close
Nuga Sehat

Awas, Kekurangan Tidur Picu Kegemukan

Kurang tidur bisa bikin gemuk?

Ya, itulah hasil penelitian terbaru yang  dilakukan di Korea dan  Swedia.

Kelompok peneliti dari Korea melihat hubungan antara durasi tidur, kualitas tidur dan indeks massa tubuh  pada populasi Korea.

enelitian yang diterbitkan pada Journal of Clinical Sleep Medicine melihat data dari seratusan ribu orang, dan mengategorikan berdasarkan indeks massa tubuh.

Hasilnya durasi tidur yang pendek secara langsung berkaitan dengan kegemukan. Para ahli telah menyepakati kebutuhan tidur manusia adalah tujuh hingga delapan jam sehari.

Dari penelitian ini didapati bahwa semakin kurang durasi tidur  semakin tinggi kenaikan berat badan.

Sementara sekelompok peneliti di Swedia melihat bahwa kurang tidur akan mengganggu metabolisme hingga meningkatkan kemampuan tubuh untuk menyimpan lemak!

Publikasi pada jurnal Science Advances ini melihat lima belas orang subyek yang dua kali diperiksa.

Pertama saat tidur normal, dan kedua setelah tidak tidur semalaman. Sampel jaringan lemak, otot dan darah diperiksakan. Setelah kurang tidur, jaringan lemak manusia menunjukkan perubahan aktivitas gen yang mendorong sel untuk menyimpan lemak dan menggandakan diri

Sementara otot mengalami pengurangan struktur protein yang dibutuhkan untuk membangun dan mempertahankan massa otot.

Sebagai tambahan, para peneliti juga menemukan peningkatan inflamasi tubuh saat kekurangan tidur.

Para ahli masih terus meneliti dan mencoba mencari solusi masalah kesehatan ini, mengingat kehidupan modern yang terus mendorong irama kehidupan dua puluh empat  jam.

Haruskah kita menyerah pada jam biologis dan meniadakan shift malam?

Ataukah di masa depan kita benar-benar bisa mengalahkan segala efek negatif dari gangguan tidur?

Lantas apa saja  perubahan metabolisme saat seseorang kekurangan waktu tidur?

Kekurangan waktu tidur dapat mengurangi tingkat toleransi glukosa atau ketersediaan glukosa dalam darah, dan meningkatkan konsentrasi hormon stress kortisol di dalam darah.

Meskipun demikian, kekurangan waktu tidur juga dapat mempengaruhi toleransi glukosa pada otak dan jaringan tubuh lainnya.

Dalam waktu yang lama, tidur kurang dari enam jam dapat memicu penurunan toleransi glukosa hingga 40% dan hal ini dapat memicu perkembangan penyakit diabetes mellitus.

Hal ini merupakan salah satu pemicu obesitas pada individu yang tidak mendapatkan waktu tidur yang cukup.

Kurang tidur diketahui dapat meningkatkan hormon rasa lapar (ghrelin) dan menurunkan hormon rasa kenyang  hingga setengah dari keadaan normal dibandingkan dengan saat mendapatkan waktu tidur yang cukup.

Perubahan hormon tersebut dapat mulai terjadi ketika waktu tidur orang dewasa kurang dari delapan jam.

Kekurangan waktu tidur juga menurunkan kemampuan seseorang untuk menghadapi stress dan meningkatkan keinginan untuk memakan makanan dengan rasa manis, asin, dan tinggi karbohidrat.

Selain itu, bertambah waktu terjaga dan berkurangnya waktu tertidur juga memberikan kesempatan seseorang untuk memakan makanan lebih banyak.

Berkurangnya tingkat aktivitas fisik saat kekurangan waktu tidur adalah hal yang wajar, karena energi dan tingkat metabolisme mengalami penurunan. Penurunan aktivitas fisik juga tidak terlepas dari keseimbangan hormon leptin dan ghrelin.

Penurunan intensitas aktivitas fisik juga menentukan kebutuhan kalori, sehingga kurang aktif bergerak dapat mempengaruhi keseimbangan kebutuhan asupan dan pengeluaran kalori.

Selain itu, penurunan aktivitas fisik pada seseorang yang kekurangan waktu tidur sering kali tidak disertai pembatasan asupan kalori akibat nafsu makan, sehingga mudah memicu kegemukan.

Obesitas merupakan salah satu pemicu berkurangnya kualitas dan durasi waktu tidur.

Terlebih lagi orang yang obesitas lebih berisiko untuk mengalami sleep apnea yang merupakan gangguan tidur yang menghentikan irama bernapas saat tertidur. Akibatnya, seseorang akan mengalami kelelahan dan rasa lemas pada siang hari.

Gangguan metabolisme seperti nafsu makan berlebih dan disertai kurangnya aktivitas fisik  saat kekurangan waktu tidur dapat memicu obesitas, kemudian kondisi ini dapat memicu gangguan tidur yang akan memperburuk kondisi obesitas dan kembali menimbulkan gangguan metabolisme.

Oleh karena itu, mengatasi obesitas menjadi sangat tanpa perbaikan kualitas tidur.