close
Nuga Sehat

Kuno, Mitos Kolesterol Penyebab Jantung

Kolesterol bukan pemicu penakit jantung dan stroke?

Ya! Begitu yang ditulis oleh laman situs “newsmaxhealth.com,” tentang penelitian terbaru oleh ilmuan yang dirilis British Medical Journal.

Menurut para ilmuwan itu, lemak jenuh bukan hal yang menyebabkan penyakit jantung.
Pemberian obat seperti statin yang dapat menurunkan kolesterol mengalihkan perhatian kita pada bahaya yang lebih besar.

Sebelum penelitian ini dipublikasikan, banyak artikel kesehatan menyarankan agar kita membatasi konsumsi makanan yang mengandung lemak.

Lemak dipercaya bisa menyebabkan kolesterol tinggi penyebab sakit jantung.

Dengan penelitian ini, Anda tidak perlu bermusuhan dengan berbagai jenis lemak. Sebuah penelitian terbaru merontokkan teori yang telah menjadi “trade merk” selama empat puluh lima tahun terakhir tentang bahaya lemak dan kolesterol yang dapat membahayakan kesehatan jantung.

Aseem Malhotra, peneliti sekaligus spesialis registrar kardiologi di Croydon University Hospital London mengatakan bahwa penelitian empat puluh lima tahun lalu itu tidak mendukung hubungan asupan lemak jenuh dan risiko penyakit jantung.

Beliau menambahkan, orang yang mengonsumsi makanan rendah lemak memiliki tingkat kolesterol yang tidak sehat, padahal kolesterol sendiri bermanfaat untuk tubuh.

Aseem Malhotra kembali menambahkan bahwa usaha untuk menjaga asupan lemak akan sia-sia, karena industri makanan mengganti lemak jenuh dengan tambahan gula. Tambahan gula inilah yang pada akhirnya menyebabkan kegemukan dan menyebabkan berbagai penyakit.

Padahal, konsumsi makanan alami seperti minyak zaitun, kacang-kacangan, ikan dan sayuran lebih menjaga kesehatan jantung dibanding mengonsumsi obat penurun kolesterol seperti statin.

“Sudah waktunya untuk menghentikan mitos bahwa lemak jenuh menyebabkan penyakit jantung,” ujar Aseem Malhotra.

Setelah penelitian ini dirilis secara luas, pemerintah Amerika Serikat menarik makanan berlemak yang mengandung kolesterol sebagai penyebab penyakit jantung dan stroke dari daftar ‘nutrisi yang perlu dihindari’.

Selama ini, orang-orang telah diperingatkan akan bahaya makanan berlemak yang mengandung kolesterol tinggi, contohnya mentega, telur, daging merah, kerang dan hati, karena bahaya substansi yang dikandungnya untuk darah kita.

Departemen Pertanian Amerika Serikat berencana untuk mencabut pedoman diet mereka.

Jumlah gula yang dikonsumsi masyarakat, kini menjadi fokus pemerintah AS sebagai gantinya.

Ketentuan baru ini bertujuan untuk mengurangi penekanan terhadap bahaya lemak jenuh, mengingat kurangnya bukti lemak jenuh dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular.

Laporan dari Komite Penasihat Pedoman Diet, di AS, menyimpulkan, “Bukti yang ada menunjukkan tidak ada hubungan yang cukup antara konsumsi diet kolesterol dan kolesterol darah. Kelebihan kolesterol bukan hal yang harus dikhawatirkan.”

Ahli jantung Steven Nissne dari Cleveland Clinic, mengatakan, bahwa hal tersebut adalah keputusan yang tepat.

“Kami mendapatkan pedoman diet yang salah. Selama empat puluhan tahun mereka telah salah,” katanya, seperti dilansir dari laman Independent.

Dia memperkirakan, sekitar dua puluh persen persen kadar kolesterol di dalam darah berasal dari makanan, yang berarti, seluruh kolesterol diproduksi oleh hati dan benar-benar dibutuhkan oleh tubuh.

Aseem Malhotra, ahli kardiologi dan direktur kampanye Action On Sugar, menulis di dalam British Medical Journal, sudah waktunya untuk menghapus mitos lemak jenuh menyebabkan penyakit jantung.

“Kolesterol bukan racun yang keji, melainkan unsur penting dari kehidupan,” tambahnya. “Menurunkan kolesterol darah dengan mengubah diet tidak lebih dari kemustahilan.”