close
Nuga Life

Kehidupan “Gelap” Wanita Tanpa Anak

Sebuah studi terbaru di Australia menemukan umur perempuan pertama kali menstruasi dan jumlah anak yang dimiliki dapat memengaruhi waktu terjadinya menopause.

Melansir Live Science, studi yang dilakukan University of Queensland menunjukkan perempuan yang mengalami menstruasi pertama sebelum umur dua belas tahun dan tidak punya anak, berpotensi lima kali lebih besar alami menopause prematur dan dua kali lebih mungkin alami menopause dini.

Peluang itu dibandingkan dengan perempuan yang mendapatkan haid pertama kali di setelah berusia dua belas2 tahun dan memiliki dua anak atau lebih.

Perempuan dianggap mengalami menopause prematur ketika berhenti menstruasi sebelum usia empat puluh tahun.

Jika berhenti haid dalam rentang usia empat puluh hingga empat puluh empat tahun, wanita disebut alami menopause dini.

Meski usia pada periode pertama dan saat menopause menjadi penanda kesehatan reproduksi, hingga saat ini belum ada  hubungan antara keduanya dengan kesehatan perempuan secara keseluruhan.

Studi ini dilakukan dengan melihat data yang diambil dari sembilan studi terhadap 51.450 wanita menopause di Inggris, Skandinavia, Australia dan Jepang.

Para peneliti melihat usia wanita yang menjadi responden ketika menstruasi pertama kali serta anak yang dimilikinya.

Dari hasil penelitian, usia rata-rata menopause perempuan adalah 50 tahun. Sebanyak dua persen mengalami menopause prematur dan 7,6 persen mengalami menopause dini.

Di antara perempuan yang mendapat haid pertama sebelum usia 12 tahun dan tidak memiliki anak, sebesar 5,2 persen mengalami menopause prematur dan 9,9 persen mengalami menopause dini.

Kendati demikian, peneliti masih merasa memerlukan kajian lebih lanjut mengenai faktor gen dan lingkungan ketika pertama kali haid dan menopause.

“Untuk meningkatkan hasil kesehatan di kemudian hari, kami perlu memikirkan faktor risiko melalui seluruh kehidupan wanita, dari awal tahun dan saat periode pertama mereka, sampai tahun melahirkan anak dan transisi menopause,” kata ketua penulis dan juga profesor epidemiologi di The University of Queensland, Gita Mishra.

Para peneliti berharap agar informasi ini dapat dijadikan pedoman untuk kesehatan reproduksi. Misalnya, dokter dapat mempersiapkan perempuan yang tidak memiliki anak dan mengalami haid pertama di usia dua belas tahun untuk kemungkinan menopause dini

Studi yang dilakukan Fakultas Kedokteran Universitas California menemukan bahwa wanita yang terlalu banyak duduk, dan jarang berolahraga, lebih cepat tua.

Penelitian itu dilakukan terhadap seribu lima ratus wanita paruh baya, berusia antara enam puluh empat hingga sembilam puluh lima tahun.

Mereka diwajibkan menjawab kuesioner dan mengenakan alat untuk mengukur tingkat aktivitas harian mereka.

Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa mereka yang lebih banyak duduk dan jarang berolahraga, sel-selnya lebih tua 8 tahun dibanding usia aslinya.

“Studi kami membuktikan bahwa sel lebih cepat bertambah tua jika mereka jarang berolahraga. Hal itu menunjukkan bahwa usia kronologis tidak selalu sesuai dengan usia biologis,” tutur ketua studi Aladdin Shadyab, dilansir WebMD.

Meskipun demikian, Shadyab menyebut bahwa penelitian itu tidak mencari tahu sebab-akibat antara penuaan dini dan kurang olahraga.

“Tapi, penelitian ini menunjukkan bahwa olahraga memang penting dan harus dimulai sejak usia muda, lalu dilakukan secara teratur, menjadi bagian dari keseharian hingga usia tua,” papar Shadyab.

Lebih lanjut, Shadyab menemukan bahwa wanita yang duduk lebih dari 10 jam per hari, punya ukuran telomer atau pelindung kromosom yang memendek. Padahal, telomer berfungsi melindungi kromosom dari kerusakan.

“Telomer secara alami memang memendek seiring bertambahnya usia, tapi gaya hidup juga ternyata bisa memengaruhi telomer,” ujar Shadyab, yang menyebut telomer yang lebih pendek bisa meningkatkan risiko serangan jantung, diabetes, serta kanker.

“Kami menemukan bahwa wanita yang lebih banyak duduk, punya ukuran telomer lebih pendek,” urai Shadyab.

Tapi, hal itu tidak terjadi jika mereka berolahraga minimal 30 menit sehari.

Shadyab dan koleganya merencanakan penelitian lanjutan guna memeriksa lebih jauh kaitan antara olahraga dan panjang telomer pada responden usia muda, juga pada pria.