close
Nuga Sehat

Meluruskan yang Salah Kaprah soal Protein

Protein jadi salah satu komponen nutrisi yang diperlukan setiap hari  oleh tubuh selain lemak dan karbohidrat.

Protein diperlukan untuk membantu pemulihan, pemeliharaan, serta pertumbuhan otot.

Namun, berbagai pertanyaan mengawang-ngawang di sekitar apa yang dilakukan protein untuk tubuh.

Baik itu soal jumlah asupan per hari, sumber protein yang tepat, atau dampak terlalu banyak mengonsumsi protein.

Terkadang, sederet pertanyaan itu terjawab secara ilmiah. Namun, ada pula beberapa di antaranya yang cuma mitos belaka.

Berikut mitos seputar protein yang patut Anda ketahui.

Faktanya, tak semua sumber protein itu sama. Ada sekitar dua puluh jenis asam amino esensial dan nonesensial.

Tubuh dapat memproduksi sebanyak sebelas asam amino.

Sementara sembilan asam amino lainnya bisa didapatkan dari beberapa jenis makanan seperti daging, ikan, produk susu, telur, dan kedelai.

Namun, bukan berarti makanan di luar itu tak mengandung protein penting. Hanya saja, sumber protein di luar daftar di atas tidak menyediakan asam amino yang diperlukan tubuh.

“Jika Anda makan makanan dengan protein yang tidak lengkap sepanjang hari, Anda sebaiknya mendapatkan semua asam amino yang diperlukan,” kata Mike Rousell, ahli gizi sekaligus penulis The MetaShred Diet, melansir LiveStrong.

Ginjal berfungsi menyaring dan memecah produk metabolisme protein. Namun, konsumsi protein yang banyak sekalipun tak akan merusak ginjal jika tubuh sehat.

Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Nutrients tahun ini melibatkan tiga ratus sepuluh pria dan wanita pradiabetes.

Mereka diminta untuk mengikuti program penurunan berat badan selama setahun.

Periset menemukan bahwa asupan lebih dari satu koma enam gram protein per kilogram berat badan dalam sehari tidak berhubungan dengan kerusakan ginjal.

Padahal, jumlah asupan ini dua kali asupan protein yang disarankan.

Hal ini terdengar seperti fakta, tapi sebenarnya hanya soal kesalahpahaman.

Sebuah studi pada tujuh tahun lalu lalu menyebutkan bahwa konsumsi lebih dari dua gram protein per kilogram berat badan dan kurang dari enam ratus miligram kalsium per hari dapat mendorong penurunan kekuatan dan massa tulang.

Namun, ini bukan sepenuhnya kesalahan protein.

Jika seseorang memperhatikan asupan kalsiumnya, maka protein akan berfungsi sebagaimana mestinya untuk menjaga kesehatan tulang.

Mitos ini berasal dari fakta bahwa tubuh memerlukan tiga puluh gram protein sehari.

Porsi sebanyak itu dibutuhkan untuk menstimulasi sintesis protein dalam pertumbuhan otot.

Protein yang rusak dapat diperbaiki untuk kemudian membentuk protein anyar.

Jumlah tiga puluh gram protein ini, kata Mike, adalah angka optimal. Jika ditambah, dia tak akan memberikan manfaat tambahan.

Para ahli menyarankan konsumsi protein lebih dari jumlah yang disarankan sebanyak nol koma delapan gram per kilogram berat badan.

Namun, Mike menyebut tak ada alasan yang tepat untuk mengonsumsi protein lebih dari jumlah yang disarankan.

“Lebih dari itu, Anda dapat memberikan sumber energi yang lebih baik untuk tubuh dari lemak maupun karbohidrat,” kata Mike.

Sebelumnya, beberapa studi menyebut bahwa mengonsumsi protein setelah tiga puluh menit hingga satu jam setelah olahraga adalah cara tepat untuk membentuk otot.

Namun, beberapa tinjauan lain menyatakan hal yang berbeda. Ada di antaranya yang menyarankan empat hingga enam jam, juga sekitar dua jam untuk kemudian mengonsumsi sebanyak tiga puluh gram protein.

“Setelah olahraga, tubuh mengambil manfaat dari protein. Tak berati harus sesegera mungkin. Yang terbaik adalah dua jam dan secara teratur dalam porsi makan setelahnya,” ujar Mike.

Embel-embel sumber protein pada produk makanan tak bisa dipercaya begitu saja. Anda perlu meneliti fakta nutrisi di baliknya.

Alpukat berukuran sedang hanya memiliki empat gram protein.

Sementara biji chia hanya mengandung protein sekitar tiga gram per sendok makan.