close
Nuga Life

Tak Pernah Mimpi? Awas Pikun Saat Tua

Kabar gembira datang dari tulisan terbaru di laman “hello sehat,” yang mengungkapkan kesehatan dari seseorang  yang sering mimpi di dalam tidur.

Pasalnya, mimpi dalam tidur bisa memperkirakan apakah Anda berisiko terkena demensia di akhir usia Anda.

Demensia adalah penyakit pikun yang biasanya menyerang para lansia (orang lanjut usia). Penyakit ini ditandai dengan menurunnya daya ingat, sering kebingungan, hingga terjadi perubahan perilaku.

Jika Anda jarang bermimpi, para ahli menduga Anda berisiko mengalami demensia di kemudian hari.

Bagaimana hal ini dapat terjadi?

Demensia adalah penyakit yang disebabkan oleh rusaknya sel-sel di otak, sehingga memengaruhi kemampuan mengingat  atau pikun, berkomunikasi, hingga berpikir.

Namun, jika Anda sering mimpi saat tidur,  maka Anda akan memiliki risiko yang lebih kecil untuk terkena penyakit pikun ini.

Fakta ini terungkap dari penelitian yang diterbitkan dalam sebuah jurnal Neurology.

Dari studi ini, para ahli menyatakan bahwa mimpi dapat melindungi seseorang dari risiko demensia ketika ia memasuki usia lanjut.

Penelitian ini melibatkan sebanyak tiga ratus dua belas peserta yang berusia di atas enam puluh tahun.

Dalam studi ini peserta diikuti dan diteliti tentang pola tidur serta frekuensi mimipinya selama kurang lebih dua belas tahun.

Kemudian, di akhir penelitian diketahui bahwa terdapat tiga puluh dua orang yang mengalami demensia, yang diketahui jarang bermimpi di waktu tidurnya.

Sementara, kelompok yang tak mengalami demensia, justru sering mimpi di tiap malam ketika ia tidur.

Maka dari itu, peneliti menyimpulkan bahwa, setiap kali Anda tak bermimpi, maka akan meningkatkan risiko demensia di masa tua sebanyak sembilan persen.

Jadi, sebenarnya ketika Anda tidur, Anda akan melewati beberapa tahap dalam tidur.

Dalam tahapan tersebut terjadi fase non-REM  yaitu di mana Anda mulai masuk ke dalam tidur Anda perlahan-lahan dan semakin dalam.

Setelah itu, terjadi fase REM, fase di mana Anda bermimpi di dalam tidur.

Di masa tersebut, otak akan lebih aktif, detak jantung cepat, dan mata bergerak cepat meskipun sedang tertidur.

Biasanya, dalam sekali tidur, Anda akan mengalami banyak fase REM yang membuat Anda sering bermimpi. Fase REM biasanya terjadi selama satu setengah hingga dua jam dalam satu kali tidur.

Nah, orang yang mengalami Alzheimer atau pun demensia pada penelitian ini diketahui memiliki fase REM yang lebih sedikit ketimbang dengan orang yang tak memiliki penyakit tersebut.

Fase REM yang lebih sedikit bisa diakibatkan oleh berbagai hal.

Para ahli mengungkapkan bahwa kondisi stres dan depresi dapat menyebabkan seseorang tidak bermimpi atau tak mengalami fase REM dalam tidurnya.

Selain itu, orang yang memiliki gangguan tidur seperti insomnia atau gangguan pernapasan saat tidur, juga bisa bikin fase REM ini tak terjadi, sehingga membuat Anda jarang bermimpi.

Semua hal tersebut, juga secara otomatis dapat meningkatkan risiko demensia. Jadi, lebih baik mulai sekarang Anda harus memperbaiki pola tidur Anda, agar bisa sering mimpi dan akhirnya menurunkan risiko demensia di hari tua.

Para ahli juga menyebutkan bahwa orang yang sering mimpi, membuat otak lebih aktif di malam hari – karena adanya fase REM di waktu tidur – yang kemudian bisa mencegah kerusakan sel-sel saraf di masa depan.

Jadi, mimpi ternyata sangat bermanfaat untuk melindungi otak.

Yang tak bisa terbantahkan adalah mimpi telah menjadi sumber daya tarik dan misteri untuk para peneliti dan masyarakat umum.

Pada dasarnya semua orang bermimpi saat tidur, namun tidak semua orang ingat tentang mimpi mereka ketika mereka terbangun dari tidur.

Sebuah studi baru menjawab sejumlah pertanyaan yang banyak diperbincangkan terkait mengapa banyak orang yang tidak ingat dengan mimpinya.

Meskipun para peneliti tidak dapat mengatakan dengan pasti apakah orang dipastikan bermimpi setiap malam, namun studi yang dipublikasikan dalam Journal of Sleep Research, menunjukkan bahwa kita bermimpi lebih sering dari yang kita sadari.

Ketika kita bermimpi, kita menduga ini adalah pengalaman subjektif dari masing-masing orang.

Studi juga menemukan jika aktivitas otak dari orang-orang yang mengingat mimpi mereka berbeda dari orang-orang yang tidak ingat mimpi apa semalam.

Tetapi perbedaan itu terkait pada memori, bukan pada mimpi itu sendiri. Jadi kemungkinan besar dalam tidur  kita bermimpi walaupun kita tidak mengingat hal tersebut saat bangun.

Hasil penelitian menunjukkan jika orang yang memiliki daya ingat tinggi mungkin lebih reaktif terhadap rangsangan seperti suara yang bisa membuat mereka lebih mudah bangun.

Hal ini membuat orang tersebut lebih mungkin akan ingat mimpi mereka saat mereka terbangun.

Orang yang sering terbangun pada malam hari juga lebih mudah untuk mengingat mimpi mereka agar mendapat tidur malam yang baik setiap hari.

Namun dalam kasus ini, lebih baik jika memperbaiki siklus tidur agar mendapatkan kualitas tidur yang baik.

Jika Anda benar-benar serius untuk mengeksplor dengan alam bawah sadar Anda, Anda dapat mencoba membuat sebuah catatan mimpi yang ditulis setiap kali Anda terbangun dari tidur.

Jika Anda malas untuk menulis, Anda bisa merekam menggunakan ponsel Anda untuk menceritakan tentang mimpi Anda.

Hal ini ampuh membantu Anda mengingat tentang mimpi Anda ketika Anda bangun.

Anda bisa saja lupa tentang mimpi Anda karena terkejut dari bunyi alarm.

Hal ini membuat Anda berada dalam keadaan setengah tertidur di mana Anda terbangun dengan impian Anda masih dalam pikiran seperti mengawang-ngawang.