close
Nuga Life

Melajang Berpotensi untuk Kematian Dini

Media terkenal Inggris”the sun,” hari ini, Rabu, 24 Mei, menurunkan tulisan menarik yang berasal dari sebuah penelitian, yang  mengungkapkan bahwa orang dewasa yang hidup melajang atau seorang diri akan mengalami gejala yang lebih serius ketika terserang penyakit dibandingkan mereka yang tidak melajang.

Menurut “the sun,”  sejumlah peneliti mengklaim bahwa orang yang kesepian akan merasa lebih buruk secara fisik dan mental.

Kondisi ini diketahui bisa meningkatkan risiko mereka mengalami kematian dini sebanyak dua puluh enam persen.

Dalam upaya menguji seberapa besar dampak emosi seseorang terhadap sikapnya ketika menghadapi sakit, para ilmuwan mengumpulkan seratus enam puluh pasien dewasa dengan demam.

Mereka kemudian diisolasi selama lima hari dalam kamar hotel.

Sejumlah partisipan yang mengaku merasa kesepian juga melaporkan bahwa mereka merasa yang sangat tidak sehat.

“Secara sederhana, orang yang lebih kesepian, merasa lebih buruk ketika sakit dibandingkan orang yang tidak kesepian,” penelitian tersebut menyimpulkan.

Peneliti Angie LeRoy dari Rice University di Texas, Amerika Serikat, mengatakan bahwa kesepian membuat orang memiliki risiko kematian prematur dan terserang berbagai macam penyakit fisik lainnya.

“Tapi, belum ada satu pun yang dilakukan untuk melihat penyakit akut namun sementara yang rentan terhadap kita, seperti demam,” imbuhnya.

Penelitian yang diterbitkan di jurnal Health Psychology ini juga menemukan bahwa orang dewasa yang kesepian, kemungkinan kecil terserang demam.

Tapi, ketika mereka benar-benar terkena demam, mereka akan berada dalam kondisi yang lebih buruk.

Peneliti lainnya, Dr Chris Fagundes, mengatakan bahwa dokter seharusnya ikut mempertimbangkan faktor psikologis dalam pemeriksaan umum.

Hal ini akan membantu mereka memahami situasi ketika seseorang sakit

Menurut para ilmuwan, menikah bisa menjadi kunci untuk hidup lebih lama dengan meningkatkan kesempatan untuk bertahan hidup di usia pertengahan.

Studi terbaru menunjukkan bahwa orang yang tidak pernah menikah tiga kali lebih berisiko meninggal lebih awal dibanding mereka yang pernah menikah.

Para ilmuwan juga menemukan bahwa orang yang lajang hingga usia empat puluhan atau kehilangan pasangan tanpa menikah lagi, meningkatkan risiko kematian dini pada usia pertengahan dan mengurangi kemungkinan hidup sampai usia enam puluhan.

Studi ini dilakukan oleh Dr Ilene Siegler dan rekannya di Duke University Medical Center, North Carolina, Amerika, sebagaimana dilansir Daily Mail

Dalam studi ini, para ilmuwan telah menganalisis data ribuan orang yang mengambil bagian dalam University of North Carolina Alumni Heart Study – serangkaian penelitian yang dilakukan pada individu .

Para peneliti mencatat stabilitas dan perubahan pola status perkawinan dan non-perkawinan selama paruh baya, dan melihat efek dari ciri-ciri kepribadian pada remaja akhir, status sosial ekonomi dan perilaku risiko kesehatan.

Secara keseluruhan, terdapat ratusan kasus kematian yang dilaporkan selama studi, termasuk 32 wanita.

Hasil studi menunjukkan bahwa mereka yang tidak pernah menikah sampai usia pertengahan memiliki risiko kematian tertinggi.

Studi ini telah dipublikasikan secara online dalam jurnal Annals of Behavioral Medicine

Sementara itu, para pakar  dari Universitas Carolina Utara di Amerika Serikat juga  mempelajari kaitan antara hubungan sosial dan kesehatan di setiap tahapan hidup.

Mereka menegaskan bahwa hubungan sosial yang lemah di masa muda bisa meningkatkan risiko peradangan yang sama besarnya dengan kekurangan aktivitas fisik.

Lebih dari itu, hipertensi pada usia tua lebih mungkin terjadi sebagai akibat dari kesepian dibanding faktor-faktor klinis, termasuk juga diabetes.

Sebuah penelitian bahkan mengklaim orang yang tidak menikah tujuh puluh persen lebih berisiko meninggal karena stroke.

Hidup dalam sebuah pernikahan yang stabil akan mengurangi risiko terserang stroke.

Memiliki pasangan hidup akan membuat seseorang lebih tenang karena ada yang merawat pada masa sakit dan sehat sehingga ada kemungkinan untuk hidup lebih lama serta lebih tinggi  tujuh puluh satu persen dibanding mereka yang hidup sendiri.

Lebih dari tujuh ratus ribu orang terserang stroke di Amerika Serikat setiap tahun dan 130 orang meninggal dunia.

Selain mereka yang melajang, para janda atau duda dan orang yang mengalami kegagalan pernikahan rentan terkena stroke.

Menurut tim peneliti, para penderita stroke bisa dipengaruhi oleh pengalaman traumatis pada masa lalu.

Mereka menemukan fakta bahwa orang yang pernah bercerai memiliki risiko kematian akibat stroke dua puluh tiga persen lebih tinggi dan mereka yang hidup menjanda atau menduda juga berisiko meninggal karena stroke dua puluh lima persen lebih tinggi dibanding mereka yang pernikahannya langgeng.