close
Nuga Life

Orang Berukuran Pendek Cepat Mati?

Anda memiliki ukuran tubuh pendek?

Wah… para ilmuwan menyimpulkan ukuran tubuh yang Anda miliki tidak menunjang untuk bisa berumur panjang.

Lantas Anda percaya?

Jangan. Kan nggak selamanya orang dengan ukuran pendek cepat mati.

Namun begitu perlu juga disimak beberapa alasan para ilmuwan untuk menyimpulkan ukuran tubuh berkaitan dengan usia kematian.

Dalam sebuah studi terbaru, para ilmuwan meneliti lebih dari seratus tiga puluh penelitian yang berisi informasi mengenai tinggi badan dan penyebab kematian hampir satu juta orang lebih.

Apa yang mereka temukan.

“Hubungan antara tinggi badan dengan faktor penyebab kematian sangat berkaitan.”

“Ini juga yang menyebabkan perusahaan asuransi memperhitungkan tinggi badan sebagai indikasi ketahanan hidup,” kata David Batty, peneliti epidemiologi dan kesehatan masyarakat University College London

Penelitian ini bukan yang pertama tapi termasuk yang terbesar untuk topik tersebut.

“Ini bukan penemuan, ini konfirmasi,” kata Batty.

Alasan di balik hubungan antara tinggi badan dengan penyebab kematian diduga adalah kondisi kesehatan di masa kecil, kata Batty.

Tinggi badan juga dipengaruhi genetik. Tinggi badan seseorang ketika dewasa belum tentu merupakan tinggi badan maksimum yang sebenarnya bisa diperoleh.

“Tinggi badan bisa menjadi cermin lingkungan sosial, nutrisi, dan genetik Anda,” kata Batty.

Tubuh yang pendek, selain genetik, bisa menjadi tanda malnutrisi, infeksi atau diare kronik dan trauma mental yang pernah dialami seseorang di masa pertumbuhannya.

Fakta bahwa orang yang tinggi semampai lebih disukai dan lebih mudah mendapat pekerjaan juga memengaruhi.

Ini separuh menjelaskan mengapa orang pendek di komunitas Amerika Eropa cenderung mengalami masalah mental.

Penelitian juga mengungkapkan, orang tinggi cenderung lebih langsing, lebih sering berolahraga dan sedikit merokok.

Hasilnya, kadar kokesterol dan tekanan darah mereka lebih rendah.

Ini menjelaskan mengapa orang yang bertubuh lebih pendek lebih banyak yang meninggal dunia, karena masalah kardiovaskular.

Alasan mengapa lebih banyak orang jangkung meninggal karena kanker adalah, mereka memiliki ukuran organ tubuh yang lebih besar dengan jumlah sel lebih banyak, sehingga lebih besar kemungkinan satu sel di organ mereka membawa bibit kanker,” jelas Batty.

Batty mengingatkan bahwa hasil penelitian berlaku untuk populasi umum di tempat yang khusus dan tidak berlaku untuk kasus individu.

Studi terbaru lainnya menyatakan orang bertubuh pendek beresiko lebih besar terkena gangguan jantung.
Kondisi tersebut dipengaruhi oleh genetika.

Peneliti menganalisis informasi dari puluhan ribu orang lebih dengan penyakit koroner arteri.

Penyakit arteri koroner adalah gangguan jantung di mana plak terbentuk di arteri yang menyuplai darah ke jantung.

Mereka mengamati tanda genetika yang diketahui mempengaruhi tinggi badan seseorang, untuk melihat apakah itu berkaitan dengan penyakit jantung dengan gangguan arteri koroner.

Diketahui, setiap pertumbuhan enam sentimeter pada tinggi badan seseorang, risiko terkena gangguan arteri koroner berkurang.

“Meskipun banyak pula faktor gaya hidup, seperti merokok, juga berpengaruh, temuan ini menekankan bahwa penyebab penyakit jantung sangat kompleks,” ujar Dr. Nilesh Samani, peneliti studi sekaligus profesor kardiologi di Univerisity of Leicester, Inggris.

Penelitian ini juga menemukan bahwa orang yang memiliki lebih banyak penanda genetik peninggi badan, berisiko lebih rendah terkena penyakit arteri koroner.

Orang yang memiliki penanda genetik tersebut risikonya dua puluh enam persen lebih rendah terkena penyakit ini daripada orang yang paling sedikit memiliki genetikanya.

Kaitan antara tinggi badan dan penyakit arteri koroner ditemukan hanya pada pria, tidak pada wanita.
Namun harus dicatat bahwa subyek dalam penelitian ini adalah orang-orang di negara Barat yang secara postur memang tinggi.

Sejumlah studi telah mengaitkan tubuh pendek dengan risiko penyakit jantung, tetapi tidak diketahui apakah hubungan ini bersifat langsung atau karena faktor-faktor lain

Dr. Andrew Freeman, direktur kardiologi klinis di National Jewish Health Denver, mengatakan penelitian itu tak bertentangan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa orang yang tingginya atau pendek ekstrem memiliki risiko lebih tinggi akan kematian dini.

Sebuah penelitian pada empat tahun silam menemukan bahwa orang yang lebih pendek cenderung meninggal akibat masalah jantung atau stroke.

Namun itu tidak berarti orang yang pendek harus khawatir akan temuan tersebut.

“Hanya karena Anda lebih pendek atau punya genetika menjadi pendek, tidak berarti itu Anda akan mengalami penyakit arteri koroner,” tegas Freeman yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Walau kita tak bisa berbuat apa-apa terhadap faktor genetik, tapi kita bisa meminimalkan risiko terkena penyakit jantung dengan menjaga faktor risiko lain. Walau klise, tapi menjaga pola makan, cukup istirahat, dan olahraga teratur berdampak besar menurunkan risiko penyakit jantung.

Hasil studi ini juga menemukan, penyakit jantung koroner pada orang berpostur pendek juga merupakan akibat dari kadar Kolesterol dan lemak yang tinggi.