close
Nuga Sehat

Batas Waktu Kerja yang Aman bagi Jantung

Siapa yang tidak menginginkan jantungnya sehat.

Ya, untuk mendapatkan jantung sehat, salah satunya adalah membatasi waktu kerja.

Memang rata-rata pekerja menghabiskan waktu empat puluh jam seminggu untuk bekerja.

Belum lagi, banyak pegawai yang lembur dan menghabiskan lebih banyak waktu lagi untuk bekerja.

Sayangnya, bekerja terlalu lama menempatkan Anda dalam bahaya.

Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam European Heart Journal mengatakan, bekerja dalam waktu lama bisa meningkatkan risiko individu mengalami gangguan jantung fibrilasi atrium, mengutip Men’s Health, Selasa, 18 Juli

Setelah menyurvei delapan puluh lima pekerja dewasa tentang berapa lama waktu kerja mereka dalam seminggu, para peneliti menemukan, mereka yang bekerja lebih dari lima puluh lima jam dalam satu minggu lebih mungkin didiagnosis dengan fibrilasi atrium, dibandingkan dengan pegawai yang bekerja hanya sekitar tiga puluh lima hingga empat puluh jam seminggu.

Yang lebih buruknya, sembilan dari 10 kasus fibrilasi atrium terjadi pada orang yang belum pernah memiliki masalah atau penyakit jantung sebelumnya. Hal ini menyiratkan, risiko baru ini muncul akibat bekerja terlalu lama–dan bukan karena masalah jantung yang sebelumnya memang sudah ada.

Fibrilasi atrium, atau detak jantung tidak teratur, terjadi ketika dua kamar atas jantung berdetak tidak serasi dengan dua kamar bawahnya.

Detak yang tidak teratur ini bisa menyebabkan darah mengumpul, membentuk penyumbatan yang bisa berujung pada stroke.

Jika tidak dikontrol, fibrilasi atrium juga bisa melemahkan jantung dan berujung pada gagal jantung.

Beberapa orang dengan fibrilasi atrium tidak memiliki simtom apa-apa.

Namun, mereka yang memiliki simtom sering melaporkan palpitasi jantung, alias rasa ketika jantung Anda berdebar sangat cepat, lemah, lelah, keliyengan, dan napas pendek.

Para peneliti tidak yakin bagaimana bekerja terlalu lama bisa berkontribusi terhadap fibrilasi atrium.

Namun, mereka yakin, waktu bekerja bisa mengacaukan sistem saraf otomatis, yang akan meningkatkan risiko fibrilasi atrium.

Belum lagi, mereka yang bekerja terlalu lama juga biasanya memiliki faktor risiko fibrilasi atrium yang lebih tradisional, seperti obesitas, merokok, tidak aktif secara fisik, dan pengonsumsian alkohol yang tinggi.

Selain masalah jam kerja faktor tidur dan istirahat sepanjang hari, terutama diakhir pekan, bisa membuat sakit jantung

Seperti ditulis Good Housekeeping,  studi yang dilakukan oleh University of Arizona menjelaskan, tidur terlalu lama dapat mengakibatkan ‘social jet lag’, atau perubahan jadwal tidur ketika Anda sedang libur.

Sierra Forbush, penulis studi melakukan survei kepada 984 orang dewasa di Pennsylvania, yang mengubah jam tidurnya pada hari libur.

Kebanyakan orang dewasa tidur terlalu lama dan bangun terlalu siang.

“Kami menemukan orang dewasa yang bangun terlalu siang di akhir pekan mengalami penurunan kesehatan, perubahan suasana hati yang buruk, kelelahan, dan mudah mengantuk di hari selanjutnya. Bahkan sampai sepekan,” kata Forbush.

Sebanyak delapan puluh lima partisipan dalam studi melaporkan pola tidur yang berantakan akibat social jet lag, diikuti dengan perubahan suasana hati, dan kelelahan kronis.

Sementara sebelas  persen partisipan dilaporkan terkena risiko penyakit jantung lebih tinggi.

Periset menyarankan agar individu tetap berada pada jadwal tidur yang sama seperti hari kerja.

Namun, Anda bisa memainkan durasi tidurnya. Sebab, tidur tepat waktu lebih efektif menangkal segala masalah kesehatan.

Selain itu pula pada wanita ada gejala unik ketika mendapat serangan jantung.

Penanda serangan jantung pada wanita bisa jadi jauh lebih samar dibanding pada pria.

Walaupun wanita penderita serangan jantung akan tetap merasa nyeri atau tekanan pada bagian tengah dadanya, secara mengejutkan, wanita yang mengalami serangan jantung juga akan merasakan sakit pada rahangnya.

Penanda lain yang spesifik hanya pada wanita adalah sakit pada punggung bagian atas, nyeri pada lengan, rasa lelah yang intens, heartburn, atau hanya “merasa tidak enak.

Demikian diungkapkan Laxmi Mehta, MD, direktur klinis dari Women’s Cardiovascular Health Program di Ohio State University’s Wexner Medical Center, dan juga penulis utama pernyataan yang dikeluarkan oleh Asosiasi Jantung Amerika  tadi.

Menurut AHA, jika jantung tidak memberikan sinyal yang baik, rasa nyeri bisa menyebar ke rahang, leher, atau punggung.

Namun, menurut Mehta, para dokter masih belum mengetahui kenapa penyebaran rasa nyeri tadi hanya terjadi pada wanita, dan tidak pada pria.