close
Nuga Sehat

Kopi dan Teh “Tertuduh” Pemicu Obesitas

Kopi dan teh, kini, di negeri ini, Indonesia, menjadi “tertuduh” baru sebagai penyebab terjadinya obesitas

Kenyataan ini berbeda dengan hasil sejumlah penelitian manca negara yang  mengklaim, minuman bersoda yang tinggi gula diklaim bisa memicu obesitas.

“Di sini, kebiasaan minum teh dan kopilah yang dapat meningkatkan risiko obesitas,” tulis seorang peneliti senior  di SEAMEO-REFCON, Ir. Helda Khusun, MSc, PhD

Kenapa demikian?

Sewajarnya, minum air itu berfungsi untuk hidrasi dan bukan menjadi sumber kalori. Tapi di kita, seringkali minuman sehari-hari seperti teh dan kopi ditambah gula

Menurut penelitian yang ia lakukan soal Calorie Intake and Physical Study, ia menemukan, gula yang ditambahkan dalam minuman berkontribusi terhadap enam koma lima persen total energi–yang paling banyak disumbang oleh teh dan kopi.

Helda menggunakan delapan ratus lebih sampel yang melibatkan pria dan wanita umur  diberbagai kota

Pola konsumsi seperti ini, diikuti dengan gaya hidup tidak aktif, berkaitan erat dengan peningkatan risiko

Penyakit tidak menular seperti obesitas, diabetes, dan penyakit kardiovaskular.

“Untuk mencegah obesitas, kami menyarankan pentingnya memonitor keseimbangan asupan dan keluaran kalori dengan menurunkan konsumsi makanan tinggi lemak dan tinggi gula serta perubahan perilaku yang lebih aktif dengan menambah kegiatan bergerak seperti olahraga untuk pembakaran kalori,” katanya.

Sebelumnya sudah ada kabar buruk untuk bahwa  kopi jadi sumber masalah berat badan

Dalam sebuah studi baru, para peneliti Australia telah menemukan bahwa minum lebih dari lima atau enam cangkir sehari dapat menyebabkan kenaikan berat badan dan meningkatkan risiko sindrom metabolik, dilansir nydailynews.

Sindrom metabolik merupakam faktor risiko dari bertambahnya ukuran pinggang besar, tekanan darah tinggi, dan kadar trigliserida tinggi, yang dapat meningkatkan seseorang terkena penyakit kronis, seperti diabetes dan stroke.

Kandungan polifenol dan asam klorogenat atau lebih dikenal dengan CGA pada kopi menghambat hilangnya lemak dan meningkatkan resistensi insulin.

“Kami mempelajari efek polifenol atau CGA yang sangat banyak ditemukan pada kopi. Tetapi CGA juga ditemukan dalam teh dan beberapa buah-buahan seperti plum,” kata penulis studi Profesor Kevin Croft, dari University of Western Australia.

Para peneliti menggunakan tikus sebagai bahan penelitian.

Tikus gemuk yang diberikan asupan setara dengan lima atau enam cangkir kopi perhari menunjukan adanya resistensi  lemak dalam sel tubuh.

Selain itu menunjukan glukosa yang berlebih dan peningkatan resistensi terhadap regulasi insulin.

Efek kopi memang tergantung dengan dosis saat mengonsumsinya. Satu atau dua cangkir mungkin masih tidak masalah.

“Asupan moderat kopi, hingga tiga sampai empat cangkir sehari tampaknya masih bisa mengurangi risiko pengembangan penyakit seperti penyakit jantung dan diabetes tipe 2. Namun jika berlebih juga dapat berakibat tidak baik,” kata asisten profesor Vance Matius.

Sementara itu, para ahli kesehatan khususnya pada bidang gizi, menyarankan kepada mereka yang berdiet untuk fokus pada bahaya gula, dan mengurangi asupan garam.

Dalam suatu studi pun disebutkan bahwa menambahkan dua sendok gula saja ke dalam setiap masakan, cenderung memiliki peran lebih besar dalam meningkatkan tekanan darah, serta memicu penyakit jantung dan stroke.

Selain itu, bukti juga menunjukkan bahwa gula  dan fruktosa dapat menyebabkan risiko kardiovaskular secara menyeluruh untuk berbagai mekanisme.

Mereka mengatakan,”Di seluruh dunia, konsumsi minuman manis telah melibatkan seratus delapan puluh ribu kematian per tahun.”.

Dan sirup jagung yang mengandung tinggi fruktosa, merupakan pemanis yang paling sering digunakan di dalam makanan olahan, terlebih minuman bersoda.

Dikutip dari Daily Mail,  Profesor Kedokteran Kardiovaskular dari University of Warwick, Francesco Cappuccio, mengatakan, barang siapa yang ingin memulai untuk hidup sehat, dan ingin menurunkan berat badan, mengurangi atau tidak mengonsumsi gula sama sekali dengan membatasi makanan olahan, merupakan langkah yang tepat untuk memulai pertama kali.