close
Nuga Sehat

Hubungan Bicara Pelo dan Serangan Stroke

Tahu kenapa seseorang yang terserng stroke bias pelo?

Ya, stroke merupakan kondisi kegawatan yang dapat mengancam nyawa dan membutuhkan penanganan medis yang tepat dan cepat.

Tak hanya itu, hal lain yang juga menakutkan dari stroke adalah terjadinya kecacatan, seperti pelo, yang bisa dialami oleh penderitanya.

Stroke terjadi akibat terganggunya aliran darah ke otak. Bila aliran darah tersebut terhenti selama beberapa jam atau lebih, sel-sel otak tanpa adanya aliran darah yang cukup akan mengalami kematian.

Bergantung dengan jumlah darah yang terlibat serta lokasi area stroke di otak, orang yang mengalami stroke dapat menunjukkan berbagai tanda dan gejala mulai dari kesulitan bergerak atau berbicara hingga kelemahan otot atau kematian.

Gangguan bicara merupakan salah satu gejala awal stroke. Jenis gangguan bicara yang terjadi bergantung dengan area lokasi stroke terjadi di otak dan seberapa besar kerusakan yang terjadi.

Sebagian besar pasien yang mengalami stroke sering kali mengalami keluhan bicara pelo, sehingga pengucapan kalimat menjadi tidak jelas dan orang lain menjadi sulit memahaminya.

Keluhan ini tentunya sangat mengganggu karena dapat menetap selama beberapa waktu setelah stroke.

Bicara pelo disebabkan oleh kelemahan otot-otot yang berperan penting dalam berbicara seperti otot bibir, lidah, dan rongga mulut.

Kelemahan otot tersebut disebabkan oleh adanya gangguan aliran darah ke otak yang menyebabkan terkenanya bagian pengontrol gerakan otot rongga mulut di otak.

Bicara pelo akibat kelemahan otot dapat membaik dalam beberapa hari atau minggu, tapi dapat pula menetap.

Disartria merupakan komplikasi stroke yang memiliki gejala bicara pelo.

Diasartria dapat membuat artikulasi menjadi tidak jelas, memengaruhi kualitas dan kekerasan suara, serta kemampuan berbicara secara normal dengan intonasi normal.

Bicara pelo yang menetap dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang dan membuat rasa tidak nyaman bagi orang yang mengalaminya.

Bicara pelo dapat menyebabkan gangguan komunikasi yang dapat memengaruhi kehidupan sosial penderitanya.

Pada beberapa pasien, kondisi ini dapat menyebabkan isolasi dan rasa depresi. Oleh sebab itu, penanganan bicara pelo tidak dapat diabaikan.

Gangguan bicara seperti bicara pelo akibat stroke dapat ditangani dengan terapi wicara.

Dokter spesialis rehabilitasi medik akan mengevaluasi bicara pasien pasca stroke dan membantu menentukan jenis gangguan bicara yang terjadi.

Terapi wicara dapat membantu penderita stroke untuk dapat kembali berbicara normal dan memperbaiki komunikasi.

Terapi wicara bertujuan untuk menyesuaikan laju, memperkuat otot-otot yang diperlukan untuk bicara, meningkatkan support saat bernapas, memperbaiki artikulasi, dan membantu keluarga untuk dapat berkomunikasi dengan pasien stroke.

Beberapa tips untuk membantu agar komunikasi menjadi lebih mudah jika mengalami bicara pelo:

Bicara secara perlahan. Orang yang mendengarkan akan dapat memahami percakapan lebih mudah.

Bicara sedikit demi sedikit. Bicara per kata atau kalimat singkat sebelum berbicara dengan kalimat yang lebih panjang.

Konfirmasi. Penderita menanyakan kembali kepada orang diajak bicara apakah telah mengerti perkataan yang disampaikan.

Jangan memaksakan diri. Jika penderita merasa lelah, tak perlu memaksakan diri untuk berbicara karena kelelahan akan membuat perkataan penderitanya lebih sulit dipahami.

Bawa alat bantu. Penderita bisa menyiapkan kertas dan alat tulis untuk mempermudah orang lain memahami hal yang ingin disampaikan atau bisa pula menggunakan gerak tubuh, misalnya dengan menunjuk ke arah objek yang dibicarakan untuk membantu menyampaikan pesan.

Selain dari pasien, peran keluarga dan kerabat sangat penting untuk membantu proses rehabilitasi pasien bicara pelo setelah stroke.

Jika Anda memiliki keluarga atau kerabat yang mengalami bicara pelo, bantu mereka dengan memberikan waktu untuk berbicara, hindari memotong kalimat mereka , tatap wajahnya ketika sedang berbicara, katakan pada mereka jika Anda mengalami kesulitan memahami, dan libatkan mereka dalam percakapan sesering mungkin.