close
Nuga Sehat

Awas, Kesepian Itu Buruk untuk Jantung

Majalah dunia terkenal “time” dalam edisi terbarunya di rubrik kesehatannya, menulis sebuah hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa kesepian tak hanya buruk bagi kesehatan fisik secara keseluruhan, tapi khususnya untuk jantung.

Kesehatan emosional, menurut “time,”  telah lama diketahui punya pengaruh besar pada kesehatan fisik seseorang.

Ada banyak manfaat kesehatan dari kehidupan cinta dan persahabatan yang bahagia. Selain itu, jika kehidupan cinta dan persahabatan bermasalah pun berimbas pada kesehatan seseorang.

Sebuah penelitian lainnya  yang dipublikasikan dalam jurnal Heart, juga mengamati hal ini.

Para peneliti menemukan terisolasi secara sosial

Dipisahkan dari orang lain dan kesepian punya dampak buruk bagi kesehatan seseorang.

Dalam penelitian tersebut, para peneliti menemukan bahwa orang yang terisolasi secara sosial atau kesepian lebih mungkin mengalami serangan jantung dan stroke.

Isolasi sosial, tetapi tidak pada kesepian, juga meningkatkan risiko kematian pada orang dengan riwaya penyakit jantung.

Hal ini mendukung temuan dari penelitian lain sebelumnya.

“Memiliki dukungan sosial dari orang lain yang punya situasi mirip memiliki efek baik untuk kesehatan Anda, dan individu yang terisolasi secara sosial atau kesepian mungkin tidak memiliki kemungkinan dukungan semacam ini,” ungkap Christian Hakulinen, penulis utama penelitian ini

Untuk mendapat temuan tersebut, para peneliti melakukan survei pada empat ratus delapan puluh ribu orang dewasa di Inggris.

Para peserta diberi pertanyaan seputar kehidupan sosial, keseipan, riwayat medis, dan gaya hidupnya.

Peneliti juga mengukur metrik kesehatan termasuk tinggi badan, berat badan, indeks massa tubuh, dan kekuatan genggaman.

Selanjutnya, para peneliti mengamati peserta selama tujuh tahun.

Dari pengamatan tersebut, peneliti menyimpulkan isolasi sosial dan kesepian tampaknya secara signifikan meningkatkan risiko seseorang terhadap masalah kardiovaskular.

Sementara itu, kesepian dikaitkan dengan risiko empat puluh sembilan persen untuk serangan jantung.

Serta, kesepian juga berkaitan dengan risiko tiga puluh enam persen labih tinggi untuk stroke.

Setelah memperhitungkan berbagai faktor biologis, kesehatan, dan sosial ekonomi, hal berbeda terlihat.

Isolasi sosial hanya meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke sebesar tujuh dan enam persen.

Sedangkan kesepian, meningkatkan risiko serangan jantung sebesar enam persen dan stroke empat persen.

“Ini menunjukkan sebagian besar risiko berlebiih disebabkan faktor-faktor risiko yang sudah diketahui seperti obesitas, merokok, pendidikan rendah, dan penyakit kronis,” kata Hakulinen yang berprofesi sebagai profesor psikologi dan logopedics di University of Helinski, Finlandia.

Namun, bagi orang yang memiliki riwayat penyakit kardiovasular, isolasi sosial tetap secara signifikan meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, hingga kematian.

“Secara teori, mungkin orang-orang yang merasa kesepian memiliki setidaknya beberapa jejaring sosial aktif setelah sakit. Tapi orang yang terisolasi sosial tidak,” kata Hakulinen.

Untuk itu, Hakilunen menyarankan untuk aktif secara sosial di mayarakat. “Penting untuk mempertahankan hubungan yang ada dengan bertemu anggota keluarga atau teman secara tatap muka,” ujarnya.

“Menemukan orang dengan minat yang sama (bergabung dengan klub atau hobi) mungkin adalah cara baik untuk membuat koneksi sosial baru,” tutupnya.