close
Nuga Life

Pertemanan Bisa Bikin Anda Lebih Cerdas?

Majalah global paling terkenal “reader’s digest,” dalam edisi terbarunya minggu ini, menulois di rubrik “livestyle”nya tentang dampak dari pertemanan.

Menurut “reader’s digest,” pertemanan bisa membuat seseorang lebih cerdas atau lebih bodoh.

Memiliki teman, urai tuloisan itu,  tidak hanya membuat kita lebih sehat, lebih bahagia, dan lebih menarik, namun ternyata juga memiliki pengaruh besar pada kecerdasan kita.

Hal ini terbukti lewat penelitian ilmiah.

Beberapa study menunjukkan bahwa pemikiran dan pendapat seseorang terbentuk oleh lingkungan dan teman-teman di sekitarnya.

Artinya, ia bisa menjadi lebih pintar atau semakin bodoh juga tergantung pada siapa orang-orang di sekelilingnya.

Menurut penelitian, bila pemikiran, gagasan, atau pendapat orang-orang lain sesuai dengan pendapat kita, maka otak akan bereaksi dengan memberikan perasaan senang.

Namun bila pendapat kita berbeda dengan yang lain, maka otak juga akan mengirimkan sinyal tidak suka.

Pada kasus ini, kita bisa tetap mempertahankan pandangan kita, atau mencari alternatif pemikiran yang sesuai dengan pendapat orang lain.

Nah menurut riset, kebanyakan orang biasanya melakukan yang kedua, alias berusaha menyamakan persepsi dengan yang lain.

Diungkapkan, dalam sebuah studi yang dilakukan enam puluh satu tahun silam oleh psikolog dari kolese Swarthmore, ditemukan bahwa deskripsi seseorang mengenai suatu benda ternyata tergantung pada opini orang lain yang berada di sekitarnya.

Studi lain juga menghasilkan temuan serupa, suka atau tidak, otak kita secara otomatis berusaha menyamakan pendapat dengan informasi yang didapatkan dari lingkungan sekitar kita.

Namun ada sisi baik dari hal tersebut. Inilah alasan meyakinkan bahwa kita sebaiknya bergaul dengan orang-orang yang cerdas, menyenangkan, dan sukses.

Mereka pasti akan memberi pengaruh pada tingkat kecerdasan kita.

Pembicara dan motivator Jim Rohn pernah berkata,” Anda adalah rangkuman dari lima orang yang paling dekat dengan Anda.”

Oleh karenanya, baik bila kita bertanya pada diri kita:

Siapakah orang-orang terdekat kita, yang menghabiskan waktu bersama kita?

Apakah mereka memberi pengaruh baik atau sebaliknya? Apakah mereka lebih banyak mendorong dan menyemangati atau hanya mengkritik dan bersikap sinis?

Apakah mereka membuat kita lebih cerdas, atau menenggelamkan intelektualitas kita?

Selain itu memiliki persahabatan yang harmonis dapat membuat pria jauh lebih bahagia seiring bertambahnya usia, ungkap sebuah studi.

Menurut sepasang studi dari Michigan State University, memelihara bromances atau persahabatan dengan teman pria lain, dapat lebih bermanfaat dari perkiraan Anda.

Persahabatan yang baik dapat menopang kesehatan dan kebahagiaan seorang pria dalam jangka panjang.

Namun, untuk mendapatkan manfaat positif tersebut, Anda harus mencari kualitas dalam persahabatan bukannya kuantitas.

Sehingga tak penting berapa banyak teman yang Anda miliki, selama ada seorang sahabat yang kerap menawarkan hubungan berkualitas dengan Anda, itu sangat baik.

Penulis studi William Chopik, asisten profesor psikologi, menganalisis data dari dua survei yang melibatkan hampir dua ratus delapan puluh ribu orang.

Studi pertama menemukan bahwa keluarga dan teman dapat membuat seseorang bahagia, tapi persahabatan menjadi prediktor kesejahteraan yang lebih kuat ketika usia seseorang bertambah.

Studi yang kedua menemukan bahwa orang-orang yang persahabatannya justru mengakibatkan stres, melaporkan lebih banyak penyakit kronis ketimbang orang-orang yang memiliki sahabat sebagai pendukung mereka.

“Persahabatan menjadi lebih penting seiring bertambahnya usia,” kata Chopik kepada MSU Today.

“Menjaga beberapa teman yang benar-benar baik di sekitar kita bisa membuat dunia berbeda bagi kesehatan dan kesejahteraan. Jadi, Anda harus pintar berinvestasi dalam persahabatan yang membuat diri paling bahagia.”

Seperti pepatah lama, “Anda tidak bisa memilih keluarga, tetapi Anda bisa memilih teman.” Dan itulah mengapa pertemanan tampaknya menjadi lebih penting seiring berjalannya kehidupan, menurut Chopik.

Meskipun keluarga dapat menjadi sumber kebahagiaan, namun keluarga sangat mungkin membuat Anda terjebak dalam hal-hal serius, monoton, atau benar-benar menyebalkan.

Sebaliknya, seseorang dapat menjaga teman yang disukai dan memutuskan hubungan dengan orang yang tidak disukai, sehingga persahabatan lebih mungkin membuat seseorang merasa lebih baik.

“Persahabatan, di sisi lain, dapat menolong Anda dari kesepian, keluar dari rutinitas, tapi seringkali lebih sulit dipertahankan untuk sepanjang masa,” kata Chopik.

“Jika persahabatan telah bertahan dalam ujian waktu, ada seseorang yang sering Anda hubungi untuk meminta pertolongan dan nasihat, dan ada orang yang Anda ingin pertahankan dalam hidup Anda, jagalah hubungan itu karena akan baik bagi Anda.”