close
Nuga Life

Jangan Main-main dengan “Bullying”

Anda tahu apa itu bullying?

Tahu dampak agresif yang menyertainya?

Nah. Bullying seperti banyak dipahami orang adalah perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja terjadi berulang-ulang untuk menyerang seorang target atau korban yang lemah, mudah dihina dan tidak bisa membela diri sendiri

Untuk diketahui, bullying bukan sekadar perkara kenakalan anak.

Bukan pula kekerasan antar pertemanan yang akan berakhir dalam semusim.

Anak bisa benar-benar menderita karenanya.

Dari awalnya sekadar gangguan-gangguan kecil yang terjadi sehari-hari. Hingga semakin lama semakin parah dan itu bisa terjadi dalam sekejap saja.

Belum lagi efeknya.

Para ahli mengatakan bullying adalah tindakan yang mengakibatkan sisa berupa kelainan psikologi pada anak-anak paling banyak.

Mulai dari depresi, panik, bahkan sampai agorafobia atau fobia berada di keramaian.

Korban bullying memiliki karakteristik mudah merasa takut, tidak menyukai dirinya sendiri dan cenderung berdiam diri di rumah setelah pulang dari sekolah.

Bullying juga memiliki pengaruh secara jangka panjang dan jangka pendek terhadap korban bullying.

Pengaruh jangka pendek yang ditimbulkan akibat perilaku bullying adalah depresi karena mengalami penindasan, minat untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah yang diberikan oleh guru, dan menurunnya minat untuk mengikuti kegiatan sekolah.

Sedangkan akibat yang ditimbulkan dalam jangka panjang dari penindasan ini seperti mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan baik terhadap lawan jenis, selalu memiliki kecemasan akan mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari teman-teman sebayanya.

Fakta menunjukkan, bullying berdampak secara fisik, psikis, dan sosial terhadap korban.

Selain menurunnya prestasi belajar, bullying juga mengakibatkan dampak fisik, seperti kehilangan selera makan dan migrain.

Korban juga rentan menjadi pencemas hingga mengalami depresi dan menarik diri dari pergaulan.

Dalam tingkatan yang lebih ekstrem, korban bahkan ada yang sampai Bunuh Diri.

Dampak yang mengarah ke akademi meliputi terganggu prestasi akademisnya atau sering sengaja tidak masuk sekolah.

Lebih mengkhawatirkan lagi, perilaku bullying bahkan terus berkembang di lingkup yang lebih luas. Saat ini, bullying juga merambat ke tembok sekolah dasar.

Perilaku bullying sering dilakukan oleh teman sebaya.

Sering teman sebaya menyematkan gelar kepada teman dengan sebutan, jelek, gendut, dalam bercanda.

Selain itu, perilaku mengkredilkan anak dengan meng gosipkan atau menjelek-jelekan yang dilakukan teman sebaya, sudah tentu juga menimbulkan efek bagi si korban.

Di dunia pendidikan, kalau kita amati, juga sering terjadi bullying verbal.

Bisa saja hal ini dilakukan oleh guru kepada siswa.

Bullying adalah fenomena sosial yang rumit dan memiliki dampak yang bisa jauh mencapai pada korban dan pelaku.

Dengan demikian, istilah dari ejekan/olokan ini kini mulai mendapat perhatian serius diseluruh dunia; banyak penelitian telah dilakukan dalam upaya untuk memahami efek bully secara mentalitas pada para korban dan pelaku.

Misteri bullying ternyata lebih rumit dari faktanya, bahwa sepertinya ada yang absolut ekonomi, sosial, atau bahkan ras.

Siapapun bisa menjadi korban dan juga siapa saja bisa menjadi pelaku. Hal ini membuat sangat sulit bagi para peneliti untuk menentukan faktor risiko dan cara intervensi.

Salah satu hal yang pasti tentang bullying adalah bahwa korban sering mengalami ketakutan emosional dalam jangka panjang sebagai akibat dari pengalaman masa lalu mereka

Dr Randy A. Sansone, seorang profesor di Departemen Psikiatri dan Internal Medicine di Wright State University di Dayton, Ohio, mengatakan efek psikologis jangka panjang ini sangat mengganggu bagi masyarakat, bahkan peningkatan penembakan di sekolah dalam beberapa dekade terakhir.

Banyak pelaku penembak dalam insiden ini dilaporkan telah diganggu/bully selama bertahun-tahun sebelum mereka akhirnya hilang kesabaran, dan mengakibatkan dorongan kekerasan pada mereka sendiri.

Bullying adalah masalah yang cukup serius, dan tidak bisa lagi dianggap sebagai masalah anak-anak yang harus ditangani di tempat bermain.

Tags : slide