close
Nuga Sehat

Duduk Sepuluh Jam? Wah Bahaya

“Reuter,” dalam tulisan terbaru kesehatannya, Jumat, 22 Juli 2016, mengingatkan tentang lamanya duduk  yang dianggap wajar.

“Kurang dari sepeuluh jam,” tulis media terkenal Inggris itu tentang lamanya duduk yang bisalebih sehat

Selebihnya berdampak buruk pada kesehatan dan bisa memicu timbulnya risiko penyakit jantung.

Mengutip analisis  peneliti dalam JAMA Cardiology, “reuter” mengingatkan  tidak hanya berdampak pada jantung, jika duduk lebih dari sepeuluh jam,  tapi juga meningkatkan risiko stroke, atau penyakit yang berhubungan dengan kematian akibat penyakit kardiovaskular.

Sehingga, bila Anda memutuskan untuk berdiri dan berjalan singkat setelah tiga jam duduk—seperti berjalan untuk makan siang—dianggap tak akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung.

“Temuan kami menunjukkan bahwa duduk yang dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular adalah duduk dalam waktu yang lama dan sedikitnya aktivitas fisik,” kata pemimpin penulis Dr Ambarish Pandey dari University of Texas Southwestern Medical Center di Dallas.

“Kecuali bila kebiasaan duduk dikaitkan dengan indeks massa tubuh yang tinggi, aktivitas fisik yang sangat sedikit, maka kemungkinan terjadinya risiko penyakit kardiovaskular sangat mungkin terjadi.”

Untuk mendapatkan kesimpulan tersebut, para peneliti menganalisis data dari sembilan studi jangka panjang yang melibatkan lebih dari tujuh ratus ribu orang dewasa dan menghitung hubungan antara waktu duduk dengan serangan jantung dan stroke.

Hasilnya, orang-orang yang sangat banyak duduk, sekitar 12 jam per hari, 14 persen lebih mungkin untuk mengalami penyakit jantung maupun stroke ketimbang mereka yang hanya duduk selama 2,5 jam per hari.

Tapi, bila duduk panjang diselingi aktivitas fisik seperti berjalan, maka risiko dapat berkurang.

Risiko hanya meningkat setelah Anda duduk lebih dari sepuluh jam per hari, menurut hasil analisa studi tersebut. Tetap aktif dan berolahraga secara teratur dapat membantu mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.

“Peningkatan aktivitas fisik, menghindari duduk terlalu lama, intervensi di tempat kerja seperti bekerja sambil duduk-berdiri, dan aktivitas di luar meja kerja bisa membuat jantung lebih sehat,” kata Pandey.

Lantas muncul pertanyaan, kenapa duduk lama dikaitkan dengan kondisi jantung?

Jawabannya,  karena terlalu banyak duduk memicu pengerasan pembuluh darah akibat penumpukan kalsium.

Lama-kelamaan, pembuluh darah bisa tersumbat sehingga terjadi serangan jantung atau stroke.

Dalam penelitian terhadap orang-orang berusia pertengahan ditemukan bahwa setiap tambahan satu jam waktu duduk terkait dengan peningkatan dua belas persen penumpukan kalsium di pembuluh darah koroner.

Penumpukan kalsium adalah gejala awal penyakit jantung.

Para responden dalam penelitian itu berjumlah dua ribuan orang, yang rata-rata berusia di atas lima puluhan tahun.

Aktivitas fisik mereka diukur berdasarkan alat pelacak yang dipakai, dan kalsium jantung mereka dipindai.

Partisipan yang tergolong paling bergaya hidup sedentari alias paling sedikit bergerak cenderung berusia lebih tua, menderita diabetes, bertekanan darah tinggi, dan mengalami kegemukan. Mereka juga cenderung memiliki kalsium koroner.

Selain jantung, kini,  ada lagi penelitian yang menyebutkan bahwa duduk lama juga berefek buruk bagi liver.

Orang yang duduk sepuluh jam atau lebih setiap harinya risikonya menderita perlemakan hati nonalkoholik naik sampai sembilan persen dibandingkan dengan orang yang hanya duduk sekitar lima jam setiap hari.

Penyakit perlemakan hati nonalkoholik selama ini diketahui disebabkan oleh konsumsi makanan berlemak terlalu banyak.

Kondisi ini juga dipengaruhi oleh faktor kegemukan, kadar Kolesterol dan trigliserida yang tinggi, serta hipertensi.

Aktivitas fisik juga diketahui berperan pada penyakit perlemakan hati nonalkoholik. Mereka yang aktif secara fisik lebih rendah risikonya mengalami penyakit ini.

Penelitian mengenai pengaruh duduk pada kesehatan liver ini dilakukan Dr.Seungho Ryu, profesor bidang kedokteran okupasi dan lingkungan dari Korea Selatan.

Ia mengamati lebih dari seratusan ribu pria dan wanita Korea yang ditanyakan aktivitas fisiknya. Lalu mereka menjalani pemeriksaan USG untuk mengetahui kondisi livernya.

Para responden dalam penelitian ini rata-rata berusia 39,9 tahun dan secara umum dalam kondisi sehat.

Hasil studi menyebutkan, olahraga secara rutin, bahkan intensitas tinggi, tak sepenuhnya melindungi kita dari efek buruk duduk terlalu lama. Sebaliknya, melakukan aktivitas ringan tapi sering, justru mengurangi risiko penyakit ini.

“Tubuh kita didesain untuk bergerak sehingga tidak heran jika gaya hidup sedentari, yang ditandai dengan aktivitas otot yang rendah, berdampak langsung pada fisik,” kata Michael Trenell, profesor bidang metabolisme.

Gaya hidup sedentari dapat meningkatkan risiko resistensi insulin dan menurunkan fungsi kardiovaskular. Pada orang yang resistensi insulin, kadar gula darahnya menjadi tinggi sehingga beresiko tinggi diabetes melitus.

Sejauh ini tidak ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit perlemakan hati, sehingga pencegahan adalah cara terbaik melawan penyakit ini. Jadi, mulailah kurangi waktu duduk.