close
Nuga Sehat

Menyembunyikan Parut Bekas Luka

Anda memiliki parut atau koreng bekas luka? Pasti nggak nyaman. Apalagi Anda wanita, cantik dan lokasinya di tempat yang sangat terbuka.

Luka yang meninggalkan bekas yang mencolok tentu bisa mengganggu penampilan, apalagi jika bekas luka ditambah oleh kulit yang menonjol atau yang dikenal juga dengan istilah keloid atau bahasa awamnya parut.

Namun seperti halnya bekas luka pada umumnya, luka keloid pun sebenarnya bisa disamarkan.

Bagaimana caranya?

Dokter spesialis bedah plastik rekonstruksi dan estetika biasanya mengatakan, penangan luka berkeloid memang tidak sama dengan luka tanpa keloid. Pasalnya luka berkeloid lebih sulit untuk disamarkan.

Jika bekas luka biasa bisa disamarkan dengan menggunakan silikon gel, luka keloid tidak bisa. Karena keloid sudah kuat dan keras seperti karet, menimbulkan rasa gatal atau sakit, bahkan sangat nyeri bila digerakkan.

Para dokter itu menjelaskan, penanganan keloid membutuhkan penyuntikkan hormon yang disebut kortikosteroid dengan dosis tertentu. Tujuannya untuk menekan pertumbuhan dari sel-sel kulit yang berkembang berlebihan penyebab terjadinya keloid.

Meski begitu, Irena menegaskan supaya orang tidak sembarangan dalam menjalani prosedur penyuntikkan kortikosteroid.

Penyuntikkan hanya boleh dilakukan oleh dokter spesialis bedah plastik, bukan perawat atau orang yang tidak terlatih.

Ditegaskan hal itu karena sekarang banyak klinik-klinik kecantikan yang menawarkan layanan suntik kortikosteroid. Padahal orang yang melakukan prosedur tersebut belum tentu dokter spesialis bedah plastik.

Keloid memang tidak dialami oleh semua orang. Keloid hanya terjadi pada sebagian orang tertentu yang dikatakan memiliki “bakat” saja. Artinya keloid dipengaruhi pula oleh faktor keturunan.

Namun, tidak semua luka yang menebal adalah keloid. Untuk memastikan bekas luka adalah keloid, maka dokter bedah plastik harus menunggu hingga enam bulan setelah terjadinya luka.

Penggunaan silikon gel setelah keloid mereda akan membantu menyamarkannya.

Rasa tidak enak memiliki bekas luka keloid ini sering dialami oleh orang Asia, termasuk Indonesia, karena lebih sulit sembuh lukanya dibandingkan orang Barat atau Kaukasia.

Inilah yang kemudian membuat bekas luka lebih sulit hilang, bahkan tanpa perawatan luka yang memadai, bekas luka akan permanen.

Jika luka pada orang Kaukasia bisa sembuh dalam lima hari, orang Asia baru sembuh setelah tiga minggu. Bahkan bagi sebagian orang, bekas luka berpotensi menjadi keloid.

Ini karena pada kulit orang Asia jumlah sel melaninnya lebih banyak.Sel melanin merupakan sel pada bagian dermis kulit yang berfungsi memberi warna pada kulit. Karena sel melanin lebih banyak, maka warna kulit cenderung berwarna lebih gelap dibandingkan orang Kaukasia.

Di samping manfaatnya yang melindungi kulit dari paparan sinar matahari, sel melanin juga berfungsi untuk menyembuhkan luka. Namun jika jumlahnya terlalu banyak, sel-sel ini terlalu aktif bekerja, tarik menarik sehingga luka tidak bisa segera sembuh.

Saat sel melanin terlalu aktif, mereka berebut untuk menyembuhkan luka, tarik menarik sehingga inflamasi atau peradangan pada luka akan berlangsung lebih lama..

Saat terjadi luka, sel melanin dan kolagen pada dermis akan merespon untuk menutup luka tersebut. Namun jika sel melanin bekerja terlalu aktif maka akan merangsang kolagen terbentuk semakin tebal yang akhirnya membuat keloid pada bekas luka.

Maka untuk mempercepat penyembuhan luka, para dokter menyarankan supaya orang lebih banyak mengonsumsi vitamin C yang menekan pertumbuhan melanin. Di samping itu, orang juga perlu menghindari paparan sinar matahari yang berlebihan guna mencegah melanin menjadi terlalu aktif.