close
Nuga Life

Pilihlah Pasangan yang Bikin Anda Tertawa

Ini bukan guyon.

Tapi sebuah anjuran untuk sebuah perkawainan yang langgeng.

“Menikahlah dengan orang yang bisa bikin Anda tertawa,” tulis laman media terkenal “huffington post,” hari ini, Senin, 07 Agustus.

Pernikahan, menurut huffington post,” aadalah marathon.

Bukan lari cepat.

Di antara hal-hal yang membuat bahagia; pesta pernikahan, liburan ke luar negeri, atau kelahiran anak, akan selalu ada masa sulit.

Menjalani masa yang sulit tersebut akan terasa menyenangkan ketika ada obrolan seru dan mengundang tawa di rumah.

Penulis Lisa Munn di akun twitternya @sarcasticmommy4 mengatakan ia dan suaminya selalu bergantung pada humor untuk melalui pernikahannya yang penuh warna selama delapan belas tahun.

Tantangan yang pernah mereka hadapi antara lain perubahan pekerjaan, beberapa kali pindah rumah, dan pola asuh.

“Hidup itu sulit. Akan terasa lebih menyenangkan jika pasangan kita bisa membuat kita ceria dan tersenyum ketika merasa tak ada yang bisa kita lakukan. Tak ada ruginya menceriakan situasi yang berat dengan sedikit humor,” kata Munn.

Penelitian juga mengungkapkan bahwa tertawa bersama bisa menjadi indikator seberapa kuat sebuah hubungan.

Sebuah studi berskala kecil dua tahun lalu yang dilakukan oleh Laura Kurtz dan Sara Aloge menemukan kaitan kuat antara seberapa sering pasangan tertawa bersama dengan seberapa dekat dan merasa didukung satu sama lain.

Dalam penelitian itu terungkap, pasangan yang sering tertawa spontan bersama ternyata merasa ikatannya lebih kuat.

Mereka juga saling mendukung dalam segala macam situasi.

Hasilnya berbeda dengan pasangan yang tidak berbagi tawa bersama. “Ini bukan seberapa sering pasangan Anda tertawa atau membuat Anda tertawa, tetapi momen ketika Anda dan ia tertawa bersama,” kata Kurtz.

Karl Pillemer, profesor pengembangan manusia dari Universitas Cornell pernah melakukan wawancara pada tujuh ratus orang Amerika berusia enam puluh lima5 tahun ke atas untuk bukunya “30 Lessons for Loving.”

Ia juga menemukan bahwa berbagi selera humor adalah satu satu kunci hubungan yang langgeng.

“Nasihat penting dari orang yang sudah lama menikah adalah untuk lebih ceria. Dan ini pentingnya tertawa bersama,” kata Pillemer.

Meski begitu, berhati-hatilah agar humor tidak melebar menjadi sarkas dan menyindir.

“Komentar sarkastik mungkin lucu bagi orang yang melontarkannya, tetapi ini adalah pembunuh sebuah hubungan. Kuncinya adalah bisa tertawa bersama,” ujarnya.

Penulis, suami dan ayah empat anak, James Breakwell yang akun twitternya @XplodingUnicorn sangat terkenal, mengatakan bahwa saat menghadapi stres dalam hidup ia selalu berusaha untuk tertawa.

“Selera humor menyelamatkan saya setiap hari. Sebagai penulis komedi saya lumayan terbantu. Setiap kali hal tak menyenangkan terjadi, saya pasti membuat lelucon dan berharap itu jadi uang. Lalu kami berdua tak terlalu sedih, selalu ada keuntungan dalam setiap kesusahan,” kata Breakwell yang sudah menikah selama sepuluh tahun ini.

Masih ada beberapa keuntungan lain yang bisa kita dapatkan dari menikah dengan pasangan yang tertawa.

Memiliki pasangan hidup yang bahagia  juga dapat saling menularkan kebiasaan baik seperti rajin berolahraga, menjaga makanan, dan tentu saja stres berkurang karena ada teman bertukar pikiran.

Menurut penelitian di Finlandia, pernikahan akan mengurangi risiko serangan jantung pada pria dan wanita.

Hal ini diduga karena orang yang menikah pada umumnya secara finansial lebih stabil, punya gaya hidup sehat, dan ikatan sosial yang kuat.

Orang yang sudah menikah juga cenderung tidak lagi melakukan perilaku yang beresiko, seperti ugal-ugalan membawa kendaraan atau memakai narkoba.

Penelitian menunjukkan, keinginan seseorang untuk melakukan kebiasaan buruk juga akan berkurang setelah mereka punya pasangan hidup.

Mungkin karena mereka sadar saat ini sudah ada seseorang yang bergantung padanya.

Perilaku pun jadi lebih bertanggung jawab.

Pria yang sudah menikah risikonya terkena stroke akan turun sampai 60 persen dibanding yang masih lajang. Namun, manfaat penurunan risiko stroke itu akan lebih signifikan pada orang yang pernikahannya bahagia.

Terikat dalam perkawinan juga bisa membuat stres berkurang. Hal ini ternyata ada hubungannya dengan pengaruh hormonal yang akan berubah pada orang yang menikah.

Harus diakui bahwa pernikahan juga bisa mendatangkan stres, tetapi lebih bisa dikendalikan dibanding dengan saat masih lajang.

Pasangan yang suportif adalah kunci cepatnya pemulihan dari tindakan operasi.

Pasien yang kehidupan pernikahannya bahagia juga akan lebih bertahan menghadapi tindakan medis besar seperti operasi bypass.

Mereka juga cenderung lebih panjang umur.

Jika pernikahan Anda membawa kebahagiaan, Anda pun akan tidur lebih nyenyak dibanding orang yang masih menjomblo.

Studi jangka panjang menunjukkan, pasangan yang menikah berumur lebih panjang dibanding orang yang melajang.