close
Nuga Life

Usai Hubungan Intim Jangan Lakukan Ini

Memangnya ada pantangan bagi seorang wanita sehabis berhubungan intim dengan pasangannya?

“Ada,” tulis ahli ginekologi dari Kansas, Amerika Serikat, Leslie E.F. Page seperti di kutip laman situs media terkenal “the independent,” Selasa, 08 November 2016.

Page mengungkapkan, organ intim wanita bisa berisiko terkena infeksi setelah penetrasi seksual.

Tidak sekadar mengemukakan pantangan Page juga memberi tip  mencegahnya

“Dan ada  tiga hal ini harus dihindari segera setelah berhubungan seks,” ujarnya

Pencegahan pertama, menurut Page, jangan pernah menyabuni organ vital itu usai berhubungan intim.

Bila merasa perlu menyegarkan organ intim setelah seks jangan menggunakan sabun.

“Memang terdengar bersih, tetapi sabun merugikan kesehatan organ intim. Sabun tak hanya berisiko menimbulkan reaksi alergi, sabun pun menyebabkan iritasi dan kekeringan pada vagina,” kata ahli kebidanan Robert Wool.

Saat mandi, bersihkan organ intim hanya dengan air. “Vagina adalah organ yang dapat membersihkan diri sendiri dan harus dirawat dengan lembut,” kata Page.

Selain itu jangan pernah lupa buang air kecil

Buang air kecil setelah berhubungan seks itu penting.

Selama seks itu, bakteri dapat masuk ke dalam kandung kemih.

“Hal ini dapat menyebabkan infeksi kandung kemih pasca seks,” kata Wool.

“Kosongkan kandung kemih dalam satu jam setelah seks,” tambahnya.

Selain itu hindari berendam di air panas

Berendam dalam air panas setelah berhubungan seks terdengar sempurna, tetapi kurang menguntungkan untuk organ intim perempuan.

Ini berarti membuat Anda terpapar bakteri di kulit dan anus sementara paparan air dapat mengurangi efisiensi pelindung antimikroba di kulit.

“Ketika vulva membengkak sebagai respon terhadap stimulasi seksual, ini mengungkap pembukaan vagina yang berarti Anda lebih berisiko terkena infeksi,” ujar Page.

Selain itu setiap wanita harus haruslah peduli dengan  organ intimnya

Bagian tubuh ini juga memerlukan perhatian seperti organ lainnya.

Salah satunya agar terhindar dari risiko infeksi.

Iritasi pada organ vagina sering dianggap sebagai gejala adanya infeksi. Tetapi, infeksi jamur bukan satu-satunya penyebab terjadinya gangguan gatal atau rasa panas.

Salah satu penyebab paling umum dari rasa gatal di organ vagina adalah bacterial vaginosis.

Kondisi ini timbul akibat ketidakseimbangan antara bakteri baik. Gangguan keseimbangan tingkat keasaman ini juga membuat keputihan, yang seringkali disertai bau.

Kondisi tersebut bisa diatasi dengan obat-obatan untuk mengembalikan keseimbangan flora di vagina.

Penyebab rasa gatal yang lebih serius adalah infeksi menular seksual (IMS), seperti chlamidia, herpes, bahkan gonorhea.

Yang membedakan rasa gatal akibat IMS atau bukan adalah adanya sensasi rasa terbakar saat buang air kecil dan nyeri bersenggama.

Selain itu, akan keluar cairan berbau tidak sedap, bahkan muncul luka kecil jika disebabkan oleh herpes. Bila rasa gatalnya tidak membaik, bahkan muncul gejala lainnya, periksakan ke dokter.

Gangguan pada vagina yang disebabkan oleh infeksi jamur biasanya memiliki gejala keputihan yang kental dan putih, selain rasa gatal tadi.

Memang ada beberapa penyabab rasa gatal lainnya, seperti gangguan kulit di bagian vulva berupa bintik-bintik keputihan, atau pun psoriasis (gangguan autoimun). Akan tetapi kondisi tersebut biasanya sangat jarang.

Cegah timbulnya infeksi di organ intim dengan cara menjaga keseimbangan flora, antara lain dengan mengonsumsi probiotik, jangan sembarangan mengonsumsi antibiotik, atau menggunakan produk pembersih vagina dengan tingkat keasaman yang sama dengan vagina.

Selain itu, jaga kebersihan organ vagina dengan cara mengganti pakaian dalam lebih sering bila Anda banyak beraktivitas fisik dan berkeringat.