close
Nuga Sehat

Obat Pereda Nyeri Bisa Jadi Pembunuh

Jauhi obat pereda nyeri.

Itu yang ditulis “bbc news,” Jumat, 30 September 2016.

Masih anjuran “bbc news,” walau obat-obatan pereda nyeri kebanyakan dijual bebas, tetapi jangan biasakan diri mengonsumsi obat ini dalam jangka panjang karena bisa berdampak pada kesehatan jantung.

Obat-obatan antiperadangan non-steorid seperti obat golongan ibuprofen, naproxen dan diclofenac, merupakan jenis obat yang sering dipakai untuk mengurangi rasa sakit dan peradangan.

Dalam penelitian yang dilakukan terhadap lebih dari sepuluh  juta orang yang rata-rata berumur tujuh puluh tujuh tahun dan sering mengonsumsi obat antinyeri, diketahui obat tersebut bisa meningkatkan risiko gagal jantung.

Dibandingkan dengan orang yang jarang mengonsumsi obat tersebut, mereka yang  sering risikonya terkena gagal jantung naik sembilan belas persen. Orang berusia lanjut biasanya minum obat tersebut untuk mengatasi nyeri persendian.

Para ahli dari Yayasan jantung Inggris  merekomendasikan agar obat NSAIDs dikonsumsi dalam dosis yang paling rendah dan periode sebentar.

“Obat-obatan itu harus disertai peringatan, terutama pada pasien yang punya faktor risiko penyakit jantung dan mengonsumsi obat setiap hari,” kata Prof.Peter Weissberg, direktur medis BHF.

Bahaya obat pereda nyeri pada orang yang berusia lebih muda memang tidak seperti pada lansia.

“Orang muda tidak perlu takut mengonsumsi pereda nyeri, biasanya obat ini dikonsumsi oleh mereka yang punya nyeri kronik atau akibat cidera olahraga,” kata Helen William, konsultan farmasi penyakit jantung.

Walau begitu, bila obat ini dikonsumsi setiap hari, sebaiknya harus dalam anjuran dokter. Pemilihan jenis obat juga harus disesuaikan dengan sumber nyerinya.

“Bila ada cidera otot, biasanya karena inflamasi dan obat ibuprofen cocok. Tetapi jika sakitnya nyeri kepala, lebih tepat parasetamol karena penyebabnya bukan peradangan,” katanya.

Dalam rilis lainnya, Food and Drug Administration memperkuat peringatannya soal pereda nyeri seperti ibuprofen.

Obat penghilang nyeri itu dikatakan meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.

Oleh karena itu masyarakt perlu berhati-hati mengonsumsi obat-obatan tersebut, baik yang dijual bebas atau pun dari resep dokter.

Lembaga itu juga meminta pabrik pembuatnya untuk mengubah label.

“Dulu label mengatakan obat itu mungkin dapat menyebabkan risiko serangan jantung atau stroke. Sekarang kami menegaskan, obat itu menyebabkan peningkatan risiko serangan jantung atau stroke,” kata juru bicara FDA Eric Pahon.

Peringatan juga meliputi obat nonsteroidal anti-inflammatory drugs.

Obat itu meliputi ibuprofen yang dijual dengan merek Advil atau Motrin; naproxen, juga obat resep dokter untuk atritis yang dikenal sebagai COX-2 inhibitor seperti Celebrex.

Tylenol yang secara generik dikenal sebagai acetaminofen tidak termasuk golongan NSAID.

Obat pilek dan flu juga mengandung NSAID. “Karena banyak obat resep dan obat bebas mengandung NSAID, konsumen harus menghindari minum banyak obat yang mengandung bahan aktif sama,” kata FDA.

“FDA memperkuat peringatan yang ada sebelumnya pada label obat resep dan bebas yang mengindikasikan obat-obatan NSAID dapat meningkatkan kena serangan jantung dan stroke, yang keduanya dapat menyebabkan kematian,” kata pernyataan lembaga tersebut.

“Efek samping serius itu dapat terjadi setidaknya beberapa minggu pertama penggunaan NSAID, dan risiko mungkin meningkat semakin lama masyarakat mengonsumsinya. Kendati aspirin juga termasuk NSAID, hal ini tidak berlaku untuk aspirin.” bunyi pernyataan tersebut.

Tahun lalu FDA mengatakan meninjau ulang keamanan obat-obatan tersebut. Beberapa studi yang mereka tinjau menunjukkan pola jelas : masyarakat yang mengonsumsi lebih rentan terkena serangan jantung atau stroke.

“Tidak ada periode penggunaan yang terbukti tanpa risiko,” kata Dr. Judy Racoosin, deputi direktur divisi produk anestesia, analgesia dan adiksi FDA.

“Dalam bulan-bulan mendatang, FDA akan meminta pabrik pembuatnya memperbarui informasi risiko kardiovaskular yang sudah ada dalam label untuk obat bebas NSAID bukan aspirin.

Konsumen dan pekerja kesehatan harus tetap waspada pada terjadinya gejala-gejala terkait stroke dan jantung selama pasien mengonsumsi NSAIDS,” katanya.

Peringatan FDA bukan berarti masyarakat harus berhenti minum NSAID. “Konsumsilah dosis paling kecil untuk periode sependek mungkin,” kata Dr. Karen Mahoney dari FDA.

American Heart Association menyarankan masyarakat mengonsumsi acetaminofen terlebih dulu. “Bila Anda punya penyakit jantung atau tekanan darah tinggi, konsultasilah dengan dokter sebelum minum NSAID,” tambahnya.

“Seimbangkan manfaat NSAID dengan risiko dan timbanglah pilihan Anda. Bila Anda minum aspirin dosis rendah untuk melindungi diri dari serangan jantung dan stroke, Anda harus tahu beberapa NSAID seperti ibuprofen dan naproxen dapat mengganggu efek perlindungan jantung tersebut,” katanya.

“Berhentilah minum NSAID dan cari bantuan dokter ketika mengalami gejala yang mungkin serangan jantung atau stroke seperti nyeri dada, kesulitan bernapas, tiba-tiba merasa lemah di salah satu bagian atau sisi tubuh atau mendadak cadel.