close
Nuga Life

“Persahabatan” Kunci Perkawinan Abadi

Anda ingin melanggengkan perkawinan?

Nah, menurut tulisan terbaru di laman “popsugar,” hari ini, Senin, 19 Juni, salah satu yang Anda bisa lakukanlah untuk itu adalah  dengan menjelmakan persahabatan dengan pasangan.

Perkawinan yang dilandasai oleh “persahabatan” akan mampu merubuhkan hambatan tersulit dalam hubungan suami istri.

Kunci dari pernikahan yang awet bukan hanya rajin meluangkan waktu kencan berdua atau komunikasi, tapi  landasan pertemanan yang kuat.

Menurut konsultan pernikahan Tara Caffelle, pasangan suami istri yang kompak seperti sahabat biasanya lebih langgeng.

“Mereka yang hubungannya seperti sahabat, saling peduli satu sama lain, bukan hanya pasangan seksual dalam pernikahan, akan lebih awet,” katanya.

Menurut dia, hubungan yang demikian juga akan menjadi contoh bagi anak-anaknya.

Kebahagiaan pasangan juga akan dirasakan manfaatnya bagi anak-anaknya.

“Ketika hubungan hanya dibangun oleh dasar seks atau ide bahwa pasangan kita bisa memenuhi beberapa peran, akan lebih rapuh saat ada hambatan. Namun, saat pasangan suami istri juga mampu menjadi teman, ada keintiman yang dalam dan saling percaya yang akan selalu mengikat mereka bersama,” katanya.

Walau begitu, bukan berarti suami atau istri Anda harus menjadi sahabat.

Bukan juga pasangan Anda harus memiliki kesamaan minat pada semua kesukaan Anda.

Di luar pernikahan, kita tetap perlu memiliki sahabat sehingga hidup tetap seimbang.

“Kita punya teman yang berbeda untuk kebutuhan yang berbeda, tetapi intinya pasangan kita harusnya adalah sahabat terdekat kita. Kita bisa membangun hubungan yang kuat dengan berlandaskan persehabatan,” katanya.

Lainnya pernikahan seperti apakah yang senantiasa langgeng dan bertahan lama?

Pernikahan karena cinta atau perjodohan.

Menurut para psikater dan psikolog, sebanyak sepuluh persen pernikahan yang berdasarkan cinta berujung pada perceraian.

Selain itu, empat puluh persen pernikahan yang berangkat dari saling mencintai menghasilkan pasangan yang sering bertengkar.

Umumnya, pernikahan mereka bisa terselamatkan karena ada campur tangan orang ketiga, baik keluarga, konsultan, maupun terapis pernikahan.

Kemudian, bertentangan dengan keterangan di atas, pernikahan hasil perjodohan lebih mampu bertahan meski sering terjadi bentrokan ego dan perbedaan pendapat.

Namun, ironis, pernikahan perjodohan lebih lama bertahan karena ada tekanan sosial. Uraian tersebut di atas dipresentasikan pada Indian Association of the Social Psychiatry.

Sebuah konferensi yang diselenggarakan oleh World Psychiatry Association dan dikampanyekan oleh Chhatrapati Shahuji Maharaj Medical University.

“Pernikahan yang dilandasi cinta bisa berkembang, begitu juga dengan pernikahan hasil perjodohan. Perbedaannya terletak pada besarnya peranan keluarga.”

“ Dalam pernikahan yang dilandasi cinta, keluarga tidak banyak ikut campur dan membiarkan keputusan ditentukan oleh pasangan tersebut. Hal seperti ini tidak terjadi pada pernikahan hasil perjodohan,” jelas Profesor Harjeet Singhs, Co-Chairman Indian Association of the Social Psychiatry.

Lalu, Singhs menambahkan bahwa pernikahan hasil perjodohan memiliki tekanan sosial yang tinggi ketimbang berdasarkan cinta.