close
Nuga News

Opini Dunia Tuduh Israel Negara “Biadab”

Israel secara sepihak memberlakukan gencatan senjata terbatas selama tujuh jam setelah dipojok oleh opini dunia yang menghujatnya sebagai aktor dari “kebiadaban moral” sekaligus “ kriminal” setelah membunuh anak-anak di sebuah sekolah milik PBB di Rafah City.

Berbagai opini dunia kini menuduh negara Yahudi itu melanggar secara terang-terangan hukum internasional yang menyebabkan mereka bisa dituntut pertanggungjawabannya di Mahkamah Internasional
“Mereka sudah gila. Dan kegilaan ini harus dihentikan,” tegas Ban Ki-moon, Sekjen PBB yang menyuarakan sebuah pernyataan sangat keras.

Serangan di Rafah itu mengenai gerbang masuk sekolah, yang menjadi tempat penampungan ribuan warga Palestina yang mengungsi dari perang Israel-Hamas.

Israel sudah membantah menyerang sekolah itu, tetapi mengatakan ada pertempuran di sekitar sekolah.

Juru bicara Pemerintah Israel, Mark Regev, mengatakan, jika militan Hamas membuat sekolah menjadi kawasan perang maka mereka yang harus dimintai pertanggungjawaban.

Kementrian Kesehatan Gaza mengatakan, sedikitnya tiga puluh orang tewas pada Minggu, 03 Agustus 2014. Sementara militan Hamas terus menembakkan roket ke wilayah Israel.

Sejak Israel melancarkan operasi militer pada 8 Juli lalu, sekitar 1.750 warga Palestina tewas—sebagian besar warga sipil—dengan lebih dari 9.000 orang cedera.

Di kubu Israel, enam puluh enam orang tewas, termasuk Letnan Dua Hadar Goldin yang sudah dikukuhkan tewas setelah diculik militan pada Jumat, 1 Agustus.

Seorang juru bicara militer Israel, Letkol Peter Lerner, mengatakan, misi akan diteruskan dengan operasi pasukan darat.

Laporan-laporan menyebutkan, mereka mendekati tercapainya tujuan utama untuk menghancurkan terowongan bawah tanah yang digunakan militan Hamas untuk menyerang Israel.

Makin kerasnya tuduhan dunia terhadap “kebiadaban moralnya” Israel dengan terpaksa mengumumkan akan melakukan gencatan senjata selama tujuh jam pada Senin, 04 Agustus, 2014 di sebagian besar wilayah Gaza.
Pengumuman tersebut disampaikan di tengah kemarahan dunia internasional terkait sebuah serangan mematikan di sebuah sekolah milik PBB di wilayah Palestina itu.

Gencatan senjata sepihak itu, empat minggu setelah pertempuran dengan Hamas yang secara defacto menguasi Gaza, terjadi setelah sejumlah negara berpengaruh dunia mengecam keras serangan yang menewaskan 10 warga Palestina yang berlindung di sekolah itu, saat Israel menarik sejumlah pasukannya dari Gaza.

Militer Israel mengatakan, “jeda kemanusiaan” selama tujuh jam itu akan berlangsung antara pukul 07.00 – 14.00 GMT atau pukul 14.00 – 21.00 WIB di seluruh daerah kantong Palestina kecuali di wilayah timur kota Rafah yang terdapat di Gaza selatan, “di mana pertempuran masih berlangsung dan ada kehadiran militer Israel” di sana.

Dalam sebuah pernyataan, tentara Israel memperingatkan bahwa pihaknya akan “menanggapi setiap upaya untuk mengeksploitasi jeda tersebut”. Rencana gencatan senjata terbaru itu merupakan yang keenam yang Israel nyatakan sejak awal konfrontasi pada 8 Juli lalu.

Isrel juga mengatakan, penduduk Abasan al Kabira dan Abasan al Saghira, dua desa sebelah timur Khan Yunis di Gaza selatan, sudah bisa pulang ke rumah mulai pukul 05.00 GMT pada hari Senin ini.

Namun, pengumuman Israel itu tidak dipercaya gerakan Islam Hamas. Juru Bicara Hamas, Sami Abu Zuhri, meminta warga Gaza untuk tetap waspada. “Gencatan senjata sepihak yang diumumkan Israel itu merupakan sebuah upaya untuk mengalihkan perhatian dari pembantaian Israel,” kata Zuhri.

Para petugas medis di Gaza mengatakan, lebih dari 1.800 warga Palestina telah tewas oleh serangan Israel sejak konfrontasi itu dimulai pada 8 Juli lalu.

Militer Israel mengatakan, pihaknya pada hari Minggu kemarin menyasar tiga militan Jihad Islam di sebuah sepeda motor “di sekitar sekolah milik UNRWA di Rafah,” Gaza selatan.

Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, menyebut serangan terhadap sekolah yang melindungi sekitar 3.000 warga Palestina yang mengungsi dari rumah mereka karena pertempuran merupakan sebuah “kebiadaban moral dan tindak pidana”.

Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Jen Psaki, mengatakan, Washington “terkejut” oleh serangan itu dan menyerukan sebuah penyelidikan “penuh dan cepat”. “Israel harus berbuat lebih untuk memenuhi standarnya sendiri dan menghindari korban sipil,” kata Psaki.

Presiden Perancis Francois Hollande mengatakan, pengeboman sekolah itu “tidak bisa diterima”. Ia mendukungan seruan Ban “untuk menuntut mereka yang melakukannya pelanggaran atas hukum internasional itu bertanggung jawab atas tindakan mereka”. Namun Hollande tidak menyebutkan siapa yang dia anggap bertanggung jawab.

Dalam sebuah pernyataan pada Senin pagi, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, “Israel tidak mengarahkan serangannya terhadap warga sipil dan memintaa maaf untuk setiap serangan yang tidak dengan sengaja mengorbankan warga sipil.” Netanyahu juga tidak secara langsung menyinggung serangan ke sekolah PBB itu.

Tags : slide