close
Nuga Life

Jabat Tangan Bisa Indikasikan Usia Panjang

Berjabat tangan dengan erat, tulus dan disertai semangat bisa menambah usia?

Ya, dan itulah yang ditulis “daily mail,” Jumat, 07 Oktober 2016.

Menurut “mail,” jabatan tangan yang erat dan tegas biasa tidak hanya bisa disimbolkan sebagai kepercayaan diri, tapi juga menunjukkan panjang umur dan kesehatan seseorang.

Menurut “mail,”  banyak dokter dan ilmuwan yang meyakini bahwa kekuatan jabatan tangan seseorang bisa menjadi salah satu cara efektif mengukur seberapa baik proses penuaan mereka.

Beberapa studi juga menunjukkan bahwa pria dan wanita yang diberkahi dengan genggaman kuat, cenderung akan hidup lebih lama dibandingkan mereka yang hanya sekadar menjabat daripada menggenggam erat.

Salah satu analisis peneliti di Inggris bahkan menemukan bahwa mereka yang memiliki jabatan tangan lemah, tujuh puluh  persen kemungkinan besar akan meninggal kapanpun dibanding mereka yang punya jabatan tangan kuat.

Penemuan ini juga sama ketika faktor lain seperti usia dan gender ikut dipertimbangkan.

Studi lain juga menyimpulkan kalau kekuatan jabatan tangan seseorang merupakan indikator yang baik kemungkinan mereka akan meninggal muda dibandingkan dengan pemeriksaan tekanan darah.

Diyakini bahwa kekuatan otot dapat menjadi gambaran kondisi kesehatan seseorang.

Mereka yang genggamannya lemah kemungkinan tengah sakit, atau jika mereka sakit, mereka lebih lama pulihnya.

Yang terpenting lagi, kekuatan jabatan tangan tidak hanya berkaitan dengan kesehatan fisik.

Studi menunjukkan bahwa mereka yang memiliki genggaman kuat memiliki risiko rendah terkena demensia.

Kekuatan jabat tangan bisa menjadi petunjuk panjang pendeknya umur anda, kata tim ilmuwan dari University College London.

Mereka memasangkan hasil pengukuran kesetimbangan, genggaman tangan dan kemampuan untuk bangkit dari tempat duduk dengan risiko kematian dini mereka.

Mereka yang terukur paling bagus mungkin hidup lebih lama, lapor jurnal ilmiah British Medical Journal.

Tes sederhana semacam itu mungkin membantu dokter menemukan pasien ”berisiko”.

Penelitian yang didanai oleh Dewan Riset Kedokteran  menggabungkan hasil lebih dari tiga puluh proyek riset terdahulu, yang melibatkan puluhan ribu orang dan mencermati ”kemampuan fisik” dan mortalitas.

Orang-orang yang terlibat sebagian besar berusia di atas enam puluh tahun, namun hidup di masyarakat bukannya di rumah sakit atau rumah perawatan lansia.

Para peneliti mendapati bahwa tingkat kematian selama periode penelitian 67% lebih tinggi pada orang yang memiliki daya cengkeram tangan paling lemah jika dibandingkan dengan yang paling kuat.

Pola yang sama ditemukan pada hasil pengukuran lain, orang yang jalan paling lambat hampir tiga kali lebih mungkin jika dibandingkan dengan yang tercepat.

Orang yang paling lambat bangkit dari kursi memiliki angka kematian dua kali lipat dari angka kematian pada mereka yang paling cepat bangkit.

Kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki sekalipun tampaknya terkait dengan risiko kematian yang lebih rendah.

Meski kelemahan fisik yang menyertai penyakit dan kemunduran kesehatan umum mungkin menjelaskan banyak perbedaan tersebut, dalam kasus genggaman jabat tangan, selisih angka kematian lebih mencolok pada beberapa orang di bawah usia enampuluh tahun yang dari luar menunjukkan tidak banyak atau sama sekali tidak menunjukkan tanda kondisi kesehatan yang lemah.

Profesor Avan Aihie Sayer, pakar geriatrisi dan salah seorang penyusun laoporan penelitian yang berbasis di Southampton University, Inggris mengatakan dia kini menyodorkan lebih banyak penggunanan hasil pengukuran, seperti kekuatan genggaman di rumah sakit sebagai cara untuk menemukan pasien yang memiliki masalah yang lebih serius.

Dia mengatakan sebagian penelitian mengindikasikan itu mengidentifikasi perbedaan yang signifikan di antara kekuatan genggaman mungkin diidentifikasi pada orang yang lebih muda, dan itu mengacu ke masalah kesehatan di masa datang.

Ilmuwan dari University of Vienna juga  mengungkapkan jika cara termudah melihat seseorang sehat atau tidak adalah dengan merasakan kekuatan tangannya.

Semakin kuat tangannya dan cengkeraman tangan seseorang, ia menunjukkan bahwa ia sehat dari segi fisik maupun psikis.

Sementara mereka yang kekuatan tangannya lemah dan kurang kuat, ini sangat memungkinkan orang tersebut sedang berada dalam kondisi kesehatan yang kurang baik dari segi fisik maupun psikis.

Para ahli kesehatan di Inggris mengungkapkan bahwa kemungkinan orang dengan kekuatan tangan lemah akan meninggal lebih cepat sebanyak tujuh puluh persen

Sementara para ahli kesehatan bernama Wina Nadia Steiber mengungkapkan jika kekuatan otot khususnya kekuatan otot tangan bisa menunjukkan seberapa sehat seseorang.

Semakin kuat otot tangan, kemungkinan besar ia akan semakin sehat dan begitu pun sebaliknya. Semakin kuat otot tangan, ini juga memungkinkan seseorang hidup semakin lama.

Meski cara berjabat tangan dipercaya bisa memprediksi berapa panjang umur seseorang ke depan, mengenai panjang umur tetaplah menjadi misteri.

Umur adalah rahasia Tuhan. Tugas kita, kita harus menjaga pola hidup yang sehat dan senantiasa menjaga kesehatan agar kita bisa panjang umur. Semoga, informasi ini bermanfaat