close
Nuga Life

Introvert Ekstrovert?

Anda tahu tentang kepribadian terbuka dan tertutup.

Kperibadian introvert  dan extrovert.

Nah, tanpa harus bertanya, Anda dengan mudah bisa  mengira apakah orang yang ditemui memiliki kepribadian introvert atau ekstrovert.

Tanda sederhananya dapat dilihat dari cara bersikap seseorang.

Biasanya, ekstrovert cenderung lebih ekspresif dalam bersikap dibandingkan dengan introvert.

Namun, tahukah Anda jika kepribadian yang dimiliki seseorang dapat mempengaruhi kesehatannya?

Kepribadian tidak sesederhana Anda seorang introvert atau ekstrovert.

Kepribadian lebih kompleks dari apa yang Anda ketahui selama ini –setiap orang pun cenderung tidak sepenuhnya introvert atau ekstrovert.

Mereka sering kali memiliki paduan antara kedua kepribadian tersebut.

Beberapa studi telah menemukan alasan mengapa ada orang yang lebih sehat dibandingkan yang lain dan hubungan antara kepribadian dengan kesehatan seseorang.

Studi dari University of Nottingham dan University of California menemukan bahwa orang yang berkepribadian terbuka memiliki sistem imun yang lebih kuat dibandingkan orang yang berkepribadian tertutup.

Sikap ekstrovert yang eskpresif dan bersemangat dianggap dapat mempengaruhi kekuatan sistem imun karena kegembiraan dapat menaikkan kekebalan tubuh.

Selain itu, ekstrovert dianggap memiliki respon inflamasi yang lebih baik. Respon inflamasi adalah satu dari respon utama sistem kekebalan terhadap infeksi dan iritasi.

Sedangkan introvert dianggap memiliki respon inflamasi yang lebih lemah. Imunitas introvert juga mungkin terhambat karena mereka cenderung lebih jarang merasakan emosi positif yang berasal dari interaksi sosial.

Penelitian dari Walter Reed Army Institute pada tujuh tahun lalu menemukan bahwa introvert lebih dapat menahan dampak negatif akibat kurang tidur dibandingkan ekstrovert.

Mereka yang memiliki kepribadian ekstrovert dianggap sering kali menghabiskan waktu lebih banyak untuk berinteraksi sosial.

Interaksi sosial tersebut ternyata dapat membuat otak yang mengatur konsentrasi merasa kelelahan.

Akibatnya, mereka lebih sulit bekronsentrasi dan menjadi kurang hati-hati dibandingkan introvert.

Adanya rangsang kortikal di otak yang lebih tinggi pada introvert juga menjadi penyebab seorang introvert lebih dapat fokus saat mengantuk dibandingkan dengan ekstrovert.

Tanpa Anda sadari, kepribadian memiliki kaitan erat dengan cara seseorang mengatasi stres.

Tingkat gairah kortikal yang lebih tinggi juga membuat introvert lebih kuat terhadap rangsangan luar seperti pemandangan dan suara.

Hal tersebut membuat introvert lebih merasa “tertekan” jika berada di lingkungan yang ramai, keras atau penuh sesak. Akibatnya, hal tersebut membuat mereka lebih mudah merasakan kecemasan dan stres dibandingkan ekstrovert.

Oleh karena mereka lebih rentan terhadap kecemasan, introvert memiliki risiko depresi klinis yang lebih tinggi. Setidaknya satu penelitian dengan sampel kecil menemukan bahwa anggota populasi depresi secara klinis cenderung memiliki kepribadian introvert.

Namun, meskipun tidak semua orang introvert membenci keramaian, kebanyakan dari mereka lebih memilih bergaul dengan lingkup pertemanan yang lebih kecil, dibanding dengan kelompok besar atau dengan orang-orang yang tidak dikenal dekat.

Sebaliknya, ekstrovert justru mencari situasi ramai untuk meningkatkan tingkat gairah mereka sendiri.

Studi telah menemukan bahwa ketika memproses stimulasi, introvert memiliki lebih banyak aktivitas di daerah otak yang memproses informasi, membuat makna, dan pemecahan masalah.

Sehingga tidak mengherankan jika introvert lebih memilih untuk membuat keputusan dengan pertimbangan yang matang dibandingkan dengan pertimbangan singkat.

Penelitian juga telah menemukan adanya hubungan antara kemampuan tersebut dengan dengan kesehatan yang lebih baik dalam jangka panjang.

Kaitan ini bukan untuk menandakan bahwa introvert lebih sehat dibandingkan ekstrovert atau sebaliknya.

Kaitan ini hanya untuk menunjukkan bahwa ternyata, tanpa Anda sadari, kepribadian memiliki pengaruh terhadap kesehatan Anda.

Hal ini diharapkan dapat membantu Anda mengetahui apa yang terjadi pada tubuh Anda dan mengetahui harus Anda lakukan untuk tubuh Anda agar tetap berada dalam keadaan sehat.

Selain itu Anda perlu juga tahu bahwa orang introvert sering kali dicap sebagai penyendiri, canggung, membenci keramaian dan orang banyak, hingga disebut sebagai “ansos”.

Masalah ini berasal dari perbedaan yang terlalu sederhana namun kontras antara ekstroversi dan introversi, menimbulkan stigma bagi keduanya.

“Padahal, perbedaan antar dua karakteristik kepribadian ini jauh lebih kompleks daripada hanya sekadar si pemalu dan si eksis,” menurut Sophia Dembling, penulis The Introvert’s Way: Living a Quiet Life in a Noisy World, dilansir dari The Huffington Post.

Perbedaan antar orang introvert dan ekstrovert mengakar pada psikologi Jung, yang memandang orang ekstrovert sebagai orang-orang yang secara alami berorientasi pada dunia luar, sedangkan orang introvert lebih memfokuskan orientasi ke dalam diri.

Mungkin, deskripsi yang paling sesuai untuk menjelaskan tentang introversi berangkat dari gagasan Jung bahwa orang-orang introvert mendapatkan energi mereka dari stimulasi dalam, dari kesendirian dan ketenangan batin, dan bukan dari dorongan faktor luar.

Sedangkan, orang-orang ekstrovert mendapatkan energi dari situasi sosial lewat interaksi dengan orang banyak.