close
Nuga Life

Penuaan dan Umur Dikendalikan oleh Gen

Proses penuaan kini menjadi topik pembahasan  di banyak media.

Tidak terkecuali dengan “the guardian”  yang menulis tentang sebuah terobosan untuk memperlambat proses penuaan kembali  yang dilakukan oleh para peneliti.

Menurut “guardian,” meski masih tahap awal, temuan ini menjadi harapan baru untuk memerangi penyakit terkait usia dan memperpanjang usia harapan hidup manusia.

Proses penuaan di seluruh tubuh dikendalikan oleh sel punca yang ditemukan di daerah hipotalamus, bagian otak seukuran kacang almon.

Meski berukuran kecil, hipotalamus membentuk hubungan penting antara sistem saraf dan hormon tubuh.

Nah, sel punca ini telah diketahui membentuk sel otak segar.

Sayangnya, saat dilakukan percobaan pada tikus, terlihat bahwa sel punca neural yang ditemukan di beberapa daerah otak saat lahir menghilang dari hipotalamus seiring dengan bertambahnya usia.

Untuk menguji lagi apakah penurunan sel punca memang menyebabkan penuaan, para peneliti menyuntik tikus dengan toksin yang menghapus 70 persen sel punca neural mereka.

Efeknya ternyata mencolok, selama beberapa bulan berikutnya tikus-tikus itu lebih cepat menua dari biasanya. Tidak hanya daya tahan, terjadi penurunan drastis pada koordinasi, perilaku sosial, dan kemampuan untuk mengenali benda-benda. Tikus-tikus itu juga mati beberapa bulan lebih awal dari tikus lain yang sehat.

“Secara perilaku, tikus menua lebih cepat saat sel menghilang,” kata Dongsheng Cai, peneliti di Albert Einstein College of Medicine di New York

Para peneliti kemudian menyuntikkan sel punca pada otak tikus.

Hasilnya, implan sel punca membuat penuaan neuron di otak melambat, membuat tikus yang tua lebih sehat secara fisik dan mental selama berbulan-bulan, dan memperpanjang umur mereka sebanyak sepuluh hingga lima belas persen dibandingkan dengan tikus lain yang tidak mendapatkan impan.

Jika disejajarkan dengan manusia, maka seseorang dengan harapan hidup delapan puluh tahun bisa hidup lebih lama hingga mencapai usia sembilan puluh dua tahun.

Setelah membuktikan bahwa sel punca neural berpengaruh pada penuaan, para peneliti kemudian menjalankan tes lebih lanjut untuk mengetahui apa yang sebenarnya dilakukan oleh sel tersebut.

Molekul yang disebut microRNA atau mirNa, yang dilepaskan dari sel punca neural, bertanggung jawab atas sebagaian besar efek penuaan.

Ketika molekul diproduksi di hipotalamus, mereka kemudian mengalir ke dalam cairan otak dan sumsum tulang belakang sehingga memengaruhi bagaimana gen beroperasi.

“Mekanisme ini sebagian karena sel-sel ini mengeluarkan miRNA tertentu yang membantu mempertahankan keremajaan. Hilangnya sel-sel tersebut menyebabkan penuaan,” jelas Cai.

Selanjutnya penelitian yang sudah dipublikasikan di Nature ini akan fokus untuk memproduksi sel punca neural manusia yang akan digunakan untuk pengujian lebih lanjut.

“Manusia tentu lebih kompleks. Namun, bila mekanisme ini memang mendasar, Anda bisa berharap akan melihat efeknya saat dilakukan,” ujar Cai.

Sementara itu, ilmuwan dari Swiss berhasil menguak misteri penuaan lewat penelitian genetik pada tikus putih. T

ak cuma itu, mereka juga berhasil memperpanjang umur cacing hingga enam puluh persen umur sebenarnya.

Hasil riset dipublikasikan di jurnal Nature

Untuk menguak misteri penuaan, Johan Auwerx dari École Polytechnique Fédérale de Lausanne  peneliti yang melakukan riset ini, melakukan studi genetik pada gen mitokondria.

Mitokondria adalah organ sel yang berfungsi menghasilkan energi dan juga memiliki materi genetik.

Lewat riset, ia menemukan tiga grup gen yang memengaruhi penuaan dan umur. Tikus putih yang punya gen tersebut dapat hidup 250 hari lebih lama atau 30 persen lebih lama dari umur tikus putih pada umumnya.

Auwerx juga menemukan protein yang mengendalikan penuaan, yaitu mitochondrial ribosomal proteins atau MRPs.

Protein ini awalnya memberi tekanan pada mitokondria dan memengaruhi kesuburan.

Namun dalam jangka panjang, protein ini berperan dan struktur otot yang lebih baik dan umur lebih lama.

“Berdasarkan observasi ini, kami mengubah model penelitian dan mulai melakukan validasi eksperimen pada cacing,” ungkap Auwerx.

Auwerx menerangkan bahwa mitokondria sebenarnya adalah bakteri yang hidup di dalam sel.

Selain berfungsi menghasilkan energi, mitokondria sebelumnya juga diduga sebagai motor dari penuaan.

Dalam eksperimen pada cacing, Auwerx menggunakan antibiotik untuk memperpanjang umur.

“Kami bisa melihat bahwa perawatan dengan antibiotik pada cacing memiliki efek yang sama dengan efek genetik dan cacing bisa hidup enam puluh persen lebih lama,” ungkap Auwerx.

Bukan cuma hidup lebih lama, cacing tersebut juga lebih sehat.

Publikasi AFP tidak menyertakan jenis antibiotik yang digunakan untuk memperpanjang umur cacing dalam penelitian.

Dengan adanya hasil penelitian ini, apakah penuaan dan umur pada mamalia, termasuk manusia, juga bisa diperlambat dan diperpanjang?

Auwerx mengatakan, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk bisa mengaplikasikannya pada mamalia, apalagi manusia.