close
Nuga Sehat

Ini Dampak dari Berhenti Ngopi Mendadak

Anda seorang jago ngopi dan secara tiba-tiba menghentikan kebiasaan ini?

Kalau  iya, Anda harus siap-siap menefrima dampaknya.

Seperti kita tahu, kafein merupakan zat stimulan yang paling banyak dikonsumsi orang-orang.

Pasalnya, kafein banyak ditemukan dalam kopi, teh, cokelat, minuman energi, dan obat-obatan.

Kafein bekerja dengan cara meningkatkan aktivitas sistem saraf pusat secara kimiawi.

Karena itu kafein cenderung dikonsumsi untuk meningkatkan fokus dan konsentrasi, bagi beberapa orang kafein diperlukan agar dapat terjaga. Inilah mengapa banyak orang zaman sekarang tidak bisa berhenti ngopi.

Meskipun aman dikonsumsi, kafein dapat menimbulkan efek ketergantungan.

Jika Anda berhenti ngopi atau mengonsumsi kafein dalam bentuk lainnya, maka akan timbul gejala putus kafein atau caffeine withdrawal.

Hal tersebut dapat terjadi dengan tingkatan ringan hingga berat, tergantung pada seberapa banyak biasanya Anda mengonsumsi kafein.

Dikutip dari hellosehat.com, putus kafein dapat dikatakan sebagai efek samping dari konsumsi kafein.

Hal ini berupa gejala yang muncul ketika seseorang berhenti ngopi secara tiba-tiba. Meskipun kafein aman, zat tersebut dapat menimbulkan ketergantungan yang serius.

Paling tidak kafein dalam takaran seratus miligram  per hari saja sudah bisa bikin ketergantungan. Karena tubuh sudah ketergantungan, berhenti mengonsumsi kafein pun akan memicu gejala putus kafein.

Anda mungkin masih tetap bisa menjalankan aktivitas sehari-hari meski mengalami gejala putus kafein.

Akan tetapi, kondisi putus kafein ini dikategorikan sebagai gangguan mental pada American Psychiatric Association’s Diagnostic dan Statistical Manual of Mental Disorders.

Kafein menyebabkan perubahan pada kadar zat kimia yang bertanggung jawab untuk menghantarkan sinyal-sinyal informasi dalam otak melalui neurotransmitter.

Zat-zat tersebut antara lain adalah asetilkolin, serotonin dan norepinefrin.

Karena tiba-tiba terjadi perubahan pada keseimbangan zat kimia di otak saat Anda berhenti ngopi, muncullah gejala putus kafein.

Salah satu gejala yang paling sering dikeluhkan adalah penurunan konsentrasi ketika tidak mengonsumsi kopi.

Beberapa gejala ketergantungan lainnya yang juga dapat muncul di antaranya sakit kepala, lemas, tidak enak badan, mual dan depresi

Pola munculnya gejala putus kafein dapat berbeda pada beberapa orang.

Gejala tersebut pada umumnya muncul dua belas hingga dua puluh empatjam setelah konsumsi kafein terakhir dan dapat bertahan dalam hitungan dua hingga sembilan hari.

Semakin sering Anda minum kopi setiap hari, semakin besar pula kemungkinan Anda mengalami gejala-gejala di atas ketika berhenti ngopi.

Mengonsumsi kafein kembali ketika gejala putus kafein muncul akan cepat meringankan gejala putus kafein. Akan tetapi, Anda jadi tambah susah untuk menekan kebiasaan ngopi terlalu banyak.

Jika Anda ingin berhenti mengonsumsi kafein tapi sudah ketergantungan, gejala putus kafein tidak bisa dihindari lagi.

Namun, berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk melewati masa-masa penyesuaian tersebut:

Jangan langsung berhenti. Sebaiknya kurangi jatah ngopi secara perlahan sampai Anda bisa berhenti sepenuhnya.

Ganti sumber kafein dengan yang lebih rendah kadar kafeinnya. Misalnya Anda biasa minum minuman energi, ganti dulu dengan kopi. Kalau Anda seringnya minum kopi, ganti dengan teh.

Mulailah berolahraga rutin sebagai pengganti zat stimulan bagi otak.

Tidur yang cukup untuk mengurangi rasa kantuk dan lelah.