close
Nuga News

Singapura Heboh Kehabisan Masker

Singapura dihebohkan oleh protes warganya lewat “social media,” facebook, twitter dan pesan pendek, karena tidak mengantisipasi kebutuhan masker akibat kabut asap yang di”kirim” Indonesia. Masker, kini, menjadi barang kebutuhan “pokok” di Singapura, dan semenjak dua hari terakhir langka di apotik-apotik dan tempat penjualan umum lainnya karena telah diborong warga dan stok yang tersedia juga sudah ludes.

Kontributor “nuga.co” di negara pulau itu, Ainul Jasmi lewat “email”nya” yang dikirim tengah hari Minggu, menuliskan kutipan suratkabar harian “The Straits Times,” tentang keluhan penduduk yang berang akibat lambatnya antisipasi pemerintah dalam penyediaan masker.

Pemerintah, tulis Ainul Jasmi, meminta warganya tidak khawatir dengan habisnya masker di pasaran. Mereka berjanji kiriman masker yang baru akan segera datang.

Bencana kabut asap yang melanda Singapura memang tidak juga mereda. Warga Singapura membutuhkan masker untuk menghindari efek buruk kabut asap. “Kementerian Kesehatan sudah melakukan pemesanan. Warga tidak perlu khawatir masker hilang dari pasaran,” ujar Menteri Pembangunan Nasional Singapura Khaw Boon Wan, seperti ditulis Strait Times, Minggu 23 Juni 2013.

Khaw Boon Wan seperti dikutip “Times” mengeaskan, kondisi saat ini masih jauh lebih baik dibandingkan saat wabah SARS dahulu. Kabut asap hanya berdampak di Indonesia, Singapura dan Malaysia, sehingga persediaan masker dunia tidak terlalu tergganggu.”

Pemerintah Singapura juga membagikan masker gratis bagi warga miskin di negaranya. Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong menyebut, kabut asap dapat melanda Singapura hingga berminggu-minggu ke depan.

Sementara itu kabut asap yang melanda Malaysia semakin parah. Pemerintah Malaysia terpaksa mengeluarkan “status darurat.” Malaysian Insider, menulis, status darurat telah dikeluarkan untuk wilayah Muar. Di daerah itu indeks polusi udara mencapai angka 750. Polusi udara sudah dianggap berbahaya bagi manusia jika melebihi angka 100.

Selain Muar, kota dengan tingkat polusi udara tinggi antara lain Malaka dan Bukit Rambai. Polusi udara di Malaka mencapai 364 sedangkan di Bukit Rambai berada pada angka 357. Tingkat polusi udara terparah yang pernah ada di Malaysia terjadi di Negara Bagian Serawak pada 1997. Saat itu nilai API mencapai 860.

Pemerintah Malaysia meminta warga Muar untuk tetap berada di rumah. Mereka juga menutup sekolah yang ada di wilayah itu. Pihak Malaysia mengupayakan segala cara untuk meredakan kabut asap di negaranya. Mereka membuat hujan buatan di Selat Malaka..

Upaya untuk meredekan ketegangan akibat serangan kabut asap ini kini ditempuh oleh Malaysia, Singapura dan Indonesia. Malaysia mengingatkan kembali, masalah kabut asap di negara ASEAN ini seharusnya diselesaikan dengan semangat kerja sama.

Seperti diketahui, kabut yang berasal dari kebakaran hutan yang terjadi di Pulau Sumatera turut menyelimuti wilayah udara Malaysia dan Singapura bulan ini. Pemerintah Malaysia mencatat ada 46 titik api di Sumatera yang tertangkap satelit.

Pengukur polusi udara menunjukan kabut asap berada dalam tingkat yang tidak sehat di enam wilayah. Daerah yang mengalami kabut asap terparah antara lain Port Dickson dan Port Klang.

Negeri Jiran pun mendesak seluruh perusahaan Malaysia yang beroperasi di Indonesia agar menaati hukum dan regulasi. Mereka diimbau agar tidak merusak lingkungan. Demikian, seperti diberitakan AF..

Sekira 400 sekolah di Malaysia terpaksa ditutup karena polusi udara itu sudah menyerang 200 ribu siswa sekolah. Beberapa aktivitas olahraga juga terpaksa dihentikan.

Pemerintah Malaysia menyebut, kabut asap itu dibawa oleh angin monsun ke Malaysia. Kabut tidak hanya mengganggu kesehatan warga Malaysia, namun juga menghambat sektor pariwisata.

Kabut Asap terbesar dialami Malaysia pada 1997-1998. Saat itu kabut menimbulkan kerugian hingga USD9 miliar atau setara dengan Rp88,8 triliun (Rp9.875 per USD).

Sementara itu, Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya menyebutkan ada delapan perusahaan yang diduga menyebabkan kebakaran hutan di Riau dan Jambi Tengah. Dari hasil penyelidikan di lapangan yang dilakukan oleh tim investigasi Kementerian Lingkungan Hidup, delapan perusahaan tersebut merupakan perusahaan asing milik investor Malaysia.

“Jika sudah cukup bukti, akan kami ajukan ke pengadilan,” ujar Balthasar Kambuaya. Delapan perusahaan itu adalah PT LIH, PT BRS, PT TMP, PT ULD, PT AP, PT JJP, PT MGI, dan PT MAL. Dijelaskan Kambuaya, tim investigasi menemukan kebakaran di area konsesi tersebut. Hingga kini tim masih menyelidiki lebih lanjut di beberapa wilayah lainnya.

“Tim penyidik kita masih berada di lokasi untuk melakukan investigasi lebih lanjut,” kata Tambuaya.

Terkait hasil penyidikan itu, Kambuaya berencana menemui Kementerian Lingkungan Hidup Malaysia untuk melaporkan bahwa pelaku pembakaran hutan adalah investor Malaysia itu sendiri.

Kambuaya mengaku Kementerian Lingkungan Hidup terus berkoordinasi dengan Kepolisian Daerah Riau dan Kejaksaan Tinggi Negeri Riau untuk proses penyelidikan lebih lanjut. “Jika datanya sudah cukup lengkap, kasus ini akan kami lanjutkan ke pengadilan,” ia menegaskan.

Tags : slide