close
Nuga Sehat

Jangan Nyinyir dengan Berat Badan Anak

“Jangan menyalahkan anak yang berat badannya mengalami over,” tulis media kesehatan anak “the cut,” tentang fenomena  banyaknya orang tua yang menuding kesalahan berat badan kepada sang anak.

Menurut “the cut,”  para  pakar kesehatan anak di Amerika Serikat telah mencapai konsensus bahwa orangtua sebaiknya menghindari pembicaraan berat badan dengan anak terutama yang beranjak usia remaja.

Apakah anjuran ini hal baru?

“tidak,” tulis “the cut,” di edisi khususnya, Rabu, 24 Agustus 2016.

Sebelumnya, sebuah studi telah membuktikkan bahwa berbicara mengenai berat badan dapat menyebabkan kebiasaan makan yang tidak sehat pada anak secara permanen.

Diumumkan melaui panduan terbaru oleh American Academy of Pediatrics dan diperuntukkan kepada dokter dan orangtua, anjuran ini berlaku untuk orangtua dengan semua anak berusia remaja, baik yang bermasalah dengan berat badan maupun tidak.

Neville Golden, M.D., profesor ilmu kesehatan anak dari Stanford University School of Medicine dan penulis utama panduan ini, mengatakan, panduan tersebut diciptakan setelah melihat banyak remaja yang menggunakan metode yang tidak sehat untuk menurunkan berat badan.

Lalu, kebanyakan remaja yang memiliki kelainan pola makan tidak menunjukkan tanda-tanda secara fisik sehingga seringkali dilewatkan oleh dokter, tambahnya.

Sebagai gantinya, panduan tersebut juga memberikan beberapa rekomendasi kepada orangtua dan dokter untuk menjaga kesehatan anak.

Menurut panduan tersebut, orangtua dan dokter sebaiknya tidak mendorong anak untuk diet, berkomentar mengenai berat badan anak maupun orang lain, dan menggoda anak mengenai berat badan.

Untuk menjaga kesehatan anak, keluarga harus makan bersama secara reguler, dan orangtua harus menganjurkan pola makan yang sehat dan olahraga untuk kesehatan, bukan menurunkan berat badan.

Dr Golden juga menambahkan bahwa rendahnya citra diri adalah penyebab utama kelainan pola makan dan obesitas.

“Ibu-ibu yang berbicara mengenai berat badan dan bentuk tubuh mereka sendiri dapat secara tidak langsung mendorong anak untuk memiliki citra diri yang rendah.

Hal ini merupakan sesuatu yang kita lihat pada setengah remaja wanita dan seperempat remaja pria,” tuturnya.

Sementara itu, anak berusia remaja yang memiliki citra diri yang baik melaporkan bahwa orangtua dan teman-teman mereka makan secara teratur dan berolahraga untuk kesehatan, bukan berat badan.

Memang, dari segi tanggungjawab orangtua selalu ingin putra dan putri mereka menjadi yang terbaik.

Tidak hanya di bidang edukasi dan sosial tapi juga secara fisik. Terutama di era modern ketika obesitas berdiri di ujung mata dan mengancam kesehatan anak-anak.

Namun, ternyata berat badan adalah topik yang dilarang untuk dibicarakan dengan anak.

Padahal, di Indonesia, hal ini sangat lazim dibicarakan.

Bahkan di acara keluarga kalimat “tambah gendut, ya?” sudah terlalu sering digunakan seperti sapaan.

Menurut studi yang dipublikasikan dalam jurnal Eating and Weight Disorders, orangtua yang sering berbicara mengenai ukuran tubuh dan berat badan lebih sering memiliki anak-anak yang tumbuh dan mengalami kelainan cara makan atau kebiasaan makan yang tidak sehat.

Mempelajari lima ratus  wanita di usia dua puluhan awal, para peneliti bertanya apakah orangtua mereka sering berkomentar mengenai berat badan mereka.

Ternyata, walaupun saat kecil mereka mengalami obesitas atau tidak, wanita yang memiliki orangtua demikian percaya bahwa mereka harus menurunkan berat badan, meski mereka sedang memiliki berat badan yang pas atau normal.

Hal ini disebabkan karena komentar orangtua memiliki pengaruh yang dapat melukai seumur hidup, ujar penulis utama studi ini, Dr. Bian Wasink, kepada New York Times.

Walaupun belum tentu negatif, fokus terhadap berat bedan atau ukuran tubuh seseorang, baik anak tersebut ataupun orang asing, dapat menjadi nilai yang signifikan. Nilai ini kemudian di internalisasikan dan disimpan seumur hidup hingga anak tersebut tumbuh.

Lebih mengerikannya lagi, hanya satu percakapan mengenai berat badan yang dibutuhkan untuk menyebabkan kebiasaan makan yang tidak sehat seumur hidup.

“Kita bertanya pada para wanita untuk mengingat seberapa sering orangtua mereka berkomentar demikian. Namun, ternyata jika mereka mengingat bahwa hal tersebut pernah terjadi, hal itu memiliki pengaruh yang sama buruknya dengan terjadi secara terus-menerus,” ungkap Dr. Wansink.

“Beberapa komentar sama saja dengan berkomentar setiap saat. Hal ini memiliki impresi yang mendalam,” pungkasnya.