close
Nuga Sehat

Kenapa Stres Bisa Membikin Sakit Kepala

Stres?

Ya, stres tidak cuma bikin Anda jadi tidak fokus karena pikiran yang mumet.

Seringnya, stres yang terus dibiarkan menumpuk malah membuat kepala terasa nyut-nyutan. Sakit kepala itu bahkan bisa semakin parah ketika stres Anda juga makin meningkat.

Kenapa, sih, stres bikin sakit kepala?

Sakit kepala merupakan keluhan yang dialami oleh hampir setiap orang.

Sakit kepala adalah sakit yang terjadi di bagian kepala, baik pada area di atas mata atau telinga, belakang kepala, atau di belakang leher bagian atas. Penyebabnya pun sangat beragam, seperti tekanan darah tinggi, udara yang panas, menstruasi, ganguan pada otak, dan stres.

Stres sering sekali dikaitkan dengan penyebab munculnya sakit kepala dan setiap orang pasti memiliki tingkat stres yang berbeda-beda.

Sebuah penelitian menemukan bahwa semakin tinggi tingkat stres yang Anda alami maka rasa sakit di kepala akan semakin terasa.

Tubuh membaca stres yang Anda alami sebagai sebuah ancaman.

Maka untuk melindungi dirinya, tubuh akan melepaskan sekelompok hormon stres seperti adrenalin, kortisol, dan norepinefrin dalam jumlah banyak.

Hormon-hormon ini bekerja mematikan fungsi-fungsi tubuh yang sedang tidak diperlukan, misalnya pencernaan.

Di saat yang bersamaan, hormon adrenalin dan kortisol menyebabkan peningkatan detak jantung danpelebaran pembuluh darah untuk mengalirkan darah ke bagian-bagian tubuh yang berguna untuk merespon secara fisik, seperti kaki dan tangan.

Karena jantung memusatkan aliran darahnya ke bagian bawah tubuh, otak jadi tidak mendapatkan asupan darah beroksigen yang cukup.

Akibatnya, fungsi otak menurun. Inilah penyebab kenapa banyak orang yang justru mengalami sakit kepala saat sedang stres.

Selain itu, stres juga menyebabkan ketegangan berlebihan pada otot daerah kepala anda.

Sakit kepala akibat stres disebabkan oleh jenis sakit kepala tensi sakit kepala tegang.

Sakit kepala tegang ditandai dengan nyeri tumpul yang terasa menekan dan mengikat kepala dan menyebar di seluruh bagian kepala, tapi tidak berdenyut.

Seringnya juga diikuti oleh sensasi ketidaknyamanan atau ketegangan di leher belakang.

Sakit kepala tensi dapat Anda rasakan selama tiga puluh menit, atau bahkan lebih.

Sakit kepala tegang berbeda dengan sakit kepala migrain.

Jika sakit kepala tensi dirasakan menyebar di seluruh kepala, nyeri migrain seringnya terasa berdenyut dan hanya terpusat di salah satu sisi kepala.

Selain itu, sakit kepala akibat migrain bisa diperparah dengan aktivitas fisik yang Anda lakukan, misalnya naik-turun tangga, atau cahaya terang dan suara keras.

Sakit kepala tegang tidak dipengaruhi oleh aktivitas fisik maupun sensitivitas suara dan cahaya.

Selain itu, migraine juga dapat disertai dengan gejala lain, seperti mual dan muntah. Sakit kepala tensi tidak menunjukkan gejala-gejala ini.

Sakit kepala karena stres dapat muncul secara periodik dan episodik.

Jika Anda mengalami sakit kepala yang terjadi kurang dari lima belas hari setiap bulannya maka dianggap episodik.

Dan, jika Anda mengalami sakit kepala lebih dari lima belas hari dalam sebulan maka dianggap sebagai sakit kepala kronis atau periodik.

Kedua jenis sakit kepala tersebut sering dirasakan pada dahi atau bagian belakang leher dan kepala.

Sakit kepala akibat stres yang bersifat episodik ini biasanya dimulai secara bertahap hingga memuncak pada siang hari dan berlangsung selama tiga puluh  menit setiap sesinya.

Sedangkan untuk sakit kepala kronis atau periodik akan meningkat setiap kali Anda mengalami sakit kepala.

Sakit kepala kronis ini terjadi dalam waktu yang lama dengan rasa sakit yang berdenyut pada bagian depan kepala, atas, atau sisi kanan/kiri.

Jenis sakit kepala ini tidak akan mempengaruhi pengelihatan ataupun keseimbangan Anda, namun Anda akan merasa cemas dan mudah marah.