close
Nuga Sehat

Migrain Meningkat Risiko Serangan Jantung

“Jangan pernah menganggap sepele migrain,” tulis “everyday health dalam tulisan terbarunya Kamis, 09 Juni 2016 yang mengutip jurnal British Medical Journal.

Lantas kenapa migrain tak boleh diangap sepele?

Masih dalam tulisan yang sama, “everyday healt,” mengutip sebuah hasil penelitian yang dipimpin  Dr Tobias Kurth, Direktur Institut Kesehatan Masyarakat di Charite-Universitats Medizin di Berlin, Jerman

“Migrain harus dianggap sebagai penanda untuk peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, setidaknya pada wanita.”

Kurth memperingatkan bahwa studi ini tidak dapat membuktikan bahwa migrain menyebabkan serangan jantung atau stroke.

Migrain hanya meningkatkan risikonya.

Pria juga mungkin terpengaruh dengan cara yang sama.

“Kami tidak punya alasan untuk percaya bahwa ini hanya untuk wanita,” kata Kurth.

Migrain adalah sakit kepala yang ditandai dengan rasa berdenyut yang intens dan sering disertai dengan mual, muntah, serta kepekaan terhadap cahaya dan suara.

Sebelumnya, migrain telah dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke, tetapi studi baru ini juga mengindikasikan adanya kaitan antara migrain dan serangan jantung, kematian, dan kebutuhan untuk operasi jantung.

“Dokter harus menyadari hubungan antara migrain dan penyakit kardiovaskular, dan wanita dengan migrain harus dievaluasi untuk risiko itu,” jelas Kurth.

Untukstudi  ini, peneliti menganalisis data lebih dari seratus ribu  wanita di AS yang mengambil bagian dalam Nurses Health Study II.

Para wanita tersebut sebelumnya diyakini bebas dari penyakit jantung.

Analisis lanjutan terus dilakukan setelah studi pertama..

Pada awal studi ditemukan, ada lima belas persen wanita memiliki migrain.

Selama dua puluh tahun masa tindak lanjut, lebih dari  seribuan  wanita mengalami serangan jantung atau stroke dan dua ratusan diantaranya meninggal karena salah satu kondisi tersebut.

Dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami migrain, wanita yang mengalami migrain memiliki risiko lima puluh persen lebih besar untuk mengalami serangan jantung, stroke, atau operasi untuk membuka penyumbatan arteri jantung.

Secara khusus, wanita dengan migrain memiliki risiko sekitartiga puluh sembilan persen lebih tinggi kena serangan jantung, risiko stroke enam pluh dua persen lebih tinggi, dan risiko harus operasi jantung tujuh puluh tiga persen lebih tinggi, kata Kurth.

Selain itu, migrain dikaitkan dengan risiko meninggal akibat serangan jantung atau stroke 37 persen lebih tinggi.

Hasil penelitian tidak berubah setelah peneliti memperhitungkan faktor risiko lain, seperti merokok, tekanan darah tinggi, usia, dan penggunaan kontrasepsi oral.

Dalam studi lainnya, Dr.Rebecca Burch, ahli penyakit jantung dari Harvard Medical School, juga mengiyakan kalau  migrain masih pada tahap  risiko.

Penelitian lainnya juga menyimpulkan adanya hubungan antara wanita yang sering menderita migrain, terutama jika dibarengi dengan gejala lain seperti pusing atau suara berdering di telinga, lebih beresiko tinggi menderita stroke.

Para ahli belum mengetahui dengan pasti mengapa migrain bisa membuat seseorang rentan sakit jantung. Salah satu penjelsannya adalah kedua kondisi itu memiliki mekanisme yang sama.

“Mungkin ada yang berbeda pada pembuluh darah orang yang sering migrain sehingga membuat mereka rentan,” kata Burch.

Untuk memperkecil risiko serangan jantung dan stroke, mulailah memiliki gaya hidup sehat, misalnya mengendalikan tekanan darah, Kolesterol, dan hidup aktif secara fisik.

Lantas kenapa harus wanita yang dikaitkan dengan migraine?

Studi paling baru mengungkapkan, wanita empat kali lebih mungkin untuk terserang migrain ketimbang pria.

Apa penyebab migrain dan mengapa migrain lebih mungkin menyerang wanita, para peneliti memang belum bisa memastikan.

Namun hasil dari studi yang diterbitkan dalam jurnal Neurology ini, membuat wanita perlu lebih waspada agar bisa mendapatkan pengobatan tepat.

Para peneliti mencoba mencari tahu tentang hubungan hormon dan migrain. Di mana, kasus migrain kerap ditemukan pada wanita menjelang hari haid, saat-saat perubahan hormon dalam tubuh terjadi.

Peneliti menemukan, wanita yang kerap mengalami migrain mengalami lonjakan hormon estrogen lebih tinggi ketimbang wanita yang tidak menderita migrain.

Sehingga, para peneliti menilai bahwa lonjakan hormon estrogen dinilai menjadi salah satu pemicu timbulnya migrain.

“Fluktuasi estrogen belum bisa dikatakan sebagai penyebab utama migrain, tapi sangat mungkin menjadi faktor pencetus,” kata penulis studi Dr Nanette Santoro dari University of Colorado School of Medicine.

Studi lain yang dipublikasikan dalam jurnal The BMJ menemukan, wanita yang kerap mengalami migrain juga lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit jantung seperti serangan jantung dan stroke, yang pada akhirnya bisa mengurangi harapan hidup.

Saat ini belum ditemukan obat untuk mengatasi migrain. Umumnya, sakit kepala migrain bisa dikurangi dengan mengonsumsi obat pereda nyeri.

Tags : slide