close
Nuga News

Batasi Kalori, Kedatangan Pikun Akan Melambat

Penuaan? Itu yang nggak bisa dihambat. Tapi itu juga yang dihadang oleh banyak orang. Penuaan, memperpanjang umur serta mencegah pikun adalah “tiga tombak kembar” dalam proses kehidupan yang berlanjut yang coba dihalangi dengan berbagai cara kedatangannya.

Sebenarnya, penuaan, umur panjang dan pikun adalah sebuah proses alami yang akan menghampiri setiap manusia. Memang proses degrantif ini tidak sama untuk setiap orang.Untuk itulah diperlukan irama untuk menyelaraskannya dengan factor pertambahan usia.

Salah satunya adalah dengan cara membatasi kalori. Upaya ini, pasti,   tidak selalu menyenangkan. Namun begitu, bisa memberikan banyak manfaat. Bukan hanya manfaat terkait berat badan, beberapa studi telah menunjukkan makan lebih sedikit dapat membantu memperlambat proses penuaan, memperpanjang umur, dan menurunkan efek penyakit Alzheimer.

Tim peneliti dari Massachusetts Institute of Technology, sebuah lembaga pendidikan dan penelitian paling hebat di dunia, seperti di tulis “fox news,” melakukan sebuah studi untuk mengetahui lebih jauh, apakah pembatasan kalori juga dapat menunda kerusakan sel saraf di otak.

Dalam studi terdahulu  semua hasil peneltian sudah mengetahui  penurunan fungsi kognitif dan saraf merupakan ciri-ciri dari proses penuaan. “Pembatasan kalori mungkin juga dapat berpengaruh dalam memperlambat kerusakan sel saraf,” tulis  Johannes Graff dari Picower Institute for Learning and Memory di MIT, dan Howard Hughes Medical Institute dalam rilisnya yang dikutip oleh “fox news.”

Graff dan timnya melakukan uji coba teori ini pada dua kelompok tikus yang sudah direkayasa mengalami penuaan saraf. Para peneliti mengurangi asupan kalori hingga 30 persen pada suatu kelompok tikus, dan menjaga asupan kalori tetap sama pada kelompok yang lain.

Setelah tiga bulan, para peneliti menguji kemampuan belajar dan ingatan setiap grup tikus. Hasilnya kelompok tikus kedua menunjukkan penurunan kemampuan belajar dan ingatan yang signifikan berkaitan dengan kerusakan sel saraf. Sedangkan pada kelompok tikus yang makannya dibatasi menunjukkan tidak adanya penurunan kemampuan belajar dan mengingat.

Para peneliti tidak puas dengan hasil itu saja. Mereka kemudian melihat melalui otak guna mengetahui tingkat dan jumlah kerusakan sel saraf. Ternyata, kerusakan sel saraf dapat diperlambat dengan pembatasan kalori.

Selain itu, mereka juga ingin mengetahui pengaruh enzim tertentu yang jumlahnya meningkat saat kalori dibatasi, yaitu enzim Sirtuin 1 (SIRT1). Jumlah enzim ini melimpah saat asupan kalori dibatasi.

Mereka pun membagi tikus menjadi dua kelompok lagi, dengan perlakuan pembatasan kalori pada grup pertama, dan penambahan obat berisi enzim tanpa membatasi kalori pada grup kedua. Hasilnya, kedua perlakuan ini efektif dalam memperlambat kerusakan sel saraf.

Graff berharap hasil ini dapat dieksplorasi lebih lanjut untuk mengetahui hubungan antara pembatasan kalori, enzim SIRT1, dan penuaan sel saraf.

Dalam sebuah peneltian lainnya ditemukan efek pola makan ala Mediterania  tidak hanya dapat mencegah penyakit kardiovaskular dan kanker tetapi juga bisa mempertahankan fungsi daya ingat dan mengurangi risiko penyakit demensia yang menyebabkan pikun.

Penelitian ini, sepertinya, ingin menguatkan tim Graff dari MIT. Mereka menegaskan pola makan ala Mediterania yang  lebih mengutamakan makanan nabati, minyak zaitun, serta asam lemak omega-3.

Dalam studi yang dipimpin oleh Dr.Georgios Tsivgoulis dari Universitas Alabama di Birmingham, AS dan tim dari Universitas Athens, Yunani,  seperti dikutip “medical daily, ” disimpulkan manfaat diet Mediterania untuk mencegah penurunan kognitif.

Penelitian tersebut diikuti 17 ribu peserta dari 11 negara bagian di Amerika Serikat, antara lain Tennesse. Para peserta rata-rata berumur di atas 64 tahun.

Dalam penelitian ini, partisipan yang pernah mengalami stroke tidak diikutkan. Studi ini diklaim sebagai yang terbesar dalam menghubungkan pola makan dan kemampuan kognitif.

Kemampuan kognitif para responden secara berkala diteliti menggunakan Six-Item Sceener. Para responden juga harus mengisi kuasioner untuk emngukur kemampuan mereka mengingat tanggal dan kata sederhana setelah perhatian mereka dialihkan.

Hasil penelitian menunjukkan peserta diet mediterania berisiko 13 persen lebih rendah menderita kemunduran daya ingat.

Mereka yang mengadopsi diet ini juga mampu mempertahankan kemampuan kognitif para peserta berusia 70 tahun yang sudah mengalami demensia (pikun).

Meski begitu, para partisipan yang mengidap diabetes tidak mendapatkan manfaat dari pola diet ini.