close
Nuga Life

Tahu Dampak Bercinta Terhadap Tubuh?

Rubrik “lifestyle” dari media tersohor Inggris, “daily mail,” Selasa, 02 Februari 2016, menulis dengan rinci dampak saat bercinta terhadap tubuh.

Bercinta secara teratur adalah faktor penting dari hubungan yang sehat.

Meski demikian, masih bamyak pasangan yang tidak sadar apa yang terjadi pada tubuhnya saat hubungan seks berlangsung.

Selama hubungan seks, tubuh mengalami empat fase yang berbeda yakni rangsangan, plato, orgasme dan resolusi.

Semua fase ini sangat menakjubkan dan merupakan keajaiban biologis.

Keempatnya memiliki karakteristik dan ciri yang berbeda.

Bercinta bukan hanya kegiatan fisik. Kita menjadi rileks saat bercinta dan ini disebabkan oleh beberapa faktor psikologis yang penting.

Jika seseorang merasa tertekan atau khawatir, tubuhnya tidak akan siap untuk hubungan seksual.

Pada pria, hal ini ditandai dengan kesulitan ereksi.

Pada wanita, dia akan mengalami kesulitan mengeluarkan cairan pelumas dari vagina dan mencapai orgasme.

Toni Belfield, direktur informasi Family Planning Association, setuju bahwa hubungan seks yang sehat, meliputi fisik dan psikologis yang juga sehat.

Dia berkata, “Seks yang sehat adalah holistik, melibatkan pikiran dan tubuh. Seks adalah tentang permisi, komunikasi yang kuat dan pemeliharaan.”

Sekarang, mari kita kenali empat fase yang terjadi pada tubuh Anda dan pasangan saat berhubungan intim.

Ini fase pertama saat stimulasi mutual mempersiapkan organ intim wanita dan pria untuk hubungan seks.

Ciri pertama yang menandakan adanya gairah seksual pada wanita adalah dikeluarkannya cairan pelumas dari organ inti, selama sekitar sepuluh hingga tiga puluh detik setelah stimulasi.

Jumlah cairan akan meningkat seiring meningkatnya gairah.

Selama tahap ini, payudara wanita juga menjadi lebih kencang. Hal ini disebabkan kontraksi serat otot kecil dalam menanggapi gairah seksual.

Pembuluh darah kecil di payudara menjadi lebih terlihat dan seringkali terjadi sedikit peningkatan ukuran payudara.

Ini adalah tahap ketika rangsangan seksual lebih intens dan orgasme sudah dekat. Pada tahap ini, organ intim wanita menyempit sekitar tiga puluh persen untuk mencengkeram penis.

Pada pria, ereksi terjadi ketika jaringan spons penis penuh dengan darah, testis sedikit tertarik ke arah tubuh, dan ukurannya membesar.

Pada fase ini, pada pria maupun wanita lebih banyak terjadi pada wanita, akan mucul bintik-bintik merah pada kulit.

Ini terjadi terutama pada mereka yang berkulit terang. Bentuknya menyerupai campak dan muncul di depan dada, menyebar ke leher, punggung dan wajah.

Bintik-bintik ini adalah hasil dari peningkatan aliran darah di bawah permukaan kulit. Biasanya, pada tahap ini, pernapasan dan jantung menjadi lebih cepat.

Percepatan ini bukan karena aktivitas fisik, tetapi karena rangsangan dari sistem saraf otonom. Saraf otonom adalah bagian dari sistem saraf yang aktif selama Anda dalam keadaan stres atau bahaya.

Saraf ini jugalah yang terlibat dalam pengaturan denyut nadi dan tekanan darah.

Ini adalah fase di mana tubuh seperti meledak akibat kontraksi fisik yang intensif, setelah itu diikuti oleh relaksasi.

Otot-otot di seluruh tubuh juga berkontraksi dalam menanggapi orgasme.

Orgasme yang ringan dapat berisi tiga sampai lima kali kontraksi, sedangkan orgasme intens bisa berisi sepuluh sampai limabelas kali kontraksi.

Kebanyakan wanita tidak ejakulasi selama orgasme, meskipun beberapa ilmuwan mengklaim bahwa ada wanita yang mengeluarkan cairan mirip semen dari uretranya.

Tidak seperti pada wanita, orgasme pada pria terjadi dalam dua tahap. Selama tahap pertama, kontraksi otot akan memaksa semen masuk ke dalam uretra atau saluran urin.

Itu sebabnya, ada cairan bening atau semen yang keluar sebelum keluarnya sperma.

Pada tahap kedua, kontraksi uretra dan penis bergabung dengan kontraksi dalam kelenjar prostat.
Hasilnya, sperma keluar dari ujung organ intim. Inilah yang sering kita sebut sebagai klimaks.

Ini adalah fase ketika tubuh kembali ke keadaan sebelum terangsang.

Beberapa wanita mungkin mengalami multiorgasme sebelum masuk fase resolusi.

Sedangkan pria, yang secara biologis tidak mungkin mengalami multiorgasme, akan segera memasuki masa pemulihan di mana organ intim menjadi semi ereksi kemudian melemas.

Selama fase resolusi, organ intim wanita akan kembali normal, darah akan dipompa menjauh dari vagina.

Rahim bergerak kembali ke posisi normal, warna serta ukuran organ intim kembali seperti semula.

Pada pria, ereksi menghilang dalam dua tahap.

Pada awalnya, kontraksi orgasmik akan memompa darah keluar dari penis, ditandai dengan hilangnya sebagian kekakuan.

Pada tahap kedua, aliran darah kembali normal, ukuran dan posisi testis kembali seperti awal.

Pada pria maupun wanita, tak lama setelah orgasme dan seiring irama tubuh kembali normal, perubahan warna kulit juga menghilang alias kembali ke warna asli sehari-hari.

Setelah itu, keluarlah keringat yang lebih banyak dari tubuh masing-masing.