Pipiek memang seorang janda muslimah. Perempuan yang ditinggal mati sang suami, seorang ustaz “gaul,” Uje Jeffry al-Buchory, memegang teguh posisinya sebagai janda dengan menjalani masa idah sesuai dengan ajaran syariat. Keteguhan ini dijalankan Pipiek dengan sempurna dengan tidak mau menemui dan bertatap muka dengan lelaki yang bukan muhrimnya.
Sikap yang dijalankan Pipiek di awal proses menjandanya ini dibuktikan Rabu malam kemarin, ketika todak mau bertemu dengan dua sahabatnya, dan sahabat mandiang suaminya, Gugun Gondrong dan Iwel yang datang bertakziah.
Kedua lelaki ini tidak hanya seorang sahabat, tetapi merekalah yang memperkenal Pipiek dan Uje yang dikemudian harinya mengikat tali pernikahan dan menempuh kehidupan sebagai suami istri yang sakinah, mawadah dan warahmah.
Kemantapan sikap Pipiek terhadap posisi janda yang ditinggal mati suami tak tergoyahkan oleh kedatangan Gugun dan Iwel ke rumahnya. Dia tidak menampik kedatangannya keduanya. Tapi dia juga harus memosisikan dirinya sebagai janda yang muslimah. Pipiek hanya mengirim pesan dan salam kepada Gugun Gondrong dan Iwel.
“Tadi waktu sampai, kita sempat lihat Pipik. Cuma belum sempat ngobrol karena Pipik lagi pengajian. Selesai salat Maghrib disampaikan kerabatnya Pipik, dia lagi masa idah. Enggak bisa ketemu dulu dengan laki-laki, jadi salam saja katanya,” kata Iwel, Rabu di rumah Pipiek.
Menurutnya, Gugun sebenarnya ingin sekali menghadiri acara tahlilan pada hari ketujuh kematian Uje. Namun, karena kondisinya masih dalam kondisi penyembuhan akibat penyakit kanker otak yang dideritanya,rencana tersebut tidak jadi terlaksana.
“Tahlilan ketujuh hari, Gugun pengen ke sini. Tapi terlalu ramai, kondisinya enggak mungkin dibawa ke sini. Gugun memang minta ke sini bareng dengan saya. Harusnya kemarin, tapi harus terapi,” terang
Meski belum sempat bertatap muka, para sahabat almarhum Ustadz Jeffry seperti Iwel dan Gugun Gondrong melihat Pipik sudah lebih tenang. “Pas kami datang lagi bicara di depan ibu-ibu, enggak tahu tausiah atau curhat. Tapi dari intonasinya lebih tenang dari hari-hari sebelumnya,” kata Iwel saat ditemui di kediaman almarhum Uje di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan.
Diakui Iwel, dirinya masih sangat bersedih atas kepergian sahabatnya itu. Dirinya juga berharap kepada semua sahabatnya tetap semangat.”Saya berharap hidup tetap jalan. Kesedihan itu manusiawi, tapi jangan larut. Jangankan Pipik, saya sahabatnya juga rindu. Karena ada romantisme dalam persahabatan. Ada impian-impian yang lucu kalau diingat. Pipik harus jalani semangat dakwah dan anak-anak yang masih kecil-kecil,” terangnya.
Pascaditinggal Ustadz Jeffri Al Buchory, Pipiek tetap akan melanjutkan tugas sebagai ibu dan kepala keluarga. Meski menjadi single parent, wanita asal Semarang itu ikhlas menjalani jalan hidupnya. “Semuanya memang sudah Allah atur secantik mungkin, jadi ya saya harus menikmati skenario-skenario yang Allah berikan buat saya,” kata Pipiek.
Tak hanya itu, Pipiek pun bertekad akan melanjutkan pembangunan pondok pesantren yang telah direncanakan mendiang suaminya. Beredar kabar, motor terakhir yang dipakai Uje akan digunakan untuk membantu pembangunan pesantren.
“Kalau untuk pelelangan ini belum ada obrolan ke saya, saya pun belum tahu, dari pihak keluarga juga belum ada rencana ini. Terakhir kemarin dipakai tidak apa-apa, komitmen untuk pesantren. Kalau untuk lainnya sepertinya tidak,” tandasnya.