close
Nuga Life

Seks Itu Seperti Otot Harus Rajin Dilatih

Apakah kehidupan seksual Anda masih membara dengan usia yang terus bertambah?

Dan bagaimana posisi seseorang ketika absen lama berhubungan seks?

Dan apakah fungsi organ seksual akan terganggu?

Nah, itulah tiga pertanyaan beruntun yang ditulis “medical daily,” Selasa, 27 September 2016.

Menurut laman situs media terkenal itu, baik lelaki maupun wanita  akan mencapai puncak seksual mereka antara akhir usia belasan sampai awal dua puluhan.

Seiring bertambahnya usia, kehidupan seksual akan mulai menurun.

Seks yang aktif sebenarnya merupakan tanda tubuh yang sehat.

Seks itu seperti otot, jika kita tidak melatihnya maka ia akan hilang.

“Semakin sering Anda berhubungan seks, makin percaya diri Anda untuk melakukannya,” kata April Masini, pakar seksologi.

Dengan modal berupa rasa percaya diri dan ikatan yang lebih kuat dengan pasangan, maka kepuasan seksual akan lebih mudah digapai.

Penelitian juga menunjukkan, pria yang berhubungan seksual seminggu sekali lebih jarang mengalami gangguan ereksi, dibandingkan dengan pria yang jarang bercinta.

Ereksi membantu kesehatan saraf di bagian penis, dan ini pada akhirnya memperkecil risiko disfungsi ereksi, suatu kondisi yang membuat penis tidak cukup tegang untuk berhubungan seks atau tidak bisa bertahan lama.

Tapi, apa yang terjadi jika pria sudah terlanjur mengalami disfungsi ereksi? Dr.Fran Walfish, psikoterapis dan penulis buku The Self-Aware Parent, menyarankan untuk melakukan aktivitas seksual selain penetrasi.

Misalnya saja seks oral, saling menyentuh, penggunaan sex toys, dan masih banyak lagi.

Walau begitu, perlu diketahui bahwa disfungsi ereksi juga bisa terjadi karena adanya penyakit tertentu.

Pria yang menderita diabetes menahun dan juga penyakit jantung dan pembuluh darah, juga beresiko mengalami gangguan ereksi.

Manfaat seks secara teratur pada wanita juga sama seperti pria.

Makin sering berhubungan seks, makin mudah wanita merasa terangsang dan tidak ada gangguan lubrikasi.

Ketika seorang wanita berhenti berhubungan seks, selama beberapa waktu tubuhnya akan mengurangi hormon tertentu sehingga ia tak mudah terangsang.

Untuk Anda tahu, kegiatan panas dan berkeringat di atas tempat tidur kerap terasa seperti olahraga.

Tak heran jika beberapa ahli kesehatan menyebut kalori yang dibakar ketika bercinta setara dengan berolahraga.

Faktanya, seks dan masturbasi bukan hanya memberi pengalaman menyenangkan. Seks juga memberi manfaat untuk kesehatan yang dapat dibandingkan dengan olahraga.

Respons fisiologi saat berhubungan seks ternyata sama dengan olahraga.

Studi landmark pada dekade enam puluhan membuktikan orang yang berhubungan seks mengalami peningkatan pernapasan, detak jantung, dan tekanan darah.

Semua ini adalah tanda-tanda tubuh bekerja di tingkat yang lebih tinggi, sama seperti saat olahraga.

Baru-baru ini penemuan studi ini diulang oleh sejumlah peneliti dengan menggunakan peralatan nirkabel, tak menonjol dan lebih kecil sehingga memberikan hasil lebih realistis.

Lagi-lagi ditemukan peningkatan bermakna pada penanda stres fisiologis, seperti detak jantung dan tekanan darah.

Membandingkan hal ini dengan yang terjadi selama olahraga, peneliti mendapatkan aktivitas seksual menghasilkan kadar sedang stres fisik, sampai tujuh puluh lima persen dari olahraga maksimal.

Namun, mereka juga memperhatikan kadar stres fisiologis ini terjadi berselang-seling. Waktu rata-rata aktivitas seksual yang tercatat  dihabiskan dengan kadar stres lebih rendah.

Studi lebih baru pada pasangan muda heteroseksual di Kanada membuktikan aktivitas seks itu mirip aktivitas fisik sedang, seperti jalan tergopoh-gopoh ketika energi yang dipakai diukur.

Jadi, apakah hubungan seks itu setara dengan olahraga? Antara ya dan tidak. Bergantung pada definisi Anda terhadap olahraga.

Bila Anda membandingkan murni hanya perubahan fisiologis yang terjadi, ya olahraga menghasilkan perubahan fisiologis yang serupa olahraga.

Namun, jika Anda berpendapat olahraga harus mengubah fisiologis manusia menjadi lebih baik dalam jangka panjang, seks bukanlah olahraga.

Bagi sebagian orang, seks tidak cukup lama atau terjadi kurang sering untuk menghasilkan perubahan fisiologis yang terjadi dalam jangka panjang. Kita pun belum benar-benar mengeksplorasi manfaat lain olahraga dan membandingkannya dengan seks.

Misalnya, kesehatan otot dikenal sebagai komponen utama kesehatan seseorang. Banyak orang yang berhasil menambah massa otot dengan latihan resisten dan beban.

Apakah seks cukup memberikan latihan untuk kesehatan otot?

Mungkin diperlukan penelitian lagi untuk menjawabnya.

Studi-studi di atas juga melaporkan perbedaan nyata respons pria dan wanita peserta penelitian.

Alasan perbedaan ini, apakah pria lebih aktif secara fisik saat berhubungan seks dibandingkan wanita atau apakah posisi seks yang berbeda memberikan tuntutan lebih besar pada tubuh manusia?

Hal-hal seperti ini masih harus diteliti.

Bagaimana dengan masturbasi?

Peningkatan detak jantung dan tekanan darah sistolik juga dilaporkan terjadi saat masturbasi. Namun, baik kadar maupun durasi hal ini meningkat, tetapi tidak setinggi dan selama hubungan seks.

Lewat pengukuran detak jantung, masturbasi hanya setara olahraga ringan seperti jalan pelan.

Dalam banyak kasus, olahraga juga membantu hubungan seks.

Penelitian latihan dasar panggul untuk wanita yang mengalami kesakitan di pelvik terbukti memperbaiki fungsi seksual mereka.

Wanita-wanita itu melaporkan peningkatan kontrol, rasa percaya diri, sensasi meningkat, dan berkurangnya rasa sakit.

Bagi pria, olahraga yang melatih otot perineal di depan anus membantu mengatasi ejakulasi dini.

Lantas, apakah seks memengaruhi olahraga? Apakah atlet profesional misalnya perlu Puasa seks sebelum bertanding? Tidak jika mereka menunggu cukup lama setelah berhubungan seks.

Hubungan seks terbukti tak berdampak negatif pada performa olahraga, tetapi dapat berdampak negatif pada pemulihan jika atlet harus bertanding dalam dua jam setelah berhubungan seks.