close
Nuga Life

Masih “Skandal” Seks Harvey Weinstein

Heboh kasus pelecehan seks dari Harvey Weinstein belum juga usai dari pemberitaan media global.

Dan Weinstein kembali menjadi kecaman publik akibat pelecehan seksual yang ia lakukan terhadap sejumlah selebriti.

Para korban satu persatu buka suara perihal perilaku Weinstein yang ‘menjijikkan’. Beberapa korban di antaranya Angelina Jolie, Ashley Judd, Rosanna Arquette, Gwyneth Paltrow dan yang belum lama ini buka suara model Cara Delevingne.

Mereka yang menjadi korban Weinstein adalah selebriti yang pernah bekerja sama dengannya. Ada yang tak berdaya, ada pula yang mampu menolak tapi kemudian kariernya goyah.

Perilaku tak senonoh yang dilakukan produser film ‘Good Will Hunting’ ini dapat disebut sex addict atau kecanduan seks.

Menurut psikolog Mira Anin, selain sex addict, Weinstein juga melakukan abuse of power atau penyalahgunaan wewenang.

“Ia mendapat kenikmatan dan berada dalam posisi yang superior. Korban enggak bisa menyuarakan. Mereka di posisi yang membutuhkan, jadi semacam barter atau transaksional,” kata

Mira menuturkan, hal ini bukan hal baru di dunia hiburan.

Apalagi artis pendatang baru sangat memungkinkan untuk dimanipulasi.

Tak hanya dunia hiburan, lanjutnya, bahkan di lingkungan kantor pun, sering ada pihak yang berada di posisi superior dan kemudian melakukan tindakan sewenang-wenang.

Seks sendiri merupakan kebutuhan alami manusia. Namun, fungsi kendali ego ini dapat dikacaukan oleh beberapa hal.

Mira berkata, trauma bisa mengacaukan fungsi kendali ego sehingga kontrol orang terhadap dorongan seks melemah. Sebaliknya, trauma juga bisa mengakibatkan efek pengendalian yang terlalu ketat.

Lingkungan juga turut menyumbang kekacauan fungsi kendali ego. Merujuk pada kasus Weinstein, kemungkinan ia melihat, mendengar dan mempelajari lingkungan sekitar bahwa yang ia lakukan adalah sesuatu yang wajar.

“Apalagi dia dalam posisi yang punya ‘power’, bahwa enggak apa-apa melakukan hal itu,” tambahnya.

engendalian terhadap dorongan seks bergantung pada lingkungan tempat orang tersebut dibesarkan. Selain itu, pendidikan agama juga bisa membantu walau tidak bisa jadi jaminan.

Pendidikan seks, kata Mira, untuk mengendalikan dorongan seksual dirasa kurang bisa diimplementasikan, mengingat membicarakan seks jadi sesuatu yang tabu di Indonesia.

“Orang masih kesulitan untuk bisa membicarakan seks sebagai sesuatu yang objektif. Seringnya dibilang mesum, tapi memang seseorang enggak tahu ini yang ada dalam diri yang wajar atau berlebihan. Mereka enggak pernah dapatkan patokan tepatnya,” ujarnya.

Sementara itu, dilaporkan TMZ bahwa Remy, anak Weinstein sempat menghubungi nya dan mengatakan bahwa sang ayah mengalami depresi dan berniat bunuh diri.

Namun, saat tim menuju ke kediaman Remy, Weinstein sudah tidak ada di tempat. Menanggapi hal ini, Mira berkata ada trauma masa lalu. Dia sadar apa yang ia lakukan, tapi kemudian ia malu.

“Ia sadar melakukan hal itu, tapi ada bagian dari dirinya yang enggak bisa terima, dia malu,” kata Mira.

Untuk memulihkan kondisi Weinstein, Mira mengatakan diperlukan terapi.

Pendekatannya pun beragam dan disesuaikan dengan kebutuhan pasien seperti pendekatan behavioral, kognitif dan masih banyak lagi. Jika sudah ada upaya bunuh diri, biasanya akan didampingi psikiater.

“Biasanya kalau seperti ini butuh social support atau dukungan sosial terutama dari pasangan atau keluarga terdekat.

“Dukungan ini berguna agar dia memperoleh kembali makna hidup, apalagi ia sudah tua, karier tidak secemerlang dahulu, orang-orang sekitar mencemooh, menghina. Harapannya jika ada dukungan sosial, maka ada efek positif,” jelasnya.

Namun diketahui istri Weinstein, Georgina Chapman memutuskan untuk meninggalkan produser berusia enam puluh lima tahun ini.

Hal ini, menurut Mira, akan membuat proses terapi akan berat dan perlu waktu lama untuk pulih.

“Saya yakin dia sudah tahu dari awal. Ada perasan marah, benci. Dia juga enggak tahan, nanti belum sidang, belum meladeni media, ya sudah, istri merasa komitmen saya sampai di sini,” pungkas Mira.