close
Nuga Life

Otak Biru

Laman situs psychology today, “ hari ini,  menurunkan tulisan menarik tentang seberapa jauh pengaruh buruk dari pornografi terhadap pelakunya.

Pembahasan  dalam tulisan itu mengedepankan dampak psikologis yang terjadi terhadan hobi sang pelaku.

Dengan  mendeskripsikan bahwa penikmat pornografi adalah seseorang yang setiap malam surfing di internet untuk menikmati gambar atau adegan porno dan  itu  dianggap sebagai  hobi utama pelakunya.

Lantas muncul pertanyaannya, apakah hobi pornografi memberi pengaruh buruk pada orang yang sudah berpasangan?

Dua penelitian yang baru-baru ini diterbitkan dalam Archives of Sexual Behavior berupaya untuk menjawab pertanyaan ini, melampaui asumsi sederhana bahwa pornografi pasti merugikan suatu hubungan.

Untuk penelitian pertama, yang  dilakukan oleh Taylor Kohut dan rekan-rekannya dari University of Western Ontario,topiknya mengarah dari “atas ke bawah”. Alias, terlalu berdasar pada teori-teori perilaku manusia yang menganggap pornografi berbahaya.

Metode tersebut sering gagal untuk mengidentifikasi efek positif dari penggunaan pornografi.

Sebaliknya, Kohut memilih pendekatan dari “bawah ke atas”.

Sebagian besar responden penelitian mengatakan, bahwa mereka tidak merasakan ada dampak negatif dari pornografi.

Sebanyak empat ratusan responden menjawab sebanyak enam ratus kali atas pertanyaan terbuka Kohut mengenai pornografi.

Hanya ada tiga puluh empat jawaban yang mengakui kurangnya efek positif dari perilaku pornografi.

Banyak responden mengklaim, bahwa pornografi adalah sumber informasi yang baik tentang seks.

Mereka juga berpikir bahwa penggunaan pornografi membantu mereka untuk berbicara tentang seks secara lebih terbuka dengan pasangan masing-masing.

Dalam studi lain yang dilakukan oleh Samuel Perry dari University of Oklahoma menunjukkan, bahwa sebagian besar penelitian tentang penggunaan pornografi hanya bertindak sebagai snapshot.

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan hanya berputar pada berapa banyak responden menghabiskan waktunya untuk mengakses situs porno dan seberapa baik hubungan mereka dengan pasangan.

Ini tidak ideal, kata Perry, karena mayoritas penelitian menganggap bahwa perilaku pornografi menyebabkan masalah pada pernikahan. Namun, bisa jadi ada ketidakpuasan sebelumnya dalam pernikahan yang kemudian mengarahkan orang kepada perilaku pornografi.

Hanya ketika seorang peneliti melacak penggunaan pornografi dan kualitas hubungan dalam jangka lama, kita baru bisa mengetahui dengan pasti, apakah pornografi yang jadi penyebab rusaknya hubungan atau pornografi sebagai pelarian dari hubungan yang telah retak sebelumnya.

Perry menganalisis data dari Potret American Life Study, sebuah survei nasional yang representatif terhadap orang dewasa di Amerika yang dilakukan selam dua periode.

Responden menjawab banyak pertanyaan, seperti,bagaimana Anda melihat hubungan pernikahan dan seberapa sering Anda melihat materi pornografi?

Hasil penelitian pertama menunjukkan,  pria dan wanita yang sering melihat situs-situs porno, cenderung merasa kurang bahagia dengan hubungan mereka.

Tidak diketahui apakah pornografi yang mengurangi kadar kebahagiaan dalam berhubungan atau sebaliknya.

Kemudian, Perry membandingkan dengan data penelitian kedua.

Dia melihat bahwa orang-orang yang lebih sering berhubungan dengan situs porno pada tahun sepuluh tahun sebelumnya  merasa kurang bahagia dengan hubungan mereka pada empat tahun lalu.

Nampaknya, dari hasil evaluasi ini, kita bisa menyimpulkan bahwa pornografi bukan merupakan efek samping dari hubungan yang buruk, tapi mungkin sebagai faktor pendahulu dari turunnya kualitas hubungan.

Namun, tetap tidak diketahui dengan pasti apakah pornografi adalah penyebab hubungan yang tidak bahagia atau bukan.

Bisa jadi, mereka yang bermasalah dengan hubungan pribadinya karena alasan yang tidak diketahui, cenderung lebih banyak berhubungan dengan hal-hal berbau porno.

Perry juga menemukan, bahwa wanita yang lebih sering mengakses situs porno setidaknya dua sampai tiga kali perbulan, mengaku lebih bahagia dengan hubungan mereka enam tahun kemudian. Angka kenaikan terbesar terjadi pada wanita yang paling sering mengakses situs atau media porno.

Meski lebih banyak efek negatifnya, ternyata ada juga manfaat positif pornografi dalam kehidupan seks.

Misalnya, sebagian penggemar pornografi secara teratur menonton atau membaca materi pornografi, tetapi penelitian neuroscience mengungkapkan bahwa hal itu bukanlah “kecanduan” seperti halnya pada alkohol atau narkoba.

Mekanisme di otak ternyata berbeda.

Penelitian di Kanada yang menggunakan data nasional menunjukkan, orang dewasa yang menonton “film biru” ternyata mendukung penuh kesetaraan gender dibanding dengan yang tidak menonton film itu.

Selain itu, studi lain menyebutkan bahwa penggemar film porno lebih sedikit yang melukan kekerasan seksual.

Juga, di luar dugaan, penelitian di Jerman menyimpulkan bahwa penggemar pornografi ternyata lebih memilih seks yang aman, misalnya selalu menggunakan kondom.

Mereka juga memiliki pasangan seksual yang lebih sedikit. Walau begitu, mereka mengaku senang mencoba hal-hal baru di tempat tidur.

Pasangan yang menonton film porno bersama, ternyata merasa lebih puas dengan kehidupan seksualnya.

Mengapa demikian?

Kemungkinan karena mereka merasa lebih tertarik untuk mencoba berbagai variasi atau kesenangan bersama pasangannya. Hubungan seks pun lebih bergairah.

Meski ada beberapa manfaat dari film porno, tetapi waspadai juga bahaya. Kesenangan terhadap materi pornografi berdampak negatif pada sebagian orang.

Salah satu penelitian menunjukkan, pria yang pada dasarnya memiliki sifat kurang peduli pada orang lain, cenderung akan memandang rendah perempuan jika mereka punya hobi menonton film porno.

Kesenangan seseorang pada pornografi juga sering menjadi alasan pertengkaran dengan pasangannya.

Pornografi juga sudah jelas berdampak buruk pada perkembangan anak dan remaja.