close
Nuga Sehat

Jangan Pernah Takut Terhadap Keringat

Laman kesehatan “men’s health,” hari ini, Kamis, 27 Juli, menurunkan tulisan panjang tentang “problem” keringat yang banyak menjadi keluhan setiap orang yang “bau”nya sering menimbulkan ketidaknyamanan.

Ya, keringat  bisa membuat kita kesal karena membasahi baju, apalagi setelah selesai berolahraga atau dalam suhu yang cukup panas.

Namun begitu, menurut penelitian terbaru,  Anda harus bersyukur karena keringat merupakan tanda tubuh masih normal dan bekerja semestinya.

Seorang peneliti dari Oklahoma University, Barbara J. Holtzclaw, Ph.D., R.N.,  mengungkapkan, saat cuaca terlalu panas, pusat suhu tubuh di otak, khususnya di hipotalamus mengirimkan sinyal ke kelenjar untuk menghasilkan keringat.

Penguapan cairan asin di kulit yang membuat suhu tubuh perlahan turun. Intinya, keringat berfungsi sebagai unit pendingin tubuh dan membuat kita tidak kepanasan.

Dan Anda perlu tahu fakta menarik seputar keringat:

Kebanyakan orang membenci keringat karena dianggap bau. Faktanya, sebagian besar keringat sama sekali tidak berbau.

Holtzclaw menjelaskan, keringat yang diproduksi kelenjar sebagian besar terdiri dari air dan elektrolit, yang tidak berbau.

Beberapa kain sintetis bisa mengikat panas tubuh dan mengganggu penguapan keringat dan menghasilkan bau sendiri.

Keringat berbau berasal dari kelenjar keringat apokrin, yang hanya diaktifkan saat Anda merasa stres, cemas, takut, atau terangsang.

Holtzclaw menjelaskan, karena jenis keringat ini kental dan berminyak dan mengikat bakteri pada kulit, sehingga menimbulkan bau tak sedap.

Tubuh kita memiliki bagian belakang alias punggung. Ini secara otomatis menghasilkan keringat agar suhu tubuh tidak terlalu panas, dan tahu seberapa banyak keringat yang Anda butuhkan, walau setiap orang berbeda.

Jumlah keringat eccrine  yang lebih banyak berisi air dan garam bergantung pada banyak faktor, termasuk cuaca dan jumlah kelenjar keringat yang  dimiliki.

Jika Anda terbiasa dengan iklim panas, tubuh Anda akan menyesuaikan dengan berkeringat secara lebih efisien.

Namun, kata Holtzclaw, jika tubuh Anda terbiasa dengan iklim yang sejuk, Anda mungkin menghasilkan lebih banyak keringat saat berada di udara panas.

Jadi, apakah Anda meneteskan keringat atau hanya berkilau karena keringat, ketahuilah tubuh memiliki pengaturan yang mengagumkan.

Anda mungkin pernah mendengar tentang orang-orang yang mendapatkan suntikan Botox atau perawatan untuk mengurangi jumlah keringat.

James Mold, M.D., pakar kesehatan dari Oklahoma University mengatakan kita harus tetap berhati-hati terhadap berbagai terapi untuk mengendalikan keringat.

Meskipun perawatan ini disetujui oleh FDA, tapi bisa bisa menyebabkan efek samping berupa rasa terbakar, gatal, bengkak dan memar yang bisa berlangsung selama berminggu-minggu.

Biasanya bukan ide bagus untuk menentang alam (kebiasaan yang sudah seharusnya terjadi) atau menjalani terapi dengan alasan murni kecantikan, kecuali jika manfaatnya lebih besar dari resikonya,”kata Mold.

Keringat umumnya memang memiliki bau khas.

Namun bila sewaktu-waktu Anda mencium keringat menjadi lebih berbau, entah usai berolahraga atau presentasi di depan klien, mungkin Anda perlu meluangkan waktu untuk menenangkan pikiran.

Menurut George Preti, Ph.D., seorang ahli kimia organik di Monell Chemical Senses Center, di mana ia meneliti asal bau manusia, tubuh sebenarnya memiliki dua jenis kelenjar keringat.

Pertama, kelenjar ekrin memroduksi air keringat yang mendinginkan tubuh usai melakukan aktivitas berat atau berada di ruangan panas.

Ada pula kelenjar apokrin, yaitu kelenjar yang ditemukan di daerah ketiak, akan diaktifkan oleh tubuh ketika Anda sedang stres psikologis, jelas Preti.

Keringat yang dikeluarkan dari kelenjar inilah yang menghasilkan bau kurang sedap, baunya bisa seperti belerang yang kuat ketika sedang cemas atau takut.

Karena stres juga mengaktifkan sistem saraf simpatik tubuh, Anda juga lebih mungkin untuk miliki detak jantung lenih cepat, telapak tangan berkeringat, dan mulut kering, kata Ramsey Markus, M.D., profesor dermatologi di Baylor College of Medicine.

“Keringat yang dihasilkan ketika kita beraktivitas di luar ruangan sebagian besar terdiri dari air, tetapi keringat yang berasal dari kelenjar apokrin memiliki konsentrasi yang lebih tinggi lemak, lipid, dan protein,” kata Dr Markus.

Konsentrasi itu membuat bakteri lebih mudah bersarang dan berkembang biak. Bakteri kemudian menghasilkan asam lemak dan amonia, yang menciptakan bau yang kuat dan tidak sedap.

Teori lainnya menunjukkan, bahwa nenek moyang kita mungkin telah mengembangkan reaksi stres yang mirip dengan hewan yang sedang diserang, jelas Dr Markus.

Para ilmuwan berspekulasi bahwa kita mungkin telah berevolusi untuk menghasilkan bau ini selama situasi stres sebagai cara untuk menangkal “predator” atau ancaman.

Selain menggunakan antiperspirant dan menjaga kebersihan tubuh, melakukan kegiatan yang dapat mengontrol emosi dan menjernihkan pikiran di akhir pekan dapat menjadi solusi terbaik untuk mengusir bau keringat tak sedap.

Tags : slide