close
Nuga Life

Kehangatan RT Tak Harus Seks

Laman situs “men’s health,” hari ini, Kamis, 24 Maret, menurunkan tulisan yang dipublikasikan  oleh Association for Psychological Scienc, bahwa menjaga kehangatan rumahtangga tidak  harus selalu dikaitkan dengan aktivitas seks

Sebab, menurut kesimpulan dari studi  itu, efek bercinta bisa bertahan sampai dengan empat puluh delapan jam.

Studi juga mengungkapkan bahwa bercinta hanya tiga atau empat hari sekali bisa meningkatkan kualitas hubungan suami istri.

Selama empat belas hari peneliti mempelajari hubungan seksual dua ratusan pengantin baru.

Peneliti menanyakan apakah mereka bercinta di hari wawancara tersebut dan apakah mereka merasa bahagia?

Lalu, enam bulan kemudian, peneliti menanyakan hal yang sama kepada para responden.

Hasilnya, kebanyakan pasangan mengaku, bercinta empat kali dalam dua minggu.

Peneliti menemukan bahwa kebahagiaan serta kepuasaan bercinta terus terjaga pada hari berikut usai bercinta dan berlanjut hingga dua hari ke depan.

Ritual bercinta yang demikian, menurut peneliti, menghadirkan efek proteksi yang meningkatkan kualitas hubungan.

Secara umum, peneliti juga melihat bahwa kepuasaan dalam pernikahan menurun setelah enam bulan resmi menjadi suami istri.

Namun, pasangan yang menjaga hubungan seksual tidak dilakukan berlebihan justru ditemukan paling bahagia.

Peneliti menjelaskan, kondisi ini terjadi karena kualitas sperma mengalami penurunan jika bercinta terlalu sering atau setiap hari.

Sperma kembali prima, kata peneliti, setelah tiga hari melakukan hubungan seksual.

Peneliti merangkum bahwa hubungan cinta dan efek bercinta terus terpancar dan bertahan pada tubuh manusia.

Masa tersebut merupakan waktu terbaik untuk membiarkan sperma kembali pulih dan fit.

Dalam tulisan yang sama “men’s health,” juga menulis apabila suami Anda memiliki masalah disfungsi ereksi, sebaiknya tingkatkan frekuensi bercinta untuk mengatasi persoalan “genting” tersebut.

Mengapa demikian?

Pada  sembilan tahun silam, sebuah penelitian dihelat dan melibatkan seribuan pria dengan kisaran usia lima puluh hingga tujuh puluhan tahun

Menurut laporan penelitian yang berlangsung selama lima tahun ini, pria yang bercinta kurang dari dua kali dalam seminggu berpotensi menderita disfungsi ereksi atau impotensi.

Para peneliti menuliskan bahwa jeda waktu bercinta yang terlalu lama bisa menyebabkan penis kurang sensitif pada rangsangan dan akhirnya mengalami impotensi.

“Hasil penelitian tersebut jelas menunjukkan bahwa aktivitas seks yang dilakukan secara teratur bermanfaat seperti halnya olahraga yang rutin, yaitu mempertahankan kapasitas fungsional,” terang para peneliti.

Berkaitan dengan isu ini, seorang urologi, Juha Koskimaki, mengatakan bahwa efek masturbasi yang rutin juga sama-sama menjaga fungsi seksual kaum adam.

“Efek bercinta dan masturbasi memberikan manfaat serupa, sama-sama melindungi fungsi saraf dan pembuluh darah yang dibutuhkan saat ereksi,” terang Koskimaki.

Namun, ternyata tidak semua ilmuwan dan pakar seks sepakat dengan hasil penelitian tersebut.

Sebab, seperti yang diutarakan oleh seorang direktur kedokteran, Irwin Goldstein, dari San Diego, bercinta dan masturbasi sama pentingnya, tetapi konsep di mana pria harus rajin berhubungan seks agar kualitas ereksi tetap prima, sejauh ini masih menjadi perdebatan.

Tulisan itu juga mengungkapkan, jarang berhubungan seksual menyebabkan aliran darah ke jaringan erektil di penis menjadi jarang sehingga mudah menyebabkan gangguan,

Semakin rusak jaringan erektil, semakin sulit pula pria mempertahankan ereksi.

Dalam penelitian yang pernah dilakukan, rutin berhubungan seksual menurunkan risiko disfungsi ereksi pada pria muda hingga tua.

Seiring bertambahnya usia, gairah seksual memang menurun, karena menurunnya kadar testoteron pada pria di atas empat puluh tahun.

Disfungsi ereksi pun kebanyakan dialami oleh pria berusia di atas 40 tahun.

Nouval mengungkapkan, sesuai rekomendasi WHO, berhubungan seksual pada pasangan suami istri sebaiknya dilakukan dua kali dalam seminggu.

Selain karena berhubungan seksual, disfungsi ereksi juga bisa dipicu oleh penyakit kronis seperti diabetes, gangguan pada saraf, dan gangguan hormon.

Bisa juga karena ada masalah kejiwaan, seperti depresi dan kurang percaya diri.

Disfungsi ereksi bisa menurunkan kualitas hidup. Untuk itu, disfungsi ereksi sebaiknya segera ditangani.

Dampaknya tidak hanya pada pria itu sendiri, tapi juga lingkungannya. Pasangan suami istri jadi kurang harmonis.