close
Nuga Sehat

Awas!! Makan Siang Berpotensi Gemuk

Laman situs “men’s health,” hari ini, Rabu, mengungkapkan hasil  studi terbaru yang dipublikasikan dalam American Journal of Clinical Nutrition yang meneliti efektivitas program penurunan berat badan.

Penelitian ini meliputi  lebih dari seribuan orang yang  kelebihan berat badan dan obesitas di Spanyol.

Ditemukan bahwa mereka yang membawa variasi genetik protein perilipin tertentu protein yang penting untuk membakar lemak tubuh dan makan siang terlambat, lebih sulit menurunkan berat badan daripada mereka yang makan siang lebih awal.

Meskipun studi ini difokuskan pada orang-orang dengan kondisi genetik tertentu, penelitian serupa yang diterbitkan dalam International Journal of Obesity empat tahun silam juga menemukan bahwa terlambat makan siang dapat menghambat penurunan berat badan.

Sama seperti rasa kantuk diatur oleh ritme sirkadian kita, begitu juga dengan rasa lapar, kata Marie-Pierre St-Onge, Ph.D., asisten profesor di Columbia University.

“Tiap individu memiliki tingkat individu berbeda-beda dan waktu konsumsi makanan dalam hubungannya dengan ritme sirkadian dapat memengaruhi penurunan berat badan. Selain itu, ritme sirkadian juga mengontrol sekresi insulin dalam tubuh,” katanya.

Jika Anda makan pada saat tubuh kurang sensitif terhadap insulin, Anda mungkin akan lebih sulit memobilisasi lemak dan menurunkan berat badan.

Meski waktu makan siang dapat memengaruhi ukuran lingkar pinggang, para peneliti tidak menemukan hal yang sama dengan waktu sarapan atau makan malam.

Hal ini mungkin disebabkan oleh fakta bahwa penelitian dilakukan di Spanyol, di mana hampir kebiasaan masyarakatnya menyantap hampir setengah dari kalori harian pada saat makan siang.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa orang-orang yang membuat makan siang sebagai waktu makan utama, lebih berhasil menurunkan berat badan dan memiliki indeks massa tubuh yang lebih rendah.

Dengan catatan, makan siang dilakukan pada jam yang seharusnya.

Penelitian lebih lanjut masih perlu dilakukan untuk lebih mengukuhkan hasil studi ini. Tetapi jika Anda menemukan diri Anda sudah menerapkan pola makan sehat, tetapi masih berjuang untuk menurunkan berat badan, jangan-jangan itu karena Anda punya kebiasaan menunda jadwal makan siang hingga pukul tiga3 sore.

Selain itu, menurut para ahli, kebiasaan makan siang di meja kerja  bisa membuat berat badan Anda bertambah sehingga obesitas.

Tak hanya itu, tubuh Anda juga akan kekurangan vitamin dan menyebabkan Kolesterol tinggi.

Temuan para ahli ini berdasarkan hasil penelitian terbaru yang melihat hubungan antara kesehatan seseorang dengan jumlah makanan, hasil dari sebuah studi baru mengenai hubungan antara kesehatan dengan konsumsi makanan yang jauh dari rumah.

“Kami menemukan bahwa partisipan yang mengonsumsi makanan jauh dari rumah sebanyak enam kali atau lebih dalam seminggu, memiliki indeks massa tubuh yang lebih tinggi dan konsentrasi yang lebih rendah dari high-density lipoproteinKolesterol baik,” ujar ketua peneliti, Ashima Kant kepada The Sunday Times.

Menurut Kant, kebiasaan makan di luar rumah juga meningkatkan risiko mengalami kekurangan vitamin C dan E dalam darah. Kondisi itu lebih banyak ditemui pada wanita dan orang dewasa berusia di atas lima puluh tahun.

Peneliti fokus melihat hubungan antara kesehatan partisipan dan banyaknya makanan yang di makan di luar rumah.

Meskipun, banyak partisipan yang juga makan di restoran cepat saji, penelitian ini ditujukan untuk melihat makanan tradisional yang tidak sehat dan orang-orang yang memilih opsi ‘sehat’ dari kafe di luar rumah.

Yang menarik, mereka yang terbiasa makan di luar rumah seperti di kantor, cenderung mengalami peningkatan berat badan, terlepas dari makanannya sehat atau tidak.

Orang yang makan siang di meja kerja juga cenderung memilih makanan yang praktis dan cepat saji sehingga nutrisinya tidak lengkap.

Bukan hanya itu, seharian duduk di meja sudah jelas membuat kalori yang masuk lebih banyak dari yang dikeluarkan. Tak heran jika lama kelamaan Anda jadi kegemukan.

Lantas muncul pertanyaan, siapakah orang-orang yang memiliki resiko tinggi kegemukan?

Obesitas juga dipengaruhi oleh gen karena menentukan bagaimana tubuh menyimpan dan mendistribusikan lemak.

Menurut situs kesehatan Mayo Clinic, faktor yang mempengaruhi lemak, seperti laju metabolisme dan efisiensi pembakaran kalori saat berolahraga juga dipengaruhi oleh faktor genetik.

Selain itu, kebiasaan makan yang terbentuk di keluarga juga akan mempengaruhi bagaimana seseorang menjadi obesitas.

Dengan mengikuti pola makan yang diterapkan orangtua yang obesitas, seorang anak juga akan lebih mudah menjadi obesitas.

Sudah menjadi alasan umum orang tak ingin berhenti merokok karena takut berat badannya bertambah.

Ya, penelitian memang membuktikan demikian. Namun dibandingkan dengan bahaya kesehatan yang diakibatkan oleh obesitas, bahaya merokok jauh lebih besar.

Lagipula setelah berat badan sedikit meningkat setelah berhenti merokok, orang dapat berupaya untuk menurunkannya kembali.

Wanita lebih mudah menjadi gemuk setelah melahirkan dan memiliki anak.

Penambahan berat badan saat hamil memang tidak terelakkan, namun upaya untuk menurunkannya kembali setelah melahirkan cukup sulit dilakukan oleh kebanyakan wanita.

Ini bukan sepenuhnya salah mereka, pasalnya saat kehamilan memasuki trimester terakhir, wanita memproduksi banyak sel lemak di dalam tubuhnya.

Meski diet dan olahraga dapat menyusutkan sel lemak, namun pada bagian-bagian tubuh tertentu, sel lemak tidak mudah untuk disingkirkan.

Orang yang kurang tidur karena begadang dapat memperbesar risikonya untuk menjadi obesitas.

Ini karena kurang tidur dapat mengganggu kadar hormon di tubuhnya sehingga sulit bagi mereka dalam mengontrol nafsu makan di waktu terjaga.

Studi juga menemukan, orang yang tidur kurang dari delapan jam setiap hari memiliki kenaikan jumlah sel lemak yang lebih banyak daripada pada mereka yang cukup tidur.

Direktur laboratorium tidur dan kronobiologi di University of Colorado mengatakan, ada sesuatu yang berubah pada otak di saat tubuh mengantuk, karena itu menggambarkan berapa banyak energi yang tubuh butuhkan.

Untuk mencukupi energi tersebut, akhirnya tubuh beradaptasi dengan meningkatkan nafsu makan.