close
Nuga Life

Lelaki juga Akan Mengalami Menopause

Apakah pria juga mengalami menopause?

Jawabannya, seperti diungkapkan pakar andrologi iya

Jika wanita mengalami menopause yang ditandai dengan berhentinya menstruasi selama satu tahun, pria juga bisa mengalami hal yang serupa.

Menopause pada pria disebut dengan andropause.

Berbeda dengan menopause di mana terjadi kemunduran hormon estrogen yang drastis, andropause pada pria terjadi dalam waktu berkala.

Kalau pria pelan-pelan, jadi seperti merasa tidak terjadi apa-apa.

Namun demikian, cepat atau lambatnya proses andropause terjadi sangat tergantung pada gaya hidup seorang pria.

Umumnya, pria di atas tiga puluh tahun akan mengalami kemunduran ini, tapi dengan gaya hidup bisa memengaruhi kemunduruan yang terjadi di bawah usia tiga puluh tahun.

Karenanya, pria perlu menjaga gaya hidup sehat seperti menjaga berat badan ideal, olahraga teratur, istirahat cukup, makanan bergizi seimbang, dan jauhi stres.

Tidak sama dengan menopause pada wanita yang tandanya bisa jelas dikenali, pada pria andropause bisa samar dirasakan.

Meski demikian ada kuisioner yang dinamakan Adam Questionnaire yang bisa dijadikan alat ukur andropause pada pria.

Jika jawaban dari tiga pertanyaan ‘ya’, harus waspada itu andropause.

Salah satu pertanyaannya adalaha apakah gairah seksual menurun dalam waktu terakhir, kemudian apakah tingkat ereksi menurun.

Tingkat ereksi ada empat tingkatan, jika skornya di bawah tiga itu sudah curiga andropause.

Selain itu, tiga tanda lainnya adalah kalau makan kenyang mengantuk, olahraga yang biasanya dua setengah set, sekarang setengah set saja sudah lelah, konsentrasi berkurang

Sebuah studi yang dilakukan baru-baru ini membuktikan bahwa menopause dan segala yang berhubungan dengan insomnia, membuat wanita lebih cepat mengalami penuaan

Peneliti berhasil menghitung bahwa wanita yang mengalami menopause pada usia empat puluh dua tahun, jika dibandingkan dengan mereka yang mengalaminya di usia lima puluhan tahun, akan lebih cepat mengalami penuaan secara biologis.

Selain itu, wanita yang berada pada masa postmenopause disertai dengan insomnia rata rata akan dua tahun lebih tua secara biologis dibandingkan dengan wanita postmenopause yang tidak memiliki gangguan tidur.

Namun, peneliti sendiri belum bisa benar-benar menyimpulkan apakah ini ada kaitannya dengan insomnia.

Usia biologis seseorang dikalkulasi dengan mengunakan ‘jam epigenetik’, yang mengukur cara perubahan pada gen yang nampak, dan beberapa diantaranya terkait dengan penuaan

Salah seorang peneliti, Profesor Steve Horbath dari University of California di Los Angelels mengatakan bahwa selama satu dekade peneliti tidak setuju bahwa menopause dapat menyebabkan penuaan atau penuaan menyebabkan menopause.

Demikian seperti dilansir The Independent.

“Ini seperti ayam dan telur, mana yang ada lebih dahulu? Studi kami adalah yang pertama yang menunjukkan menopause membuat penuaan lebih cepat,” katanya

Selain itu, mereka juga menemukan bahwa menopause mempercepat sel penuaan rata-rata sebanyak enam persen.

Sebagai bagian dari studi, para peneliti juga melacak metilasi, biomarker kimia yang terkait dengan penuaan, untuk menganalisis sampel DNA dari lebih dari 3.100 wanita.

Dalam studi yang terpisah tentang efek masalah tidur pada penuaan, Profesor Judith Carrol yang juga dari UCLA, dan rekannya juga mencari data pada lebih dari dua ribu wanita  dengan menggunakan jam epigenetik

Mereka menemukan bahwa wanita yang telah berada di masa postmenopause dengan lima gejala insomnia rata-rata lebih tua secara biologis, dibandingkan mereka yang tidak memiliki gejala tersebut.

Namun mereka tidak bisa menyimpulkan, apakah insomnia yang menjadi penyebab peningkatan usia epigenetik.

Ia juga mengungkapkan bahwa butuh studi lebih lanjut dan lebih luas untuk menentukan hubungan sebab-akibat antara usia biologis dan gangguan tidur.

Di samping itu Profesor Horvath mengatakan, studi ini dilakukan juga demi mencari obat untuk meminimalisasi efek dari menopause.

Ia juga mengajukan pertanyaan, terapi hormon menopause apa yang menawarkan efek anti penuaan yang paling kuat dengan risiko yang minim.

“Tidak ada lagi peneliti yang harus mengikuti pasien selama bertahun-tahun untuk melacak kesehatan dan terjadinya penyakit mereka. Sebaliknya, kita bisa menggunakan jam epigenetik untuk memantau tingkat penuaan sel-sel mereka dan untuk mengevaluasi terapi apa yang mampu memperlambat proses penuaan biologis,” katanya

Studi itu telah diterbitkan dalam dua jurnal, Proceedings National Academy of Sciences dan Biological Psychiatry.