close
Nuga News

Supermoon sebagai Fenomena Hiperbolis

Fenomena Supermoon  yang hadir selama dua malam di ujung bulan ini. 30 dan 31 Januari, dinilai oleh sebagian pihak sebagai suatu kejadian yang hiperbolis.

Ini disebabkan, istilah Supermoon dianggap tidak benar-benar super.

Banyak pengamat amatir yang mungkin akan kecewa ketika melihat supermoon karena mereka tak melihat banyak perbedaan dari bulan purnama biasanya.

Ada tiga kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan fase supermoon, yaitu berada di titik terdekat ke bumi, intensitas cahaya, dan dari segi ukuran objek. Tapi ketiga kriteria ini dianggap kurang relevan.

Pasalnya, hampir tiap fase rotasi, bulan selalu melewati posisi perigee ini. Sehingga, jika diartikan secara harafiah, maka bulan berpotensi berada pada keadaan ‘super’ di setiap ia menyelesaikan rotasinya.

Bahkan, bulan bisa berada di titik perigee dua kali dalam satu bulan kalender.

Hal ini terbukti dari fenomena Supermoon yang muncul pada awal Desember tahun lalu lalu dan kembali hadir sebulan setelahnya dalam dua fase di dua waktu berbeda

Dari segi ukuran objek, Supermoon diklaim berukuran lebih besar dari biasanya.

Bahkan, Supermoon dalam fase pertama di awal tahun  ini disebut sebagai bulan purnama terbesar di tahun sekarang  dan menghasilkan perbedaan ukuran sebesar tujuh koma tiga persen jika dibandingkan dengan posisi bulan pada jarak rata-ratanya dari Bumi.

Namun, perbesaran tujuh koma tiga  persen tidak akan terlihat signifikan bagi mata pengamat yang melihat dengan mata telanjang di bumi.

Sehingga, kebenaran hipotesis tersebut sulit untuk dikonfirmasi.

Belum lagi ketika seseorang melihat bulan di dekat cakrawala, ilusi bulan ikut memainkan penglihatan sehingga objek yang dilihat berpotensi menjadi lebih besar.

Ukuran lain yang sering dijadikan karakteristik untuk menilai Supermoon adalah tingkat cahaya bulan yang naik 30 persen dibanding bulan purnama normal.

Tapi jika diterjemahkan, peningkatan level kecerahannya  hanya naik nol koma satu atau nol koma dua. Perbedaan yang sulit ditangkap oleh mata manusia.

Sehingga, bisa jadi Supermoon diperkirakan akan menjadi fenomena yang normal terjadi, demikian disebutkan Space.

Di Indonesia, fenomena Supermoon yang hadir pada 30 dan 31 Januari akan menarik banyak perhatian karena kemunculannya akan diikuti oleh gerhana bulan total yang diperkirakan akan hadir dari awal malam hingga tengah malam.

Gerhana total yang dapat dilihat dari seluruh Indonesia ini akan berlangsung selama satu jam enam belas menit dan menghasilkan Bulan yang berwarna merah.

Sementara itu, Lembaga Penerbangan dan Antariksa atau LAPAN  membuka kesempatan bagi masyarakat untuk menyaksikan bersama fenomena gerhana bulan total  nanti.

LAPAN membuka kesempatan menyaksikan supermoon itu di beberapa daerah di Indonesia.

Lokasi-lokasi terbaik untuk menyaksikan gerhana bulan total itu, yakni Bandung, Sumedang, Garut , Pasuruan, Biak, Pontianak, dan Bukittinggi.

Ketua LAPAN Thomas Djamaluddin menyebut kegiatan menyaksikan gerhana bulan total itu akan disertai edukasi publik mengenai gerhana bulan. Ia menjamin kegiatan itu terbuka untuk umum dan gratis.

Kendati demikian, Thomas menjelaskan bahwa fenomena gerhana bulan total kali ini sejatinya bisa dinikmati warga di seluruh wilayah Indonesia dengan satu syarat.

“Syaratnya hanya cuaca cerah,” tulis Thomas melalui aplikasi percakapan WhatsApp

Pria yang bergelar profesor di riset astronomi-astrofisika itu menambahkan fenomena kali ini bisa dipandang tanpa bantuan teleskop sekalipun. Fenomena tersebut menurut Thomas bisa dinikmati seperti bulan purnama.

“Teleskop hanya untuk membantu melihat detail permukaan bulan,” ujar dia.

Tak hanya di Indonesia, gerhana bulan total bisa dinikmati di belahan dunia lain. Amerika Serikat bagian barat seperti Alaska misalnya, adalah salah satu titik yang dapat menikmati fenomena ini secara lengkap.

Gerhana bulan total kali ini punya beberapa sebutan karena terjadi berbarengan dengan fenomena lainnya. Ia disebut Blue Moon karena bulan purnama kedua yang terjadi dalam satu bulan.

Ia juga berada di fase perige sehingga masuk ke kategori Supermoon, yang artinya posisi bulan berada di posisi terdekat dengan Bumi.