan ahli nutrisi dari Fonterra, Elisabeth Weichselbaum,.

”Lemak tak seburuk yang dikira. Justru lemak berkontribusi memberikan manfaat untuk kesehatan,” tulis Weichselbaum.

“Para ahli kini setuju, bahwa lemak marupakan bagian penting dari diet yang sehat dan tidak benar telah menyalahkan lemak yang merugikan kesehatan”

Elisabeth mengungkapkan, lemak membantu penyerapan vitamin A, D, E, dan K ke dalam tubuh agar tetap sehat.

Tanpa lemak, manfaat vitamin yang larut dalam lemak tersebut pun tidak didapatkan tubuh.

Selain itu, lemak juga membantu mempertahankan berat badan sehat. Keberadaan lemak dinilai sebagai komponen yang membantu pemenuhan nutrisi.

Bagi anak-anak misalnya, lemak dibutuhkan untuk pertumbuhan dan bisa didapatkan dari susu

“Anak-anak disarankan untuk minum susu full fat karena tinggi energi. Itu mereka perlukan untuk pertumbuhan,” jelas Elisabeth.

Menurut Elisabeth, anggapan lemak membuat seseorang kegemukan hanyalah mitos. Kegemukan terjadi, karena jumlah kalori pada tubuh berlebihan dibanding yang dibutuhkan.

Ia juga menyangkal bahwa lemak jenuh adalah lemak jahat dan berdampak buruk pada kardiovaskular.

Sejumlah ahli juga mulai menentang pandangan lemak jenuh adalah lemak jahat.

Berdasarkan penelitian lebih lanjut, lemak jenuh bersifat netral atau tidak berdampak buruk pada kardiovaskular.

Bukti penelitian menunjukkan, lanjut Elisabeth, susu berlemak bahkan berkaitan dengan penurunan risiko stroke, diabetes, tekanan darah tinggi, dan sindrom metabolik.

Meski demikian, bukan berarti asupan lemak harus ditingkatkan dan jadi berlebihan. Konsumsilah dalam batasan yang dianjurkan untuk mendapat manfaat sehat.

Mengonsumsi lemak tak selalu buruk bagi kesehatan, asalkan kita memilih jenis yang tepat.

Ada berbagai jenis lemak yang sebenarnya justru bermanfaat positif. Studi terbaru telah menunjukkan bahwa nasihat standar untuk menghindari lemak mungkin tidak tepat.

Dalam penelitian terbaru yang mengamati pola makan konsumsi asam lemak tidak jenuh ganda dan lemak tidak jenuh terkait dengan penurunan risiko kematian.

Sebaliknya, lemak yang perlu dihindari adalah lemak jenuh dan lemak trans.

Bila dibandingkan dengan konsumsi karbohidrat, makan lebih banyak lemak jenuh terkait dengan peningkatan angka kematian.

Contoh makanan yang mengandung lemak tidak jenuh dan lemak tak jenuh ganda ganda misalnya minyak zaitun, minyak kedelai, minyak biji bunga matahari, atau ikan laut dalam seperti salmon, makarel, atau ikan herring.

Sumber lainnya antara lain kacang-kacangan, tahu, dan kedelai.

Manfaat dari lemak tak jenuh ini antara lain menurunkan kadar Kolesterol jahat sehingga dapat menekan risiko penyakit jantung dan stroke.

Jenis lemak ini juga mengandung nutrisi yang menjaga fungsi sel. Minyak yang mengandung lemak tidak jenuh juga mengandung vitamin E dan antioksidan.

Sementara itu, jenis lemak yang perlu dibatasi antara lain lemak trans yang bisa kita dapatkan dari berbagai jenis makanan yang diproses, gorengan, daging merah, mentega, susu, dan sebagainya.

Walau demikian, studi terbaru menyebutkan bahwa konsumsi butter yang sebenarnya mengandung lemak jenuh tinggi ternyata tidak terlalu berbahaya, bahkan bagi orang yang menderita diabetes tipe 2.

Timbunan lemak di perut barangkali merupakan jenis lemak yang paling bandel karena sulit dihilangkan.

Walau begitu, sedikit lemak perut seharusnya tak perlu dikhawatirkan.

Secara umum ada dua jenis lemak perut. Pertama adalah lemak yang bercokol di antara otot dan kulit, yang disebut dengan lemak subkutan.

Tipe kedua adalah lemak yang ada di dalam perut dan menyelimuti organ dalam. Lemak internal ini yang paling berbahaya.

Lemak tersebut berasal dari kebiasaan mengonsumsi makanan yang bersifat inflamasi dan kurang beraktivitas fisik.

Para ahli juga menyebutkan lemak sentral itu meningkatkan risiko penyakit diabetes, resistensi insulin, serta gangguan hormonal.

Bila lingkar pinggang Anda lebih besar dari panggul, atau perut Anda buncit, maka penyebabnya adalah lemak internal atau lemak sentral.

“Tetapi jika Anda merasakan lemak ada di atas otot, maka itu adalah lemak eksternal, dan pada wanita sedikit lemak subkutan itu diperlukan untuk menjaga keseimbangan hormonal,” kata dokter Robin Berzin.

Lemak memang tak selalu jahat. Bahkan, lemak merupakan bahan bakar untuk membuat estrogen. Karena itu wanita yang terlalu kurus sering kali mengalami gangguan siklus menstruasi atau merasa kelelahan.

“Lemaknya memang tak selalu harus di perut, seharusnya memang lemak terdistribusi di seluruh tubuh,” katanya.

Karenanya, menurut dia seharusnya seorang wanita tak perlu terobsesi untuk memiliki perut berbuku enam yang berisi otot saja.

Untuk menjaga agar lemak tidak berlebihan, jangan lupa melakukan aktivitas fisik dan mengurangi makanan bergula.