close
Nuga Sehat

Reaksi Otak Bila Anda Salah Jalan

Anda tahu apa yang terjadi dengan otak bila salah jalan?

Nah. Para ilmuwan di Jepang, belum lama berselang, telah menemukan apa yang terjadi di otak manusia saat ia sedang salah jalan.

Caranya, studi ilmuwan itu, adalah melakukan pemindaian aktivitas otak orang-orang saat berjalan di labirin virtual, tim dapat menentukan rute yang digambar di otak mereka.

Hasil pemindaian juga menunjukkan ketika partisipan salah jalan, dugaan yang mereka kira sebagai arah yang benar mengesampingkan pilihan logis tentang jalan yang tepat.

Otak manusia memproses sejumlah besar informasi untuk mengarahkan dari titik A ke titik B.

Untuk menavigasi situasi sehari-hari, seperti menemukan jalan dari stasiun kereta api menuju restoran, otak seseorang perlu untuk membangkitkan dan merasionalisasikan informasi secara teratur, serta menganalisa apakah tindakan kita tepat.

Satu elemen dalam proses sangat krusial, kita perlu membentuk perkiraan rute dan tujuan sebelum sampai di tujuan.

“Saat orang-orang berusaha mencapai dari satu tempat ke tempat lainnya, mereka memperkirakan lansekap yang mereka tuju di otak,” kata Yumi Shikauchi, peneliti di Universitas Tokyo yang juga penulis penelitian.

“Kami ingin membaca sandi keyakinan sebelumnya di otak, karena itu sangat krusial untuk navigasi keruangan,” kata Yumi seperti dilaporkan Daily Mail.

Untuk memelajari proses secara detail, para peneliti memindai aktivitas otak delapan partisipan saat mereka menyelesaikan serangkaian labirin tiga dimensi virtual.

Hasil pemindaian MRI menunjukkan aktivitas otak saat peserta berusaha menyelesaikan jalan virtual tersebut.

Hasil pemindaian juga menunjukkan apa yang terjadi di otak ketika partisipan mengambil jalan yang salah.

Prasangka yang kita bentuk dalam menentukan arah bisa sangat kuat hingga mengesampingkan realitas objektif.

Ini dapat menjelaskan kenapa beberapa orang sangat yakin mereka berjalan di arah yang tepat meskipun sebetulnya mereka salah jalan.

Tim peneliti lainnya dari Universitas Kyoto berpikir bahwa temuan mereka diharapkan dapat mengembangkan alat komunikasi baru yang dapat menerjemahkan secara efektif aktivitas otak.

Riset ini ditambah pula dari pengalaman seorang ibu mengalami gangguan neurologis langka yang disebut sebagai sindrom putri tidur atau sleeping beauty syndrome.

Dia tidak ingat telah melahirkan putranya karena tertidur sepanjang persalinan.

Jody Robson dapat tertidur lebih dari sebelas hari berturut-turut ketika dia mengalami serangan Kleine Levin Syndrome.

Salah satu serangan dia alami sebelum persalinan putranya, Harley. Jody merasa momen ikatannya dengan sang anak telah ‘dirampok’ karena kondisi tersebut.

“Kondisi ini sangat mengecewakan saya karena saya tidak ingat telah melahirkan, dan itu seharusnya menjadi momen yang sangat berharga.”

Jody melanjutkan, “Saya rasa itu adalah episode paling mengecewakan dalam hidup saya. Membua saya emosional karena saya melewatkannya.”

Harley kini berusia enam tahun, dan Jody telah melahirkan putra keduanya Riley yang kini berusia tiga tahun. Syukurnya, kelahiran saat kelahiran Riley Jody dapat mengingat semua proses kelahiran.

Jody memang belum didiagnosis mengalami Kleine Levin Syndrome.
Namun, serangan sindrom putri tidur itu amat berat sehingga persalinan bukan satu-satunya momen penting yang sudah dia lewatkan.

“Suatu saat saya menutup mata, dan ketika saya membuka mata, sudah dua atau tiga minggu berlalu. Saya melewatkan liburan dan ulang tahun kesembilan belas saudara perempuan saya karena sindrom tersebut,” katanya.

Dilaporkan oleh Independent, Jody mengungkapkan bahwa dia juga melewatkan beberapa perayaan Natal selama tiga tahun, dan hampir melewatkan pernikahannya sendiri karena terbangun beberapa hari sebelum upacara pernikahan.

Saat mendapat serangan itu, Jody dapat dibangunkan sementara waktu, untuk ke toilet atau menyantap makanan. Namun, dia tetap dalam kondisi seperti kerasukan, tidak dapat mengendalikan tingkah lakunya.

Setelah akhirnya dia sadar kembali, ibu dua anak itu harus melewati beberapa minggu masa pemulihan. Pada saat pemulihan itu, dia akan tetap berada pada kondisi seperti bermimpi, tidak dapat mengingat apapun.

Meski Jody frustasi karena telah kehilangan banyak momen penting di hidupnya, dia berkata, penyakitnya membuat dia lebih menghargai momen saat dia terbangun.