close
Nuga Sehat

Ingin Sehat? Makanya Nikmatilah Hidup

Hidup harus dinikmati.

Itu yang dianjurkan University College London terhadap kehidupan para orang tua untuk menghindari kematian lebih awal.

“Anda pernah melihat  para orang tua berdansa dan tertawa ria bersama kelompok seusianya?”

Ya, mereka tampak begitu menikmati hidup, meski banyak kerutan yang menghiasi wajah dan kulit mereka.

Penelitian yang dilakukan tim dari University College London tersebut mengamati persepsi para lansia terhadap kenikmatan dan kepuasan hidup.

Ternyata, rasa puas berdampak positif pada umur yang lebih panjang.

Penelitian tersebut melibatkan sepuluh ribuan pria dan wanita berusia lima puluhan  tahun ke atas, dengan rata-rata usia enam puluh tiga tahun.

Kenikmatan hidup peserta dinilai tiga kali dengan selang waktu dua tahun, kemudian asosiasi tingkat kematian peserta dianalisis.

Tim peneliti mendapati ada berbagai faktor yang berpengaruh pada tingkat kepuasan hidup, seperti kekayaan, pendidikan, masalah kesehatan, serta suasana hati.

Tim menemukan lebih banyak wanita daripada pria yang menikmati hidup.

Selain itu, tim juga menemukan bahwa tingkat kematian lebih tinggi pada peserta yang kurang menikmati hidup.

Laporan tersebut menyebutkan, kenikmatan hidup mengurangi tingkat mortalitas hingga tujuh belas persen.

Peserta yang menikmati tiga kegiatan menyenangkan mampu mengurangi dua puluh empat persen risiko kematian, dibandingkan mereka yang tidak menikmati hidup. Peneliti juga menambahkan, mereka yang kurang menikmati hidup biasanya rentan terserang suatu penyakit yang serius.

Hasil penelitian ini menunjukkan betapa pentingnya orangtua perlu menikmati hidup. Apapun hal yang membuat perasaan mereka bahagia, juga mendukung kualitas hidup mereka di dunia.

Yang peril dihindari oleh seorang usia tua adalah kesepian.

Begitupun ketika seseorang merasa kesepian, bagi mereka lanjut usia masalah kesehatan akan menjadi “rumit.”.

Menurut dokter geriatri dari University of California, dr Carla M Perissinotto, kesepian memiliki hubungan dengan penyakit fisik, serta penurunan fungsional dan kognitif.

Pasalnya, merasa kesepian dapat membuat kadar hormon kortisol dan tekanan darah meningkat, mengurangi peredaran darah ke organ vital dan mengganggu kemampuan sistem imun untuk melawan infeksi.

“Selain itu merasa kesepian juga menyebabkan penurunan mobilitas, performa aktivitas, dan kematian dalam jangka waktu enam tahun di masa tindak lanjut, dibandingkan dengan orang yang tidak mengeluh kesepian,” tutur dr Perissinotto dikutip dari Mirror.

“Hasil penelitian yang melibatkan ribuan partisipan membuktikan empat dari sepuluh mengeluh kesepian,” sambung dr Perissinotto.

Sementara itu, peneliti dari Massachusetts Institute of Technology mengidentifikasi ‘pusat kesepian’ dalam otak memiliki hubungan dengan depresi.

Oleh karena itu, dr Perissinotto meminta kepada orang yang memiliki keluarga atau kerabat dengan usia lanjut agar memastikan mereka tidak merasa kesepian.

Caranya, dengan rajin mengunjunginya yang bersangkutan.

Dalam laporannya di Journal of Abnormal Psychology, dr Eiko Fried dari University of Leuven di Belgia menyarankan supaya keluarga lebih memperhatikan kondisi para lansia dan sebisa mungkin membuat mereka tidak merasa kesepian.

Sebab, perubahan suasana di mana sebelumnya mereka memiliki pendamping lalu segalanya dilakukan sendiri, bisa menimbulkan masalah psikologi pada lansia.

“Oleh karena itu penting bagi keluarga untuk mengatur bagaimana agar orang tua mereka tidak merasa kesepian”

“ Bisa dengan tinggal bersamanya, bergantian mengunjungi mereka, serta melibatkan tetangga sekitar sehingga yang bersangkutan bisa terlibat dalam kegiatan sosial di lingkungan tempat tinggalnya,” kata Caroline Abrahams dari Age UK.