close
Nuga Sehat

Hati-hati Dengan Makanan “Western Style” Si Tukang Bunuh

Tahu makanan “si tukang bunuh.”  Sebagian Anda  tentu sudah tahu. Tapi tak ada salahnya untuk disegarkan kembali diingatan. Mari lagi kita simak si pembunuh itu, yang di lingkungan elitis masyarakat menengah akrab disebut dengan “western style food.”

Makanan yang termasuk dalam kategori ini tentu saja asupan kaya garam dan gula, seperti kentang goreng, hamburger dan minuman kalengan bersoda tinggi serta kriuk-kriuk camilan yang asyiknya memang sangat menggoda.

Jika Anda ingin tetap sehat, janganlah sering-sering menyantap hidangan western style ini.  Hidangan gaya barat ini juga memilki kandungan lemak dan kalori yang tinggi. Dalam hamburger seberat 105 gram, misalnya, terdapat sekitar 426 kalori. Jadi, dapat dibayangkan bila keranjingan makanan junk food ini Anda akan rentan menderita penyakit degeneratif, seperti diabetes, jantung, atau stroke.

Sebuah tudi  terbaru yang dilakukan terhadap ribuan pria dan wanita berkebangsaan Inggris membuktikan, hidangan western style dapat mengakibatkan penurunan fisik dan kognitif. Penelitian ini juga menemukan fakta bahwa makanan gaya western style membuat orang jadi lebih cepat tua dan mati lebih cepat.

“Kami ingin membandingkan penuaan responden yang mengikuti Alternative Healthy Eating Index (AHEI) dan tidak, setelah usia 16 tahun,” kata Tasnime Akbaraly, peneliti dari Department of Epidemiology and Public Health di University College London.

Penelitian yang berlangsung 16 tahun ini diikuti 5.350 pria dan wanita, dengan rata-rata usia 51 tahun. Setiap lima tahun para peneliti mengumpulkan data dari para responden, termasuk kebiasaan makan, catatan rumah sakit, dan kematian.

Tim peneliti membagi data hasil riset tersebut menjadi lima kategori. Kategori pertama adalah mereka yang mengalami penuaan ideal sebesar 4 persen. Responden pada kategori ini terbebas dari penyakit kronis dan berpenampilan baik secara fisik, mental, dan kognitif.

Kategori selanjutnya adalah menderita penyakit nonfatal kardiovaskular sebesar 12,7 persen, meninggal karena penyakit kardiovaskular mendapat porsi 2,8 persen, meninggal karena penyakit nonkardiovaskular sebesar 7,3 persen, dan mengalami penuaan normal 73,2 persen.

Dari penelitian ini disimpulkan, responden yang tidak melaksanakan AHEI berpeluang lebih besar menderita penyakit kardiovaskular maupun nonkardiovaskular. Sementara yang rutin mengonsumsi hidangan western style berpeluang lebih kecil mengalami penuaan ideal.

“Mengikuti anjuran pola makan spesifik seperti AHEI meningkatkan peluang untuk tetap sehat dan bebas penyakit kronis saat usia lanjut,” kata Akbaraly.

AHEI adalah pola makan yang diperkenalkan Harvard Medical School. Pola ini mensyaratkan setengah piring makan diisi sayur dan buah, mengonsumsi susu rendah lemak, menghitung jumlah asupan garam, dan rajin minum air putih.

Pola makan sehat ini akan mengurangi asupan lemak, kolesterol, dan garam ke dalam tubuh. Hasilnya, lemak, kolesterol, dan garam tidak menghambat aliran darah di pembuluh yang menjadi sebab utama penyakit tekanan darah tinggi dan penyakit degeneratif lainnya.

Anehnya, di Indonesia orang tergila-gila dengan makanan “western style” ini sebagai symbol status social. Gerai penjualan hamburger, ayam gorieng maupun minuman soda dari berbagai jenus meruyak bagaikan virus hingga ke kota-kota kecil dan kampung-kampung pinggrian di berbagai kota besar.

Laju gerai kuliner ini tak terhitung lagi dengan munculnya “suoer market” dan mall-mall yang mengusung merek dan label asing semacang “Giant,” Careufur atau pun “hypermarket. Saksikan saja di plaza-plaza yang makanan jenis “western style” tumbuh bak cendawan di musim hujan.