close
Nuga Sehat

Kecanduan Film Porno Bisa Merusak Otak

Kecanduan film porno?

Awas, “kerjaan” ini bias merusak otak

Ya, memang tak terbantahkan setiap orang yang menonton film porno, baik pria maupun wanita, memiliki alasan bahwa menonton film porno bisa mengembangkan fantasi seksual dan mendorong rangsangan seksual ketika berhubungan intim dengan pasangan.

Tentu sah-sah saja jika Anda dan pasangan bisa mendapatkan bantuan dari film biru, tapi kalau terlalu sering dan sampai tahap ‘kecanduan’, hati-hati.

Sebuah penelitian di Jerman mengungkapkan bahwa terlalu sering menonton film porno bisa berdampak buruk bagi kesehatan otak.

Dilansir Kompas, para peneliti tersebut menemukan, terlalu sering atau secara teratur menonton film porno dapat membuat volume otak di daerah striatum mengalami penyusutan.

Striatum sendiri adalah daerah otak yang memiliki kaitan dengan motivasi.

Lain lagi dengan penelitian dari Cambridge University padalima tahun lalu, otak seseorang yang suka menonton film porno mirip dengan pecandu narkoba.

Berdasarkan hasil scan, ada tiga daerah otak yang lebih aktif pada orang yang suka menonton film porno sejak usia dini dibandingkan yang tidak.

Sayangnya, dampak menonton film porno tidak hanya merusak otak. Apa saja efek lainnya?

Sebuah studi yang dipublikasikan di Italian Society of Andrology and Sexual Medicine menunjukan bahwa dari dua puluh delapan ribu pria yang dijadikan objek penelitian, kebanyakan menonton film porno sejak muda, sekitar umur 14-20-an tahun.

“Semakin banyak pria muda Italia menderita anoreksia seksual dan tidak mampu ereksi karena penggunaan internet untuk pornografi yang biasanya dimulai saat remaja,” tutur pemimpin studi, Marnia Robinson.

Anoreksia seksual di sini menggambarkan kondisi berkurangnya nafsu atau gairah seksual. Biasanya orang yang sudah mengalami ini takut dengan keintiman, kontak seksual, malu, dan membenci diri sendiri atas pengalaman seksualnya.

Robinson sendiri mengatakan penyebab orang jadi suka menonton film porno atau candu dengan pornografi dan mengalami anoreksia seksual adalah masalah fisiologis, bukan psikologis.

Orang yang kecanduan nonton film porno akan berisiko lebih tinggi mengalami disfungsi ereksi atau impotensi. Profesor Carlo Foresta, profesor urologi di University of Padua, Italia menemukan bahwa tujuh puluh persen pemuda yang mencari bantuan klinis untuk masalah seksual adalah karena masalah kecanduan pornografi di internet.

“Banyak pria muda berusia dua puluhan tahun atau lebih, tidak bisa mendapatkan gadis dalam dunia nyata, sehingga membuat mereka memiliki kebiasaan menonton film porno atau masturbasi berlebihan,” ujarnya.

Mereka tidak akan pernah terbuka menbicarakan hal ini dengan teman atau rekan kerjanya karena takut akan jadi bahan tertawaan.

Tapi ketika ada salah satu dari mereka menceritakan masalahnya dalam forum kesehatan, maka akan banyak balasan dari orang lain yang juga mengalami masalah yang sama,” papar salah seorang partisipan Profesor Foresta.

Menurut Profesor Foresta, impotensi atau disfungsi ereksi terkait dengan pornografi bisa disembuhkan.

Akan tetapi dalam masa pemulihan, butuh empat hingga dua bela minggu untuk menghindari rangsangan seksual yang intens.

Dalam studi lainnya, akibat dari kecanduan nonton film porno ialah membuat seorang pria jadi tidak tertarik melakukan seks di dunia nyata.

Studi ini menemukan bahwa pornografi bisa membuat pria tidak mendapatkan kegembiraan dengan aktivitas seksual yang nyata dengan pasangannya.

Ini bisa terjadi karena menonton film porno membuat stimualsi dopamin terjadi secara terus menerus.

Akibatnya, otak kehilangan kemampuan untuk merespons tingkat dopamin yang normal, dan orang yang sudah ketagihan film porno perlu pengalaman seksual yang lebih ekstrem agar bisa terangsang di dunia nyata.