close
Nuga Sehat

Enam Gelas Kopi untuk Menjauhi Lupus

Kabar gembira datang dari  tiga  institusi  penelitian paling keren di dunia untuk mereka yang terancam resiko penyakit multiple sclerosis atau dikenal dengan MS, atau pun dikenal dengan lupus.

Tiga lembaga peneilitian bergengsi itu, masing-masing Institut Karolinska di Stockholm, Johns Hopkins University di Maryland dan Universitas California, Berkeley, telah menemukan “obat”  untuk penyakit itu

“Menurut mereka, minum kopi enam kali sehari bisa mencegah risiko Multiple Sclerosis,” tulis “daily mail” mengutip hasil studi itu.

Studi ini melibatkan seribuan orang dewasa dengan MS dan kelompok perbandingan  tanpa MS.

Dalam kedua studi tersebut, para peneliti kemudian memperkirakan asupan kopi sebelum dimulainya gejala MS dibandingkan dengan kelompok sehat.

Para ahli tidak yakin mengapa kopi melindungi terhadap penyakit tersebut. Namun kafein diduga bisa menurunkan risiko MS hingga 30 persen.

“Pada kopi mungkin terdapat sifat neuroprotective yang telah terbukti mendorong resposn inflamasi dalam tubuh,” kata peneliti.

MS merupakan kondisi neurologis yang menyebabkan kelumpuhan.

Di Indonesia, penyakit ini tergolong langka. Penyakit ini umumnya terdiagnosis dalam usia produktif .

Kondisi ini paling sering memengaruhi wanita ketimbang pria sehingga menyebabkan hilangnya mobilitas, masalah penglihatan, kelelahan dan sakit luar biasa.

Meski begitu, penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Neurology, Neurosurgery and Psychiatry ini dianggap hanya penelitian observasional sehingga tidak ada kesimpulan sebab dan akibatnya.

“Terlepas dari apakah konsumsi kopi memiliki manfaat mencegah penyakit, dalam penelitian ini kami melihat efek kopi selama lima hingga sepuluh tahun,” ujar peneliti.

Dalam editorial yang menyertai, Elaine Kingwell dan Jose Maria Andreas Wijnands dari University of British Columbia di Vancouver mengatakan, bukti mengenai manfaat kopi untuk kesehatan memang masih berkembang.

Dan analisis ini kembali menambah bukti menguntungkan dari kopi.

Temuan ini juga dianggap akan menjamin penyelidikan lebih lanjut. Kepala uji klinis pada MS Society, Dr Emma Gray, mengatakan, studi ini memberikan bukti baru ada hubungan antara kopi dan risiko MS yang harus diujicoba.

“Ada lebih dari seratus ribu orang dengan MS di Inggris dan kami belum sepenuhnya memahami apa yang menjadi penyebabnya. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui akar penyakit ini,” ujarnya.

Penyakit  multiple sclerosis di kalangan orang Indonesia dikenal dengan lupus atau  juga disebut penyakit seribu wajah.

Penyakit autoimun yang menyerang saraf ini memiliki gejala-gejala yang bervariasi terhadap setiap orang. Hal ini tergantung bagian saraf mana yang diserang.

Penyakit saraf yang satu ini menyerang sistem saraf pusat dan merusak isolasi pelindung  di antara saraf sehingga pesan dari otak dan saraf tulang belakang tidak dapat bekerja dengan baik. Akibatnya sejumlah fungsi tubuh jadi

MS jangka pendek di Jepang ini, gejala pada setiap pasien amat bervariasi. Ada yang merasa kelelahan, keseimbangan terganggu, tiba-tiba lumpuh tapi esok harinya bisa berjalan.

Untuk bisa menegakkan diagnosa ini pun tidak mudah karena gejala awal tidak khas.

Penyakit ini tidak mudah didiagnosis apalagi jika masih gejala awal. Dokter butuh waktu untuk mendiagnosis. Bahkan datang ke dokter yang memahami MS sekalipun jika masih terlalu awal belum bisa ditegakkan.

Penegakan diagnosis amat dibutuhkan guna menghambat perburukan penyakit lewat terapi relaps maupun maupun jangka panjang.

Penyakit lupus ini  tiga kali lebih rentan terjadi pada wanita dibandingkan pria.

Tujuh puluh hingga delapan puluh  persen multiple sclerosis terjadi pada wanita. Ada yang menghubungkan ini dengan hormon, tapi belum jelas kebenarannya

Kasus MS banyak ditemukan pada orang Amerika, Eropa, dan Australia. Namun kecenderungannya kasus ini makin lama makin banyak ditemukan di Asia.

Jika lebih banyak di Eropa, Amerika, dan Australia ada yang mengatakan hal terkait dengan genetik tertentu sehingga mereka lebih rentan dengan MS.

Namun hingga kini, belum dapat dipastikan apa penyebabnya. Mengenai penyembuhan juga belum tersedia hingga kini.