close
Nuga Sehat

Mengenal Lebih Dekat Penyakit Stroke

Stroke adalah kondisi yang terjadi tiba-tiba dan dapat mengancam nyawa. Kita tahu bahwa stroke mungkin disebabkan oleh ketidakteraturan jantung, tekanan darah tinggi, stres, dan sejumlah faktor risiko lainnya.

Namun, banyak orang bertanya-tanya apakah seks bisa memicu stroke. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada beberapa penelitian ilmiah yang mengevaluasi apakah kegiatan seksual dapat menjadi penyebab stroke atau tidak, dan siapa saja yang berisiko.

Secara keseluruhan, sangatlah tidak wajar bagi seseorang untuk mengalami stroke selama kegiatan seksual.

Bahkan faktanya, stroke jarang terjadi akibat suatu pemicu.

Biasanya, stroke adalah hasil dari penumpukan jangka panjang masalah jantung seperti merokok, tekanan darah tinggi, peningkatan lemak dan kadar kolesterol, pengendalian diabetes yang buruk, pembekuan darah yang tidak normal, serta penyakit jantung.

Akan tetapi, telah banyak tertulis dalam literatur medis bahwa stroke selama atau dalam kurun waktu dua jam seusai seks lebih cenderung terjadi pada hubungan di luar pernikahan.

Juga telah tercatat bahwa kegiatan seksual di luar pernikahan meningkatkan risiko stroke yang berhubungan dengan kematian.

Penyebab dari hal ini tidak diketahui jelas, apakah karena peningkatan stroke yang berhubungan dengan kegiatan seksual pra-nikah atau karena orang yang mengalami serangan stroke dalam situasi ini biasanya enggan memanggil bantuan medis darurat.

Mustahil untuk mendapatkan keseluruhan data yang akurat terkait pertanyaan ini. Pada umumnya, orang cenderung untuk tidak mengatakan bahwa stroke terjadi selama seks.

Mereka lebih memilih untuk melaporkan stroke ketika terjadi saat melakukan aktivitas yang tidak bersifat pribadi, seperti mengemudi atau jogging.

Artikel ilmiah baru-baru ini yang terbit pada bulan Februari tiga  tahun lalu dalam edisi Journal of Stroke and Cerebrovascular Disease mengevaluasi dua ratus lebih pasien stroke dan melaporkan bahwa hanya ada lima pasien yang pemicu strokenya adalah aktivitas seksual.

Jumlah sedikit ini konsisten dengan penelitian sebelumnya pada kejadian pemicu terkait dengan stroke.

Seseorang yang mengalami stroke selama atau dalam kurun waktu beberapa jam setelah kegiatan seksual umumnya mengalami tanda peringatan beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan sebelumnya.

Salah satu tanda peringatan paling umum adalah sakit kepala thunderclap. Sakit kepala ini terjadi tiba-tiba, dan parah.

Bila Anda pernah mengalami jenis sakit kepala ini atau jenis sakit kepala berat lainnya selama kegiatan seksual, Anda perlu untuk menghubungi dokter, yang akan melakukan evaluasi medis.

Beberapa orang yang mengalami sakit kepala ini selama seks tidak akan berlanjut menderita stroke, tetapi sekitar 30-50% berisiko terkena stroke iskemik.

Kegiatan seksual juga merupakan faktor risiko bagi mereka yang menderita aneurisma otak dan oleh karena itu dapat memicu stroke perdarahan.

Usia lebih tua bukanlah faktor risiko dari stroke yang disebabkan oleh seks. Telah dilaporkan bahwa pemuda yang tidak memiliki faktor risiko stroke pun tetap bisa mengalami stroke selama hubungan seksual.

Kelainan pembekuan darah, kelainan jantung bawaan yang serius, aneurisma otak, atau penggunaan obat nampaknya berperan dalam situasi langka ini.

Bila Anda pernah mengalami sakit kepala, pusing, atau gejala neurologis selama atau sesudah kegiatan seksual, Anda sebaiknya melakukan pemeriksaan medis segera.

Bila pasangan Anda memiliki gejala seperti sakit kepala, pusing, perubahan penglihatan, berbicara tidak jelas, lemas, atau kebingungan selama atau sesudah kegiatan seksual, penting bagi Anda untuk memastikan pasangan Anda menerima perawatan medis segera.

Stroke iskemik dan stroke perdarahan, keduanya bisa terjadi tiba-tiba selama hubungan seksual, dan merupakan kondisi serius bahkan terkadang fatal.

Lantas kenapa perempuan memiliki kecenderungan lebih muda terkena stroke dibanding lelaki?

Ternyata ada banyak faktor

banyak faktor risiko yang sama terhadap stroke dengan laki-laki, tapi risiko Anda juga dipengaruhi oleh hormon, kesehatan reproduksi, kehamilan, persalinan dan faktor lain yang berhubungan dengan gender.

Tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan merokok merupakan faktor risiko stroke untuk perempuan maupun laki-laki. Tapi faktor risiko lain termasuk migrain dengan aura, fibrilasi atrium, diabetes, depresi, dan stres emosional, biasanya lebih sering terjadi pada wanita.

Kehamilan juga menyebabkan faktor risiko tersendiri pada stroke. Wanita yang pernah mengalami preeklampsia, alias kondisi tekanan darah tinggi selama kehamilan, memiliki risiko stroke dua kali lebih besar dan risiko tekanan darah tinggi empat kali lebih besar di kemudian hari.

Oleh karena itu, wanita dengan riwayat tekanan darah tinggi harus mempertimbangkan untuk menggunakan aspirin dosis rendah dan suplemen kalsium saat hamil.

Perempuan juga harus diperiksa kondisi tekanan darah tingginya sebelum menggunakan pil KB, karena dapat berkombinasi dan meningkatkan risiko stroke.

Secara keseluruhan, risiko stroke pada perempuan akan makin tinggi setelah memasuki menopause, karena menopause meningkatkan risiko tekanan darah tinggi.

Para peneliti menambahkan bahwa penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengembangkan sistem penilaian risiko stroke bagi perempuan. Diperkirakan 53,5% dari stroke baru atau berulang setiap tahun terjadi pada wanita, dan lebih dari 55.000 perempuan meninggal akibat stroke setiap tahun dibandingkan laki-laki.

Namun, kematian akibat stroke secara keseluruhan berada pada tingkat penurunan. Para ahli mengaitkan fenomena ini dengan semakin sedikitnya orang yang merokok dan ada upaya yang lebih besar untuk mengontrol kondisi seperti diabetes dan hipertensi.

Perempuan pernah dianggap berisiko stroke lebih rendah dibandingkan pria karena kemungkinan obesitas yang lebih rendah. Perempuan juga lebih mungkin menjadi gemuk sebelum menopause daripada zaman dulu.

Hasil laporan penelitian menyarankan, perlu ada pemahaman lebih lanjut tentang bagaimana obesitas dan kelebihan lemak di perut dapat mempengaruhi risiko stroke yang berbeda pada pria dan wanita.

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat  memberikan wawasan yang lebih dalam mengenai pencegahan stroke yang lebih efektif.